Pages

Gunakan Mozzila Firefox untuk mengakses website ini dan jangan lupa klik iklannya

Tuesday, December 27, 2011

LAPORAN PRAKTIKUM DASAR-DASAR AGRONOMI ACARA I PERBANYAKAN VEGETATIF

LAPORAN PRAKTIKUM
DASAR-DASAR AGRONOMI
ACARA I
PERBANYAKAN VEGETATIF


Disusun oleh :
Nama : ADRINOVIARINI
NIM : 8876 / PN
Gol / Kel : A3/IV
Asisten : Novita Dini M


LABORATORIUM MANAJEMEN DAN PRODUKSI TANAMAN
JURUSAN BUDIDAYA PERTANIAN FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS GADJAH MADA
YOGYAKARTA
2001
ACARA I
PERBANYAKAN VEGETATIF

I. TUJUAN
Memperoleh
sifat-sifat tanaman yang lebih baik dibandingkan kedua tanaman induknya.

II. TINJAUAN PUSTAKA
Cara memperbanyak tanaman sangat banyak ragamnya. Mulai dari yang sederhana sampai yang rumit. Ada yang tingkat keberhasilannya tinggi, ada pula yang rendah. Ini semua sangat bergantung pada beberapa faktor, misalnya cara perbanyakan yang kita pilih, jenis tanaman, waktu memperbanyak, ketrampilan pekerja, dan sebagainya (Wudianto, 1991).
Pembiakan kawin merupakan pembiakan yang umum terjadi di alam, baik secara sederhana maupun secara kompleks. Pembiakan generatif bunga mempunyai peranan yang sangat penting karena dari bunga akan terjadi pada mekanisme penyatuan sifat melalui perubahan kromosom dan komponen-komponennya, baik susunan maupun fungsinya Jumin (1994).
Pembiakan secara seksual didahului oleh peristiwa penyerbukan, yaitu penyerbukan sendiri dan penyerbukan silang. Setelah berlangsung penyerbukan proses kedua adalah pembuahan (fertilization). Pembuahan adalah salah satu peristiwa penyatuan salah satu inti sperma (sperma nucleus) yang berasal dari pollen tube dengan inti sel telur yang berasal dari di dalam embriosae. Penyatuan inti sperma dengan inti sel telur ini akan menghasilkan zygota. Pada pembiakan seksual, bersatunya sel gamet (sel reproduksi) akan terbentuk ragam genetik yang luas (Jumin, 1994).
Pembiakan tak kawin berlangsung dengan cara pelepasan organ vegetatif dari tumbuhan induknya yang kemudian tumbuh menjadi individu baru. Aseksual berlangsung tanpa perubahan-perubahan kromosom. Sehingga sifat yang diturunkan sama dengan sifat induknya Jumin (1994).
Perkembangbiakan tanaman biasanya dilakukan secara vegetatif. Sebab, kalau perbanyakan dilakukan secara generatif dengan biji, hasilnya banyak yang menyimpang dari induknya (Wijaya, 1985).
Okulasi sering juga disebut dengan menempel, ocultatie (Belanda) atau budding (Inggris). Banyak jenis pohon buah-buahan yang dapat diokulasi, ada yang mudah dilakukan dan ada yang susah dilakukan. Jenis tanaman seperti jeruk, apokat, rambutan, durian, jambu biji dan mangga sangat mudah untuk diokulasi dan berhasil dengan baik. Sedang buah seperti sawo, nangka, duku, dan pala jika diokulasi pertumbuhan tunasnya sangat sulit. Jenis tanaman buah-buahan yang sampai saat ini belum bisa diokulasikan adalah manggis (Wudianto, 1991).
Memindahkan sebuah mata tunas ke pangkal bawah tanaman lain yang sejenis (famili) untuk memperoleh tanaman yang mempunyai sifat gabungan antara kedua tanaman itu disebut okulasi. Asal mata tunas yang ditempelkan mempunyai sifat tajuk yang baik dan batang bawah mempunyai perakaran yang kuat maka kedua sifat baik itu tergabung pada satu tanaman Jumin (1994).
Kelebihan dari hasil okulasi adalah tanamannya lebih baik dari induknya. Bisa dikatakan demikian karena okulasi dilakukan pada tanaman yang mempunyai perakaran yang baik dan tahan terhadap serangan hama dan penyakit dipadukan dengan tanaman yang mempunyai rasa buah yang lezat, tetapi mempunyai perakaran yang kurang baik. Tanaman yang mempunyai perakaran baik digunakan sebagai batang pokok yang digunakan sebagai batang pokok yang akan ditempeli dan juga batang bawah. Sedang tanaman yang mempunyai buah lezat diambil matanya untuk ditempelkan pada batang pokok dan juga dikenal sebagai batang atas (Wudianto, 1991).


