Pages

Gunakan Mozzila Firefox untuk mengakses website ini dan jangan lupa klik iklannya

Tuesday, December 27, 2011

LAPORAN RESMI PRAKTIKUM DASAR-DASAR ILMU TANAH Acara IV TEKSTUR TANAH KUALITATIF

LAPORAN RESMI
PRAKTIKUM DASAR-DASAR ILMU TANAH
KELOMPOK V / GOLONGAN A-1
TANAH GRUMOSOL / VERTISOL
Acara IV
TEKSTUR TANAH KUALITATIF

Disusun oleh :
1. Mega Ronawati (PN / 09891)
2. Sabar Dwi K. (PN / 09896)
3. Wirawan Setiadi (PN / 09899)
4. Binarti Nugraheni (PN / 09931)
5. Nur Hayati (PN / 09932)
Asisten : Dimaz Pramudito

LABORATORIUM TANAH UMUM
JURUSAN TANAH
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS GADJAH MADA
YOGYAKARTA
2004
ACARA IV
TEKSTUR TANAH KUALITATIF

ABSTRAKSI

Dalam praktikum digunakan sample tanah yaitu tanah rendzina, entisol, vertisol, ultisol, dan alfisol. Pengidentifikasian dilakukan dengan metode analisis kualitatif, yaitu dengan permberian air pada masing-masing jenis tanah dan dilakukan analisis tanah secara manual. Hal ini dimaksudkan untuk mengetahui unsure dominan penyusun tanah (debu, lempung, pasir). Berdasarka analisis diketahui bahwa tanah entisol bertekstur pasir geluhan, latosol lempung, rendzina lempung pasiran, medeteran lempung debuan, dan vertisol lempung debuan. Tanah bertekstur lempung kurang cocok / produktif dipakai untuk pertanian karena susah untuk diolah dan sukar merembeskan air.

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Tekstur tanah merupakan perbandingan kandungan fraksi liat, debu dan pasir dalam suatu massa tanah. Partikel-pertikel ini memiliki bentuk dan ukuran yang berbeda-beda. Ada yang dapat dilihat langsung dengan mata dan ada pula yang harus diamati lebih lanjut karena berupa butiran yang sangat halus dan berupa koloid. Oleh karena itu digunaka metode analisis kualitatif yakni merasakan tanah langsung dengan tangan sehingga dapat diketahui tingkat kehalusan dan kekasaran enis tanah tertentu. Kehalusan dan kekasaran tanah dipengaruhi oleh fraksi-fraksi penyusun tanah. Bila penyusun tanah didominasi oleh pasir, tanah akan cenderung kasar. Sedangakan bila penyusun tanah didominasi oleh debu, akan terasa halus, dan lempung terasa licin. Hal ini disebabkan karena urutan partikel pasir lebih besar dari debu maupun lempung.

