Pages

Gunakan Mozzila Firefox untuk mengakses website ini dan jangan lupa klik iklannya

Monday, December 2, 2013

SUSTAINABLE OF AGROEKOSISTEM




A.     Pengertian Agroekosistem
Agroekosistem adalah pertanian yg bersifat hubungan timbal balik antara sekelompok manusia (masyarakat) dan lingkungan fisik dari lingkungan hidupnya guna memungkinkan kelangsungan hidup kelompok manusia (masyarakat) itu. (Anonim, 2011)
Agroekosistem berasal dari kata sistem, ekologi dan agro.  Sistem adalah suatu kesatuan himpunan komponen-komponen yang saling berkaitan dan pengaruh-mempengaruhi sehingga di antaranya terjadi proses yang serasi. Ekologi adalah ilmu tentang hubungan timbal balik antara organisme dengan lingkungannya. Sedangkan ekosistem adalah  sistem yang terdiri dari komponen biotic dan abiotik yang terlibat dalam proses bersama (aliran energi dan siklus nutrisi). Pengertian Agro adalah Pertanian dapat berarti sebagai kegiatan produksi/industri biologis yang dikelola manusia dengan obyek tanaman dan ternak.  Pengertian lain dapat meninjau sebagai lingkungan buatan untuk kegiatan budidaya tanaman dan ternak. Pertanian dapat juga dipandang sebagai pemanenan energi matahari secara langsung atau tidak langsung melalui pertumbuhan tanaman dan ternak (Anonim, 2013).

Agroekosistem dapat dipandang sebagai sistem ekologi pada lingkungan pertanian. Pendekatan agroekosistem berusaha menanggulangi kerusakan lingkungan akibat penerapan sistem pertanian yang tidak tepat dan pemecahan masalah pertanian spesifik akibat penggunaan masukan teknologi (Anonim, 2013).  Masalah lingkungan serius di pedesaan dan pertanian adalah kerusakan hutan, meluasnya padang alang-alang, degradasi lahan dan menurunnya lahan kritis, desertifikasi, serta menurunnya keanekaragaman. Masalah lingkungan ini sebagai akibat adanya lapar lahan seiring meningkatnya populasi penduduk, komersialisasi pertanian, masukan teknologi pertanian dan permintaan konsumsi masyarakat.
Komponen Agroekosistem adalah : Petani., Lahan – tanaman, .Ternak.  dan Manajemen/teknologi.  Pendekatan agroekosistem dalam peternakan adalah pengembangan peternakan dalam keterpaduan wilayah pertanian spesifik.  Dengan demikian pendekatan agroekosistem dalam pengelolaan sumberdaya pakan adalah pengelolaan potensi dan pemanfaatannya dalam keterpaduan wilayah pertanian dan pengembangan peternakan. Kepentingan pendekatan agroekosistem adalah : 1) Keterpaduan komponen AES untuk kepentingan ekonomis,  2) Keterpaduan komoditas untuk proses produksi  hulu ke hilir 3) Keterpaduan wilayah untuk kelestarian lingkungan hidup / sumberdaya alam.

B.      Komponen Agroekosistem dan Interaksinya
Menurut Widjajanto dan Sumarsono (2005).  Komponen agroekosistem dan interaksinya terdiri dari:
·         Tanah
·         Biota tanah
·         Vegetasi
·         Manusia teknologi
·         Nutrisi / pemupukan
·         Pestisida         
·         Hewan ternak
·         Sungai / air
Dalam komponen agroekosistem di atas saling berinteraksi satu dengan yang lainnya. Tanah komponen sumberdaya alam yang mencakup semua bagian atas permukaan bumi, termasuk yang di atas dan di dalamnya yang terbentuk dari bahan induk yang dipengaruhi kinerja iklim dan biota tanah. Tanah yang diberikan pestisida kimia yang berlebihan dapat membuat tanah kekurangan nutrisi, musuh alami menjadi berkurang, dan ledakan hama. Manusia sebagai pengendali agroekosistem yang sehat dapat memberikan pemupukan dengan menggunakan teknologi.