Menurut Sugito (1991) untuk mendapatkan hasil okulasi yang baik, beberapa hal perlu diperhatikan, yaitu :
- antara batang atas dan batang bawah mempunyai sifat kompobilitas yang tinggi di antaranya mempunyai kesamaan dalam hal: umur batang, diameter batang dan lingkungan tumbuh tanaman induk. Suhu udara tempat persemaian diusahakan stabil dan berkisar antara 20-23ºC
- kelembaban udara dijaga cukup tinggi untuk mempercepat pembentukan kalus
- bahan stek dan lingkungan persemaian bebas dari hama dan penyakit (bial perlu disterilkan)
- diperlukan naungan untuk menghindari intensitas radiasi matahari yang terlalu tinggi serta untuk menjaga kelembaban udara di bawah naungan.
Perbanyakan vegetatif untuk memperoleh keturunan yang sama dengan tanaman induknya, sering dilakuakan dengan mencangkok (Sutiyoso, 1995).
Orang-orang asing sering menyebut cangkok dengan air layerage atau aerial layering (Inggris) dan marcottage (Prancis). Pembiakan dengan cara ini memang terkenal sejak dahulu, bahkan dapat dikatakan suatu cara perkembangbiakan tertua di dunia. Namun hasilnya sering mengecewakan pencangkokkannya, mereka ada yang gagal hanya beberapa persen saja tapi bisa juga gagal total. Kegagalan ini dapat dilihat dari bagian tanaman di atas keratan/luka yang kering atau mati. Untuk menghindari kejadian seperti ini tentu kita perlu memperbaharui cara mencangkok dan mencurahkan perhatian yang agak serius dengan kesabaran dan ketelitian (Wudianto, 1991).
Translokasi hasil fotosintesa berlangsung melalui phloem (jaringan kulit kayu) untuk diedarkan ke seluruh bagian tanaman. Kalau phloem diputuskan, maka tanaman atau hasil fotosintesa akan terhenti, sehingga membentuk kallus. Kallus ini apabila menyentuk media yang basah akan merangsang terbentuknya akar. Cabang atau dahan tempat akan terbentuk jika dipotong dan dipindahkan ke tanah akan diperoleh tanaman baru. Pekerjaan tersebut disebut mencangkok. Keuntungan yang diperoleh dari mencangkok adalah tanaman yang baru sama dengan induknya dan cepat memperoleh bibit yang diinginkan. Sedangkan kelemahannya adalah tidak mempunyai perakaran yang kuat, memakan waktu yang banyak dan merusak pohon induk asal cabang atau dahan (Jumin, 1994).
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam mencangkok adalah umur batang tidak terlalu tua atau muda; pohon kuat; sehat dan subur, mencangkok sebaiknya dilakukan di musim penghujan dan diusahakan media cangkok tetap lembab. Pada mencangkok dilakukan pengeratan cabang akar cadangan makanan yang terbentuk dari hasil fotosintesis di daun akan tertahan dan menumpuk di bagian atas keratan yang selanjutnya digunakan untuk intisari dan pembentukan akar (Ganner and Chaudri, 1976).
Cara stek banyak dipilih orang, apalagi bagi pengebun buah-buahan dan tanaman hias. Alasannya karena bahan-bahan untuk membuat stek ini hanya sedikit, tetapi dapat diperoleh bibit tanaman dalam jumlah banyak Wudianto (1991).
Bagian batang, cabang atau pucuk yang ditanamkan disebut stek. Stek dibedakan menjadi stek batang, stek cabang, stek ranting, stek pucuk, stek daun, dan stek tunas (Jumin,1994).
Orang-orang pandai sering mendefinisikan stek sebagai suatu perlakuan pemisahan, pemotongan beberapa bagian dari tanaman (akar, batang, daun, tunas) dengan tujuan agar bagian-bagian itu membentuk akar. Dari dasar itulah muncul stek akar, stek batang, stek daun, stek umbi Wudianto (1991).
a. Stek batang
Sebagian orang menyebutnya dengan stek kayu, karena umumnya tanaman yang dikembangbiakan dengan stek batang adalah tanaman berkayu. Untuk memudahkan pertumbuhan akar stek ini kadang-kadang kita juga perlu mengikutkan sebagian kayu dari cabang induk, sehingga bentuk stek batang ini tidak hanya lurus tetapi bertumut atau dapat juga dibentuk seperti martil.
b. Stek daun
Untuk memperbanyak tanaman ini biasanya digunakan sehelai daun lengkap dengan tangkainya. Contoh tanaman seperti ini adalah lidah mertua (Sanciviera sp), tanaman yang dapat diperbanyak dengan cara ini biasanya pada ujung daunnya akan keluar tunas. Dan tunas inilah yang kita tanam.
c. Stek akar
Mengakarkan stek ini sebaiknya dilakukan pada musim dingin, sekalipun tidak menutup kemungkinan adanya suatu jenis yang menyukai situasi yang hangat. Stek akar muda akan berakar lebih cepat dan lebih baik bila dibandingkan dengan stek akar sebesar pensil
d. Stek mata