B. Tujuan
Menetapkan tekstur tanah secara kualitatif keadaan basah.


II. TINJAUAN PUSTAKA

Tanah terdiri dari butir-butir tanah yang berbagai ukuran. Bagian tanah yang berukuran lebih dari 2 mm disebut bahan kasar (kerikil seperti batu) (Hardjowigeno, 1989).
Bahan penyusun padatan tanah meliputi partikel mineral tertentu dengan berbagai ukuran, juga senyawa amorf, di mana umumnya senyawa ini terikat dan kadang melapisi partikel tanah. Bila kandungan senyawa amorf, seperti oksidasi besi yang mengandung air dan humus, terdapat dalam kadar rendah, maka kita dalam beberapa hal dapat menyajikan fase padatan terdiri dari sebagian besar partikel, sebagian besar dapat dilihat dengan mata biasa, dan partikel terkecil berbentuk koloid dan hanya bisa dian\mati dengan mikroskop electron (Hendro dan Hari, 1998).
Berdasarkan ukurannya bahan padatan tanah digolongkan menjadi tiga partikel atau separate penyusun tanah, yaitu pasir, debu dan liat. Peranan ketiga separate tersebut di dalam menentukan sifat dan kemampuan tanah tidak sama. Separate pasir dan debu yang sebagian besar tersusun atas SiO2 tidak banyak perannya dalam usaha penyediaan unsure hara tanaman. Sebaliknya bahan liat (lempung), yaitu bahan yang berukuran < 2 μm, terdiri dari mineral liat silikat, bahan amorf, dan merupakan bahan aktif penyusun tanah. Artinya adanya bahan ini dalam tanah sangat menentukan sifat dan kemampuan tanah (Islami dan Utomo, 1995).
Perbandingan nisbi berat zarah tanah ( pasir, debu dan lempung) disewbut dengan tekstur, yang menunjukkan kehalusan atau kekasaran suatu tanah. Tekstur tanah menentukan tata air dalam tanah berupa kecepatan infiltrasi, penetrasi, dan kemampuan pengikatan air oleh tanah. Tekstur tanah mempunyai hubungan erat dengan konsentrasi struktur tanah. Penggolongan tekstur tanah didasarkan atas perbandinag kandungan lemoung, debu dan pasir yang menyusun tanah. Namun kelas tekstur tanah secara kualitatif yaitu dengan merasakan kekasaran atau kehalusan fraksi tanah akibat tekanan di antara ibu jari dan telunjuk. Lempung biasanya sangat keras bila kering, mudah dibentuk atau digabung bila lembab, dan lekat bila basah. Pasir terasa kasar/berderat di tangan, debu pada kndisi basah seperti sabun atau liat dan seperti tepung bila dalam kondisi kering (Maas, 1996).
Tanah pasir cenderung agak longgar, dengan drainase yang baik dan mudah ditanami, maka tanah pasir disebut tanah ringan. Sebaliknya, tanah liat cenderung menyerap dan menahan sebagian besar air, saat basah bersifat plastis dan lengket serta keras dan kohesif saat kering, serta sulit diolah sehingga disebut tanah berat. Akan tetapi hal ini dapat merupakan pernyataan menyesatkan karena fakta sesungguhnya adalah tanah dengan tekstur kasar umumnya lebih padat (yaitu mempunyai porositas yang lebih rendah) dibandingkan tanah bertekstur halus, dan oleh sebab itu akan lebih berat, bukan lebih ringan (paling tidak pada kondisi kering). Dari kelas tekstur tanah ini dapat diketahui porositas, daya tahan air, laju kecepatan infiltrasi, ketersediaan air, mudah tidaknya diolah, kandungan air hara tersedia dan penentuan jumlah kebutuhan air (Hardjowigeno, 1993).
Nama atau klasifikasi tanah diambilkan dari kisaran perbandingan antara tiga fraksi penyusun tanah yang terdapat dalam suatu bentuk diagram segitiga, jumlah ketiga fraksi tersebut harus 100%. Tiap sisi diagram menunjukkan prosentase fraksi. Pasir berada di sisi horizontal dan nilai 100% di bagian kanan, debu di sisi vertical kiri dengan 100% di bagian bawah kanan dan lempung di bagian kiri dengan 100% di puncak (atas). Dalam diagram tersebut ada 12 unit yang merupakan unit kisaran kombinasi dari prosentase pasir, debu dan lempung. Sebagai contoh (Maas, 1996):
60% pasir, 25% debu, 15% lempung = geluh pasiran.
25% pasir, 45% debu, 30% lempung = geluh lempungan.
28% pasir, 54% debu, 18% lempung = geluh debuan.
Distribusi ukuran partikel dan kelas tekstur mempunyai korelasi dengan: air, udara, unsure hara, mintakat perakaran, kemudian diolah dan terpenting masalah kesubura. Sifat umum tanah sangat dipengaruhi oleh tekstur (Sutanto, 1994):
Tanah pasiran : laju peresapan air baik, kapasitas menahan air rendah, kandungan hara rendah, kapasitas absorbsi rendah, baik untuk system perakaran, mudah diolah
Tanah lempungan : drainase buruk, kapasitas pengikatan air tinggi, aerasi kurang baik, kandungan hara tinggi, kapasitas penyerapa tinggi, kurang baik system perakaran, sukar diolah pada kindisi kering.
Tanah debuan : mempunayi sifat antara lempung dan pasir
Hubungan tekstur dan kandungan mineral tanah :
Pasir → kaya mineral primer Tanah kaya hara
Lempung → kaya mineral sekunder
Debu → di antara Tanah subur