C.     Kriteria Agroekosistem yang Berkelanjutan
Relung ekologi bagi keanekaragaman fungsional, dengan banyak relung (fungsi) yang berbeda dan ditempati oleh beragam jenis spesies, dengan kata lain, dengan suatu tingkat keanekaragaman yang tinggi, cenderung lebih stabil dari pada yang ditempati oleh satu spesies saja (seperti dalam budidaya monokultur). Jika keanekaragaman fungsional bisa dicapai dengan mengkombinasikan spesies tanaman dan hewan yang memiliki ciri saling melengkapi dan yang saling berhubungan dalam interaksi sinergetik dan positif, maka bukan hanya kestabilan yang bisa diperbaiki namun juga produktivitas sistem pertanian dengan input rendah Saling melengkapi dalam agroekosistem, di dalam suatu sistem pertanian, komponen-komponen saling melengkapi satu sama lain ketika komponen ini melaksanakan berbagai fungsi yang berbeda (fungsi produktif, reproduktif, protektif, sosial) dan ketika komponen-komponen itu menempati relung ekologis, spasial, ekonomis dan/atau keorganisasian yang berbeda, misalnya ketika komponen mengeksploitasi unsur hara pada tingkat yang berbeda (misalnya tanaman yang membutuhkan unsus-unsur khusus dalam kumlah yang banyak atau sedikit, tanaman-tanaman yang memanfatkan sisa-sisa unsur hara, tanaman yang menyerap unsur hara khusus secara lebih atau kurang efisisen).
Sinergi di dalam agroekosistem, dimana komponen-komponen dalam sistem pertanian berinteraksi sinergis ketika komponen-komponen itu, terlepas dari fungsi utamanya, meningkatkan kondisi-kondisi bagi komponen lain yang berguna di dalam sistem pertanian, misalnya menciptakan iklim mikro yan cocok bagi komponen-komponen lain, menghasilkan senyawa kimia untuk mendorong komponen yang diinginkan atau menekan komponen yang berbahaya, menurunkan polpulasi hama, mengendalikan gulma, memproduksi tanaman obat-obatan dan memobilisasi dan memproduksi unsur-unsur hara yang dibutuhkan komponen lain. (Reijntjes, Coen. 1992)