Stek mata yang juga sering disebut stek tunas ini, sebenarnya merupakan stek batang, hanya saja batang yang digunakan untuk stek hanya mempunyai satu mata. Penyemaian stek in sebaiknya dilakukan di pot atau kotak kayu yang telah diisi dengan pasir dan kompos dengan perbadingan 1:1.
e. Stek pucuk
Sesuai dengan namanya, stek pucuk ini diambil dari pucuk-pucuk batang yang masih muda dan masih dalam masa tumbuh. Media yang digunakan merupakan campuran kompos dengan pasir yang sudah bersih dan bebas dari penyakit. Bisa juga digunakan media campuran pasir yang sudah bersih, tanah gembur dan sejenis mineral yang disebut vermikulit.
f. Stek umbi
Dari sekian banyak umbi-umbian hanya separuh yangnya yang merupakan tanamanberumbian sebenarnya atau sering disebut bulb. Sedang yang lainnya dapat digolongkan dalam umbi palsu (corm), umbi batang (tubers), umbi akar (tuberous root), dan akar batang (rhizomes).
Faktor yang perlu diperhatikan untuk menunjang keberhasilan stek antara lain adalah kondisi lingkungan. Fisik dan fisiologi dari bahan yang digunakan sebagai stek. Suhu dan kelembaban suatu media merupakan faktor lingkungan yang sangat menentukan keberhasilan stek. Karena ketiga faktor ini mempunyai peranan yang sangat penting dalam mempertahankan kesegaran stek serta mempengaruhi pembentukan dan diferensiasi kalus menjadi akar. Stek yang akan digunakan secara fisik harus sehat, kekar dan pertumbuhan normal. Sedangkan secara fisiologis, stek harus mengandung cadangan makanan dan hormon tubuh yang cukup untuk pembentukan akar tunas (Hartmann and Kaster, 1983).
Hormon alami yang terdapat di dalam jaringan stek pada umumnya kurang memadai. Selain itu aktivitasnya relatif lambat sehingga tidak dapat langsung berfungsi dengan cepat untuk menginduksi pembentukan akar. Oleh karena itu diperlukan penambahan hormon yang berasal dari luar jaringan stek (Nickell, 1982).
Menyambung adalah menempelkan atau menyambung bagian tanaman ke bagian lainnya sehingga tercapainya persenyawaan yang membentuk tanaman baru. Seperti halnya pembiakan vegetatif lainnya, menyambung tidak mengubah susunan genetis tanaman baru dan sama dengan tanaman induk. Menyambung ditujukan untuk memperoleh tanaman yang cepat berbuah, memperbaiki bagian tanaman yang rusak dan untuk memperbaiki sifat batang atas (Jumin, 1994).
Sedang yang dimaksud dengan sambung pucuk ialah penyatuan pucuk (bagian atas tanaman) sebagai calon batang atas dengan batang bawah tanaman lain yang semarga. Sehingga terbentuk tanaman baru yang compatatie (mampu) saling menyesuaikan diri secara kompleks. Syarat yang harus dipenuhi oleh batang bawah antara lain ialah : akarnya dalam, sehingga tahan kekeringan, tahan penyakit akar, tumbuhnya cepat dan bisa bersatu dengan batang atasnya. Sedangkan tanaman yang akan dijadikan batang atas harus berasal dari tanaman yang sudah terbukti bersifat unggul (Wijaya, 1985).
Grafting atau ent merupakan istilah asing yang sering kita dengar itu, pengertiannya ialah menggabungkan batang bawah dan batang atas dari tanaman yang berbeda sedemikian rupa, sehingga tercapai persenyawaan dan kombinasi ini akan terus tumbuh membentuk tanaman baru (Wudianto, 1991).
Grafting dapat dibedakan menjadi empat macam, yaitu (Jumin, 1994):
 Approach graft (penyambungan dekat) adalah menyambung dua tanaman yang masing-masing tanaman masih berhubungan dengan akarnya. Bagian yang digabungkan antara kedua tanaman itu adalah bagian atas saja. Setelah cukup berumur barulah salah satu batang bawah dipotong atau sama sekali dibiarkan terus sampai waktu tertentu.
 In arching adalah penyambungan (penyusukan) yang masing-masing batang atas dan bawah tetap berhubungan dengan akarnya. Hal ini untuk memperoleh yang daya isap haranya tinggi.
 Detached seron graft adalah batang atas lepas dari akarnya, diperoleh dari tanaman lain untuk disambung pada tanaman lainnya yang menjadi batang bawah.
 Bridge grafting adalah penyambungan yang terbentuk seperti jembatan guna mengganti kulit yang rusak.
Kondisi siap sambung, baik secara teknis maupun fisiologis banyak dibentikan oleh kevigoran dan umur batang bawah. Batang bawah yang vigor akan lebih cepat mencapai kondisi siap sambung karena memiliki kemampuan pertumbuhnan yang lebih besar (Copeland, 1976).
Umur batang bawah berkaitan erat dengan kandungan cadangan makanan. Dengan bertambahnya umur maka semakin banyak cadangan makanan yang tertimbun dalam jaringan batang yang kandungan cadangan makanan dan hormon tumbuhnya berimbang (Jawal et al., 1995).