III. METODOLOGI

Praktikan melaksanakan Praktikum Tekstur Tanah Kualitatif ini pada hari Sabtu tanggal 25 September 2004 di Laboratorium Tanah Umum, Jurusan Tanah, Fakultas Pertanian, Universitas Gadjah Mada. Adapun praktikan menggunakan bahan dan alat serta prosedur sebagai berikut :
A. Bahan dan Alat
Percobaan ini menggunakan bahan berupa tanah kering udara ukuran Φ 2 mm, dan menggunakan alat berupa piring, sendok dan aquadest.

B. Cara Kerja
Mula-mula praktikan mengambil segenggam tanah, meremas-remasnya untuk melepaskan semua agregatnya sehingga akhirnya tanah menjadi pasta liat (kadar air antara BG dan BJ). Membasahi sedikit demi sedikit sambil meremas-remas jika kurang basah. Mencoba tanah tersebut bola secara mengepal-ngepalnya, bila tidak dapat membentuk bola berarti tanah bertekstur pasir. Bila dapat, mencoba tanah tersebut pita dengan cara menekan dan mendorong hati-hati dengan ibu jari dan alas jari telunjuk sampai ujung pita tanah melampaui ujung jari telunjuk. Bila tidak dapat, tanah bertekstur pasir geluhan. Bila dapat, lalu patah karena ujung-ujungnya melampaui ujung beratnya sendiri setelah jari telunjuk sejauh < 2,5 cm, termasuk kelompok geluhan; 2,5 – 5 cm kelompok geluh lempungan; dan > 5 cm termasuk kelompok lempungan.
Membuat bubur tanah yang dicoba pita tersebut, lalu menggosok-gosokkan dengan jari pada telapak tangan. Tanah terasa kasar merajai dapat merupakan lempung pasiran, geluh lempung pasiran, maupun geluh pasiran. Tanah terasa halus licin merajai dapat merupakan lempung debuan, geluh lempung debuan atau geluh debuan. Sedangkan bila terasa samarasa, praktikan menggolongkan tanah pada lempung, geluh lempungan maupun geluh. Pemilihan masing-masing dari tiga jenis tersebut berdasarkan sejauh mana patahnya ujung dari ujung beratnya.

IV. DATA HASIL PENGAMATAN

No. Jenis Tanah Tekstur Tanah
1.
2.
3.
4.
5.
6. Entisol I
Latosol
Rendzina
Mediteran
Vertisol
Lentisol II Pasir geluhan
Lempung
Lempung pasiran
Lempung debuan
Lempung debuan
Pasir debuan