Marten (1998) juga mengemukakan bahwa di dalam suatu tatanan agroekosistem, terdapat empat aspek penting yang dapat mendukung terciptanya keseimbangan agroekosistem, yaitu :
1.      Produktivitas (Productivity).
Produktivitas dapat didefinisikan sebagai suatu tingkat produksi atau keluaran berupa barang atau jasa, misalnya produktivitas padi/ha/tahun. Hasil akhir panen atau pendapatan bersih, nilai produksi dibandingkan masukan sumber. Produktifitas selalu diukur dalam  pendapatan per hektar, atau total produksi barang dan jasa per rumah tangga atau negara. Produktifitas juga dapat  diukur dalam kilogram butiran, ikan atau daging, atau juga dapat dikonversikan dalam kalori, protein, vitamin atau unit-unit uang. Input sumberdaya dasar adalah tanah, tenaga kerja,dan modal.Artinya, apabila produktifitas dari suatu agroekosistem itu tinggi maka hendaknya kebutuhan hidup bagi manusia akan terpenuhi, dan sepantasnya untuk diupayakan kondisi agroekosistem yang lestari. Namun, pada kenyataannya upaya konservasi terhadap agroekosistem itu jarang sekali dilakukan. Seharusnya disusun suatu model pendekatan agroekosistem yang  di desain untuk pencegahan dan pengendalian terjadinya kemerosotan kualitas sumberdaya lahan dan lingkungan dan tetap mernpertahankan produktivitas pertanian. Karena, sejatinya  keterpaduan dua aspek tersebut merupakan konsepsi pembangunan pertanian berkelanjutan dan melembagakan aspek ekologi ke dalam kebijakan ekonomi. (Marten, 1998).
2.      Stabilitas (Stability)
Stabilitas diartikan sebagai tingkat produksi yang dapat dipertahankan dalam kondisi konstan normal, meskipun kondisi lingkungan berubah. Suatu sistem dapat dikatakan memiliki kestabilan tinggi apabila hanya sedikit saja mengalami fluktuasi ketika sistem usaha tani tersebut mengalami gangguan. Sebaliknya, sistem itu dikatakan memiliki kestabilan rendah apabila fluktuasi yang dialami sistem usaha tani tersebut besar. Produktifitas menerus yang tidak terganggu oleh perubahan kecil dari lingkungan sekitarnya. Fluktuasi ini mungkin disebabkan karena perubahan iklim atau sumber air yang tersedia, atau kebutuhan pasar akan bahan makanan. (Marten, 1998).
Stabil, artinya dalam hal ini tercipta kondisi yang konsisten terhadap suatu hasil produksi. Namun secara menyeluruh, hal ini sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor, seperti variasi curah hujan, serangan hama periodik, fluktuasi harga, dll.
3.      Keberlanjutan (Sustainability).
Kemampuan  agroekosistem untuk memelihara produktifitas ketika ada gangguan besar. Gangguan utama ini berkisar dari gangguan biasa seperti salinasi tanah, sampai ke yang kurang biasa dan lebih besar seperti banjir, kekeringan atau terjadinya introduksi hama baru. Aspek keberlanjutan sebenarnya mengacu pada bagaimana mempertahankan tingkat produksi tertentu dalam jangka panjang. (Marten, 1998).
Apakah pada kondisi tertentu produktivitas dapat dipertahankan dari waktu ke waktu (artinya bisa sustain). Prinsipnya,  keberlanjutan melibatkan kemampuan manajemen pertanian untuk mempertahankan fungsi agroekosistem (termasuk produksi) , meskipun proses-proses ekologi alami yang cenderung mengubah agroekosistem menuju suatu titik degradasi. Seperti dengan stabilitas, keberlanjutan (sustainability) memiliki berbagai kebijakan yang terkait dengan tindakan berbagai produktivitas. Beberapa langkah keberlanjutan bisa tinggi sementara yang lain rendah untuk agroekosistem yang sama. (Marten, 1998)
4.      Pemerataan (Equitability).
Aspek Ekuitabilitas digunakan untuk menggambarkan bagaimana hasil-hasil pertanian dinikmati oleh segenap lapisan masyarakat. Contoh apabila suatu sistem usaha tani dapat dikatakan memiliki suatu ekuitabilitas atau pemerataan sosial yang tinggi apabila penduduknya memperoleh manfaat pendapatan, pangan, dan lain-lain yang cukup merata dari sumber daya yang ada. Indikatornya antara lain rata-rata keluarga petani memiliki akses lahan yang luasnya tidak terlalu berbeda atau senjang. Pemerataan biasanya diukur melalui distribusi keuntungan dan kerugian yang terkait dengan produksi barang dan jasa dari agroekosistem. (Marten, 1998).



DAFTAR PUSTAKA

Anonim.  2011. Pengertian agroekosistem.  http://www.artikata.com/arti-318031- agroekosistem.html. Diakses pada tanggal 30 November 2013.

Anonim. 2013. Agroekosistem Tanaman Pangan.  http://prasarekzambonk.blogspot.com /2012/03/laporan-praktikum-lapang-dasar.html. Diakses pada tanggal 30 November 2013.

Anonim. 2013. Karakteristik Zona Agroekosistem dan Kesesusaian Lahan. http://iphect.blogspot.com/2012/11/karakteristik-zona-agroekosistem-dan.html. Diakses pada tanggal 30 November 2013.

 Reijntjes, Coen, Bertus Haverkort,Ann Waters-Bayer. 1992. Pertanian Masa Depan. Kanisius. Yogyakarta.

Marten, Gerald G.,1998. Productivity, Stability, Sustainability, Equitability and Autonomy as Properties for Agroecosystem Assessment. JurnalSistem Pertanian 26 (1988) 291-316.http:/www.docs-finder.pdf.com. Diakses pada tanggal 30 November 2013.

No comments:

 


Loading...


Please Wait...