III. BAHAN DAN ALAT
A. Bahan
 Tanaman puring (Codiatum variegatum)
 Tanaman jeruk (Citrus sp)
 Tanaman pedang-pedangan (Sanciviera sp)
B. Alat
 Pisau
 Plastik
 Tali
 Polybag
 Cuter
 Kertas label

IV. CARA KERJA
1. Penyambungan Pucuk
Pada penyambungan pucuk yang pertama dilakukan adalah memilih dua jenis tanaman Tanaman puring (Codiatum variegatum) yang cabangnya sama besar, berdaun kecil umtuk scion dan berdaum lebar untuk stock. Memotong bagian pucuk scion ini sebesar 10-15 cm tergantung besarnya cabamg. Kemudian mengurangi daun scion dan memotong bagian pangkal scion membentuk huruf V atau membentuk baji. Membelah stock ke bawah ke bawah (di bagian tengah batang) sepanjang 1-2 cm tergantung besarnya cabang. Setelah itu menyisipkan scion ke dalam stock dan mengikatnya dengan tali. Dalam mengikat ini tidak boleh terlalu kuat atau kendor. Bila sudah selesai, barulah membungkusnya dengan plastik untuk mengirangi transpirasi pada scion.
2. Stek Daun
Stek daun dilakukan dengan pentiapan daun tanaman pedang-pedangan (Sanciviera sp) dan media pasir. Memotong daun menjadi 3 bagian (ujung, tengan dan pangkal). Kemudian menanam bagian stek daun tersebut ke dalam media yang telah disiapkan. Untuk mempercepat pertumbuhan kita harus menyiram pasir.
3. Stek Batang
Stek batang dibuat dengan memilih bagian tanaman yang akan dijadikan bahan stek dengan panjang kira-kira 10-15 cm dengan menyisakan satu daun saja, memotong bagian pangkalnya dengan sudut kemiringan kira-kira 45º. Untuk mengurangi ukuran luas daun maka memotong daun hingga tinggal setengah bagian. Selain tiu disiapkan media tanamnya. Kemudian memasukkan bahan tanam berupa stek tadi ke dalam sungkup harus selalu dalam keadaan tertutup rapat. Selanjutnya dilakukan pemeliharaan tanaman dengan menjaga media tanam selalu berada pada kapasitas lapangan serta memeriksa keberhasilan penyetekkan setelah satu bulan. Stek yang hidup ditandai dengan tumbuhnya tunas daun dan munculnya akar.
4. Mencangkok
Mencangkok, langkah pertama yang dilakukan yaitu memilih cabang yang telah dewasa dan bagus untuk dicangkok. Kemudian membuat sayatan pada kulit cabang sepanjang 4-5 cm. Membuang kulit sayatan hingga kelihatan kayunya dan membersihkan kambium. Selanjutnya menyiapkan plastik dan tali lalu mengikatkan plastik pada bagian bawah sayatan dan mengikat bagian atasnya. Yang terakhir adalah menyiram cangkokan agar tidak kering.