V. PEMBAHASAN

Percobaan tekstur tanah ini bertujuan untuk menetapkan tekstur tanah secara kualitatif dalam keadaan basah.
Percobaan tanah Entisol dilakukan dua ulangan dengan dua macam hasil yaitu pasir geluhan dan pasir debuan. Perbedaan hasil ini dimungkinkan karena ketidaksamaan dalam merasakan rabaan tanah. Namun perbedaan tidak begitu mendasar karena keduanya msih tetap didominasi oleh fraksi pasir.
Dari hasil tersebut dapat diketahui bahwa tanah Entisol mempunyai tekstur pasir. Hal ini dapat disimpulkan karena pasta tidak dapat dibuat bola dengan cara dikepal-kepal maupun dicoba pita secara ditekan dan didorong hati-hati. Karena mempunyai pori yang besar, tanah Entisol peka terhadap erosi dan kapasitas infiltrasinya tinggi. Umumnya tanah Entisol tidak begitu subur, karena tidak bisa menahan air untuk menjadi air higroskopis yang nantinya akan digunakan oleh tumbuhan. Dalam kondisi kapasitas lapang pori-pori cenderung lebih banyak diisi udara dan bukan air.
Berbeda halnya dengan Entisol, Latosol dari hasil percobaan termasuk tanah bertekstur lempung. Tanah ini dikatakan bertekstur lempung karena saat tanah dibuat bubur lalu digosok-gosokkan dengan jari pada telapak tangan terasa sama rasa dan pita tanah dapar ditekan sehingga ujungnya melampaui beratnya sendiri sejauh > 5 cm. Tekstur lempung biasanya mempunyai gerakan air dan aerasi yang buruk. Sedikitnya kemampuan tanah ini untuk mengalirkan air ke bawah membuat Latosol sebagai tanah lempung terlihat kedap air. Dalam pengolahannya, tanah ini memerlukan pengolahan air yang baik. Pada kondisi basah, pori-pori tanah ini hampir semuanya terisi air sehingga aerasi kurang dan pada kondisi kering tanah memiliki konsistensi sangat keras.
Rendzina menurut hasil percobaan masih merupakan tanah kelompok lempungan yaitu lempung pasiran. Selain mengandung lempung dengan pori-pori kecil yang mampu menyimpan air, tanah ini juga mengandung pasir dengan pori-pori besar yang pada kondisi kapasitas lapang cenderung terisi udara. Tanah ini memungkinkan penyediaan air yang memadai bagi tanaman, juga mempunyai aerasi yang cukup baik. Dari kondisi tersebut, tanah ini seharusnya cukup baik atau setidaknya lebih baik digunakan sebagai media tanam dibanding dengan tanah Latosol yang mengandung terlalu banyak fraksi lempung.
Tanah Mediteran dan Vertisol mempunyai tekstur yang sama yaitu lempung debuan, dengan sifat antara Latosol dan Rendzina. Karena teksturnya berupa lempung debuan, maka strukturnya berupa gumpal (pada kondisi kering) dan konsistensinya teguh. Tanah-tanah ini cukup mudah untuk diolah, sekalipun sukar untuk merembeskan air. Namun tanah ini bisa digunakan sebagai pembatas erosi. Tanah ini cocok digunakan sebagai tanah sawah atau lahan tergenang air.
Sifat-sifat lain yang mempengaruhi tekstur tanah adalah kandungan mineral dari masing-masing tanah. Misal fraksi pasir terutama mengandung mineral primer (kuarsa, silikat) sedang mineral sekunder adalah bermacam-macam mineral lempung. Debu dan geluh mempunyai komposisi antara pasir dan lempung.

VI. KESIMPULAN

1. Tanah latosol adalah tanah yang memiliki tekstur lempung sehingga sulit untuk diolah sebagai media tanam yang baik.
2. Tanah rendzina mempunyai tekstur lempung pasiran sedangkan mediteran dan vertisol mempunyai tekstur lempung debuan, sehingga lebih mudah diolah sebagai media tanam dan dapat sebagai penahan erosi.
3. Tanah entisol bertekstur pasir geluhan, mempunayi aerasi tinggi, namun daya simpan air kurang sehingga tidak begitu subur untuk media tanam.














DAFTAR PUSTAKA

Hardjowigeno, S. 1993. Klasifikasi dan Pedogenesis. Akademika Resindo : Jakarta. 430 p

Hendro, R dan R. Hari. 1998. Pengantar Fisika Tanah. Mitra Gama Widya : Yogyakarta. 445 p

Islami, T. Dan W.H. Utomo. 1995. Hubungan Air, Tanah dan Tanaman. IKIP Semarang Press : Semarang. 297 p

Maas, Azwar. 1996. Ilmu Tanah dan Pupuk. Akademi Penyuluhan Pertanian (APP) : Yogyakarta. 174 p

Sutanto, R. 1995. Dasar-Dasar Ilmu Tanah Konsep dan Kenyataan. Fakultas Pertanian Universitas Gadjah Mada : Yogyakarta. 149 p

No comments:

 


Loading...


Please Wait...