Pages

Gunakan Mozzila Firefox untuk mengakses website ini dan jangan lupa klik iklannya

Wednesday, August 14, 2013

Pupuk Bio-Mikoriza (Trichoderma sp.)

Pupuk Bio Mikoriza adalah salah satu pupuk yang ramah lingkungan dengan memanfaatkan bakteri Mikoriza dari jamur di tanah. Mikoriza merupakan jamur yang hidup secara bersimbiosis dengan sistem perakaran tanaman tingkat tinggi. Namun, ada juga yang bersimbiosis dengan rizoid (akar semu) jamur.

Bakteri ini bermanfaat untuk memastikan ketersediaan fosfat dan nutrisi hara tanaman lainnya, serta menyerap air bagi tanaman.  Bakteri ini bisa dimanfaatkan untuk semua jenis tanaman. Tanah Indonesia di seluruh penjuru negeri kaya akan jamur yang mengandung bakteri Mikoriza ini.

’’Kerja dari bakteri ini adalah menginfeksi tanaman melalui benang hipa-nya dan menyusup ke daerah yang lebih jauh dari jangkauan akar tanaman. Dia bisa mencari sendiri dan menyusuri lokasi hingga batu-batuan untuk menyerap fosfat,kemudian mentransfernya untuk tanaman,”

Contoh Bakteri Bio Mikoriza:

Trichoderma sp.

Tuesday, August 13, 2013

Bahan Organik Sebagai Kunci Kesuburan Tanah

Bahan Organik Sebagai Kunci Kesuburan Tanah
Kandungan BO merupakan indikator paling penting dan menjadi kunci kesuburan tanah. Bahan organik mempunyai peran yang multifungsi, yaitu mampu merubah sifat fisik, sifat kimia dan sifat biologi tanah. Selain itu bahan organik juga mampu berperan mengaktifkan persenyawaan yang ditimbulkan dari dinamikanya sebagai ZPT (zat pengatur tumbuh), sumber Enzim (katalisator reaksi-reaksi persenyawaan dalam metabolisme kehidupan) dan Biocide (obat pembasmi penyakit dan hama dari bahan organik).

Bahan organik dikatakan mampu merubah sifat fisik tanah, karena kondisi fisik tanah yang keras/lempung (pejal) akan dapat berubah menjadi tanah yang gembur oleh adanya bahan organik. Akibatnya porositas dan permeabilitas tanah semakin baik sehingga aerasi udara meningkat, ini bermanfaat untuk menghindari kejenuhan air yang menyebabkan kebusukan akar.

Demikian pula bila kondisi sebaliknya, yaitu kondisi tanah yang lepas (sangat berpasir)

Pengumuman Heregistrasi Semester Gasal TA 2013/2014 Program S1, Profesi, Diploma (Tata Cara dan Syarat)

Klik link di bawah ini:

http://akademik.ugm.ac.id/2013/home.php?ma=pengumuman&ms=page&i=22

Monday, August 12, 2013

Indikator Kesuburan Tanah (Indicators of Soil Health )

Indikator Kesuburan Tanah

Kesuburan tanah dapat diukur berdasarkan beberapa indikator kesuburan tanah. Beberapa indikator kesuburan tanah yang biasa digunakan oleh para ahli tanah antara lain adalah : kapasitas absorbsi, tingkat kejenuhan basa, kandungan lempung dan kandungan bahan organik.

Kapasitas Absorbsi dihitung dengan milli equivalent adalah kemampuan tanah untuk mengikat/ menarik suatu kation oleh partikel-partikel kolloid tanah (partikel kolloid itu terdiri dari lempung dan organik), dan ini secara langsung mencerminkan kemampuan tanah melakukan aktifitas pertukaran hara dalam bentuk kation. Semakin tinggi nilai kapasitas absorbsi, maka tanah dikatakan kesuburannya semakin baik, yang biasanya susunan kationnya didominasi oleh unsur K, Ca dan Mg (Magnesium), sehingga nilai pH tanah normal (berkisar 6,5).

Kejenuhan Basa, nilainya dalam bentuk persen, mencerminkan akumulasi susunan kation. Peningkatan nilai persen kejenuhan basa mencerminkan semakin tingginya kandungan basa-basa tanah pada posisi nilai pH tanah yang menyebabkan nilai kesuburan kimiawi optimal secara menyeluruh. Nilai kesuburan kimiawi secara sederhana dicermnkan oleh nilai pH, karena nilai pH akan mampu mempengaruhi dan mencerminkan aktifitas kimiawi sekaligus aktifitas biologis dan kondisi fisik di dalam tanah.


Kandungan lempung, merupakan ukuran kandungan partikel kolloid tanah. Partikel dengan ukuran ini (kolloid) akan mempunyai luas permukaan dan ruang pori tinggi sehingga mempunyai kemampuan absorbsi juga tinggi serta diikuti kemampuan saling tukar yang tinggi pula diantara partikel kolloid. Kemampuan absorbsi ini bisa untuk air maupun zat hara, sehingga menjadi cermin peningkatan kesuburan tanah. Namun jika kandungan lempung pada komposisi dominan atau tinggi menjadi tidak ideal untuk budidaya maupun pengolahan tanah. Kandungan lempung yang tinggi menyebabkan perkolasi, inlfiltrasi, permeabilitas, aerasi tanah menjadi lebih rendah sehingga menyulitkan peredaran air dan udara.

Sumber :
Elliott, E.T. 1998. Rationale for developing bioindicators of soil health. Di dalam Pankhurst, C., Doube, B.M. & Gupta, V.V.S.R. (eds). Biological Indicators of Soil Health . Wallingford: CABI Publishing.

http://alulagro.blogspot.com/

 


Loading...


Please Wait...