V. HASIL PENGAMATAN
Contoh perhitungan % keberhasilan cangkok pada kelompok IV
Pengamatan selama 4 minggu:
%Keberhasilan = ∑ yang berhasil x 100%
∑ total yang dilakukan
%Keberhasilan = 8 x 100% = 66,67 %
12

Standar deviasi (Sd)=√ ∑ (Xi-X)²
n (n-1)

Standar deviasi (Sd)=√ (66,67 – 66,67
4 (4 -1)
=√ 0
12


VI. PEMBAHASAN
Perbanyakan vegetatif adalah perbanyakan tanaman yang menggunakan bagian-bagian vegetatif tanaman seperti akar, batang dan daun. Beberapa cara perbanyakan vegetatif yang dipergunakan dalam acara I praktikum kali ini adalah penyambungan dan penempelan (Grafting dan Budding), mencangkok dan menyetek. Perbanyakan dengan cara ini cukup efektif dalam rangka memperoleh hasil keturunan yang lebih baik dibandingkan kedua induknya.
CANGKOK
Mencangkok kita pilih dengan pertimbangan-pertimbangan tertentu, misalnya kita menginginkan tanaman baru yang mempunyai sifat persis seperti induknya. Sifat ini meliputi ketahanannya terhadap hama dan penyakit, rasa buah (khususnya untuk tanaman buah-buahan), keindahan bunga (untuk tanaman hias). Karena kita tahu bahwa hasil cangkokan bisa dikatakan hampir seratus persen menyerupai sifat induknya. Seandainya terdapat penyimpangan sifat, biasanya disebabkan mutasi gen.
Dalam mencangkok ini ada keuntungan dan kerugiannya. Salah satu keuntungan seperti yang telah disebutkan di muka, yaitu sifat tanaman baru sama dengan tanaman induk. Selain itu nanti apabila hasil cangkokan ditanam pada tanah yang permukaan air tanahnya tinggi, cangkokan dapat tumbuh baik. Keuntungan lain adalah tanaman cepat menghasilkan buah dalam waktu yang relatif singkat. Selain keuntungan di atas ternyata adapula kerugiannya. Yang pertama adalah cangkok tidak dapat dilakuakan secara besar-besaran, karena jumlah dahan yang dapat dicangkok dari sebuah pohon terbatas. Kerugian lain adalah kematian pada cangkokan tinggi. Yang terakhir adalah waktu yang diperlukan untuk mencangkok lama (sekitar satu sampai satu setengah bulan jika tidak menggunakan zat perangsang).
Cara pencangkokan adalah dengan menyayat batang pohon induknya dengan membersihkan kambium. Tujuan membersihkan kambium tersebut supaya akar dapat tumbuh dengan baik. Apabila masih terdapat sisa kambium yang tertinggal maka mungkin masih ada bagian xylem yang tertinggal sehingga masih ada aliran bahan makanan sampai ke daun sehingga akar tidak terbentuk. Sedangkan tujuan dari penyayatan adalah untuk memutus jaringan floem yang mengangkut sari-sari makanan hasil fotosintesis. Dengan terputusnya jaringan floem maka pada luka sayatan terjadi penimbunan makanan yang menyebabkan bagian tepi luka menebal sehingga terbentuk kallus. Kallus ini apabila menyentuh media basah akan merangsang terbentuknya akar. Karena syarat terbentuknya akar adalah adanya makanan yang terkumpul di bagian sayatan tersebut yang digunakan untuk pembentukan akar. Jaringan xylem yang mengangkut air dan garam-garam mineral dari tanah tetap tidak terputus sehingga batang yang dicangkok tetap mendapat suplai dari tanaman induk.
Setelah luka sayatan kering, bagian luka ditutup dengan kapasitas lapang. Kemudian dibungkus dengan plastik diikat dengan tali yang rapat supaya lembab. Kelembaban yang mantap akan sangat membentu pertumbuhan akar. Di samping itu supaya tanah tidak mudah lepas serta akar yang tumbuh cukup aerasi dan drainase.
Pada percobaan ini kita menggunakan tanaman Puring (Codiatum variegatum). Sebelum melakukan pencangkokan, pasti sudah tersirat dalam pikiran kita untuk menghasilkan bibit cangkokan dari pohon terpilih. Ada beberapa syarat agar tanaman hasil cangkokan memuaskan. Syarat tersebut antara lain pohon induk umurnya sudah cukup, tidak terlalu muda juga tidak terlalu tua. Ciri dari pohon yang ideal diantaranya adalah jumlah cabang yang memenuhi syarat untuk dicangkok sudah cukup; pohon induk harus sudah berbunga bagi tanaman hias bunga dan telah berbuah sedikitnya tiga kali bagi tanaman buah-buahan; mempunyai sifat unggul; batang halus; batang lurus ke atas; warna kecoklatan, karena pada batang kecoklatan, kallus penutup luka akan lebih cepat terbentuk dan akar yang keluar juga akan cepat terbentuk; syarat terakhir pohon yang akan dicangkok nampak kuat dan subur serta tidak terserang hama penyakit yang dapat menggagalkan hasil cangkokan.
Setelah pemilihan batang induk, kita mengamati cabang yang tepat untuk bibit cangkokan. Cabang yang baik untuk dicangkok adalah cabang yang ukurannya tidak terlalu besar, cabang berwarna coklat dan kulitnya mulus. Pemilihan cabang berukuran kecil bertujuan agar dari tiap pohon induk diperoleh belasan sampai puluhan cangkokan dan bentuk pohon tidak akan rusak, selain itu jika dipindah di lapangan akan kecil penguapan airnya.
Dari hasil percobaan yang dilakukan dapat dilihat bahwa tingkat keberhasilan perbanyakan tanaman dengan cangkok cukup besar, yaitu 66,67 % untuk tiap-tiap kelompok. Hal ini disebabkan karena:
1. Kebutuhan air yang tercukupi dengan jumlah yang tidak terlalu berlebihan.
2. Kebutuhan cahaya matahari tercukupi. Cahaya matahari ini diperlukan tumbuhan untuk proses fotosintesis yang hasilnya ditransmisikan ke seluruh jaringan melalui floem. Pada batang yang dicangkok dihilangkan floemnya menyebabkan zat-zat hasil fotosintesis tidak dapat sampai ke perakaran tetapi terkumpul pada bagian atas cangkok. Cadangan makanan tersebut digunakan tanaman untuk pertumbuhan akarnya.
3. Curah hujan dan kelembaban yang sesuai.
4. Tanah yang cocok, yaitu bentukan hara yang tersedia bagi tanaman yang dipengaruhi oleh kelarutan zat hara, pH tanah, tekstur tanah, jumlah bahan organik yang ada.
5. Pemilihn batang induk yang baik dan memenuhi syarat untuk dicangkok.
6. Perawatan yang baik.
STEK BATANG
Perbanyakan stek batang adalah perbanyakan vegetatif dengan cara memotong batang lalu ditanam pada media tanam yang sesuai dengan jenis tanamannya. Bahan yang digunakan dalam percobaan ini adalah tanaman jeruk (Citrus sp).
Syarat pemilihan batang yaitu batang berumur kurang lebih satu tahun karena pada cabang yang terlalu tua sangat sulit untuk membentuk akar, sedangkan pada cabang yang terlalu muda prosos penguapannya terlalu cepat sehingga stek menjadi lemah dan mati. Ada tidaknya penyakit dalam cabang yang akan kita jadikan stek juga harus kita perhatikan. Karena hal ini akan berpengaruh pada hasil stek yang kita buat. Sebaiknya kita memilih batang yang berwarna hijau, cabang seperti ini biasanya memiliki kandungan nitrogen dan karbohidrat yang tinggi sehingga mempercepat petumbuhan akar.
Untuk pemotongan pada batang yang telah memenuhi syarat sebaiknya pemotongan ini dibuat miring dengan sudut kemiringan 45° pada bagian atas maupun bagian bawah. Pemotongan batang secara miring pada bagian atas ditujukan untuk menjaga agar air yang jatuh dari atas tidak membuat batang busuk dan pemotongan miring bagian bawah bertujuan untuk memperluas persinggungan antara batang dengan media tanam. Untuk mengurangi tingginya penguapan pada tanaman dapat dilakukan mengurangi jumlah daun yang terdapat pada batang yang akan digunakan untuk stek.
Pangkal dipotong miring tersebut kemudian diberi zat pengatur tumbuh agar pada pangkal batang tersebut nantinya cepat tumbuh akar. Sebelum batang dimasukkan ke dalam media tanam perlu dibuat lubang pada tanah yang ukurannya sesuai dengan diameter batang agar zat pengatur tumbuh tetap memempel pada batang yang distek. Sehingga pada pangkal batang tersebut akan terang sang tumbuh akar.
Media tanam yang digunakan yaitu pasir halus. Persentase keberhasilan stek batang ini adalah 58,43 ± 17 %. Angka ini agak rendah, hal ini karena penyiraman yang dilakukan tidak teratur. Padahal media pasir memerlukan penyiraman yang rutin karena dalam keadaan kapasitas lapang pasir mudah kering.
STEK DAUN
Perbanyakan stek daun adalah perbanyakan vegetatif dengan cara memotong daun tanaman menjadi beberapa bagian, lalu ditanam pada media tanam. Potongan tersebut kemudian akan menjadi tanaman baru.
Cara perkembangbiakan ini banyak diterapkan pada tanaman hias, terutama tanaman hias sukulen, daunnya tebal berdaging dan kandungan airnya tinggi.
Daun yang dipilih untuk stek ini harus yang telah cukup umurnya, dengan demikian mempunyai kandungan karbohidrat cukup tinggi. Warna dari daun juga dipilih yang hijau segar hal ini karena daun yang berwarna kekuningan menandakan daun itu kekurangan Nitrogen yang akan sulit dalam membentuk perakaran.
Dalam percobaan ini menggunakan daun tanaman lidah mertua (Sanciviera sp). Penyetekan dilakukan dengan memilih daun tanaman yang memenuhi syarat dan memotong menjadi tiga bagian, yaitu ujung, tengah dan pangkal. Dalam pemotongan diusahakan dilakukan satu kali iris stiap potongnya untuk menghindari terjadinya kontaminasi.
Setelah dipotong ditancapkan pada media tanam yang telah disiapkan. Media tanam yang digunakan adalah pasir halus yang mampu memberikan aerasi yang cukup, mempunyai drainase yang baik dan beresiko kecil terkena jamur dan bakteri.
Hasil percobaan menunjukkan persentase keberhasilan stek daun ujung 58,33 ±32 %, stek daun tengah 75 ± 17 %, stek daun upangkal 91,67 ± 17%. Persentase keberhsilan stek daun ini cukup tinggi debandingkan dengan perbanyakan vegetatif lainnya. Stek daun ini disimpan pada tempat yang lembab dan teduh yang terhindar dari sinar matahari. Pada polybag diberi sungkup plastik yang fungsinya untuk mengurangi transpirasi dan agar terhindar dari sinar matahari..
Pada prinsipnya cara perbanyakan tanaman dengan stek daun sama dengan cangkok yaitu tanpa usaha untuk memperbaiki sifat sehingga diperoleh tanaman dengan sifat sma dengan induknya. Keuntungan metode ini adalah bahan yang digunakan sedikit tetapi dapat diperoleh bibit tanaman dalam jumlah banyak dan caranya tidak begitu rumit sehingga mudah dilakukan oleh siapa pun.
SAMBUNG PUCUK
Sambung pucuk yang dilakukan dalam acara ini termasuk dalam “top grafting” yaitu penyatuan pucuk (bagian atas tanaman” sebagai calon batang atas dengan batang bawah tanaman lain yang masih satu marga sehingga membentuk tanaman baru yang dapat menyesuaikan diri secara kompleks.
Bahan yang digunakan dalam percobaan ini adalah tanaman puring (Codiatum variegatum). Pertama-tama dipilih dua tanaman puring yang berbeda jenis tetapi besar batang hampir sama. Kemudian dilakukan pemotongan batang bawah sebagai stock dn membelah tengah-tengah batang. Pangkal batang lain sebagai scion membentuk heruf “V” dan menyisipkan scion pada stock. Pada persambungan diikat dengan tali yang bertujuan agar air tidak masuk di antara sisipan. Pada bagian scion dilakukan pengurangan jumlah daun untuk mengurangi penguapan. Kemudian pada bagian scion diberi sungkup plastik hingga menutupi penyambungan untuk memperkecil resiko kegagalan dan memberi lubang pada plastik agar aerasi udara tetap berjalan.
Dari hasil percobaan diperoleh persentase keberhasilan sambung pucuk adalah 8,33 ± 14 %. Ketidakberhasilan pada sambung pucuk ini disebabkan ketidaksesuaian antara scion dan stock sehingga memungkinkan air masuk di sela-sela penyambungan yang menyebabkan rusaknya jaringan akibat sayatan. Pada batang bawah perakarannya juga kurang dalam sehingga terjadi kekeringan.

VII. KESIMPULAN
1. Perbanyakan vegetatif yang bertujuan untuk mendapatkan hasil, yaitu kualitas dan sifat-sifat tanaman yang sama dengan induknya dapat dilakukan dengan cara stek batang, stek daun dan cangkok.
2. Untuk mendapatkan hasil yang beragam dan meningkatkan sifat-sifat unggul tanaman dapat dilakukan dengan sambung pucuk (grafting).
3. Persentase keberhasilan cangkok adalah 66,67 % ± 0 %
4. Persentase keberhasilan stek daun adalah
a. bagian ujung adalah 58,33% ± 32%
b. bagian tengah adalah 75% ± 17%
c. bagian pangkal adalah 91,67% ± 17%
5. Persentase keberhasilan stek batang adalah 58,34 %± 17%
6. Persentase keberhasilan sambung pucuk (grafting) adalah 8,33 % ± 14 %
7. Dari hasil percobaan rata-rata persentase yang tinggi dalam perbanyakan vegetatif yang dilakukan adalah stek daun. Karena teknik ini paling mudah dilakukan dan tidak memerlukan keahlian khusus.
8. Persentase yang paling rendah adalah sambung pucuk (grafting) karena diperlukan kecermatan yang lebih dan keahlian dalam melakukan perbanyakan dengan cara ini.

DAFTAR PUSTAKA

Anonim, 1984. Beberapa Cara Perbanyakan Vegetatif. Departemen Pertanian Balai Informasi Pertanian. Ungaran. 92p.
Hadiati, S. 1994. Interaksi Antara Beberapa Macam Batang Bawah dan Batang Atas Pada Pembibitan Rambutan (Nephelium lappaceum L.). Penelitian Holtikultura 6 (3):1-11.
Jawal et al., 1995. Pengaruh Umur dan Varietas Batang Bawah Terhadap Keberhasilan Sambung Mini Mangga Arum Manis. Penelitian Holtikultura 7(1):34-44.
Jumin, Hasan. Basri, 1994, Dasar-Dasar Agronomi, PT. Raja Garfindo, Jakarta. 140p
Sugito, L., Jawal. M., Wijaya. 1991. Pengaruh IBA dan Pengeratan Terhadap Keberhasilan Stek Rambutan Binjai. Penelitian Holtikultura 4 (2):1-8.
Sutiyoso, Y. 1995. Mencangkok Pohon Buah. Trubus. XVI(187):192p.
Wijaya. 1985. Sambung Pucuk Untuk Tanaman Buah. Trubus. XVI(185):192p.
Wudianto. Rini, 1991. Membuat Setek, Cangkok dan Okulasi. Penebar Swadaya. Jakarta. 150p.

No comments:

 


Loading...


Please Wait...