Pages

Gunakan Mozzila Firefox untuk mengakses website ini dan jangan lupa klik iklannya

Friday, November 16, 2012

LAPORAN RESMI PRAKTIKUM DASAR-DASAR EKOLOGI ACARA 1 SALINITAS SEBAGAI FAKTOR PEMBATAS ABIOTIK


LAPORAN RESMI
PRAKTIKUM DASAR-DASAR EKOLOGI

ACARA I

SALINITAS SEBAGAI FAKTOR PEMBATAS ABIOTIK

I. TUJUAN

  1. Mengetahui dampak salinitas terhadap pertumbuhan tanaman
  2. Mengetahui tanggapan beberapa macam tanaman terhadap tingkat salinitas yang berbeda


II. TINJAUAN PUSTAKA
Kata ekologi berasal dari bahasa Yunani yaitu oikos yang berarti rumah atau tempat untuk hidup dan logos yang berarti ilmu. Secara umum, ekoogi adalah ilmu yang mempelajari hubungan timbal balik antara organisme dan lingkungannya. Ekologi memuat tiga unsur penting yaitu materi, energi dan informasi. Lingkungan suatu organisme dapat bersifat  biotk dan abiotik. Salah satu prinsip utama ekosistem adalah adanya factor pembatas. Pada lingkungan abiotik, salah satu factor pembatasnya adalah salinitas (Daubenmire, 1982).

Salinitas adalah berat garam terlarut dalam gram per kilogram air laut. Zat-zat terlarut yang membentuk garam yang kadarnya diukur dengan salinitas dapat dibagi menjadi 4 kelompok, yakni : konstituen utama: Cl, Na, SO4 dan Mg; gas terlarut: CO2, NO2 dan O2; unsur hara: Si, N dan P; unsur runut: I, Fe, Mn, Pb dan Hg. Habitat tanah yang dipengaruhi garam (jumlah banyak) cenderung menjadi daerah yang ekstrim dalam hal lain. Kadar garam yang tinggi pada tanah menyebabkan kesulitan untuk mendapatkan air dari tanah yang potensial airnnya negative, dan kesulitan mengataasi konsentrasi tinggi ion natrium, karbonat dan klorida yang mungkin beracun. Kadar garam akan mempengaruhi proses orfologi dan fisiologi pada tumbuhn yang berhubungan dengan keseimbangan air. Tumbuhan yang peka dengan kadar garam tinggi disebut sebagai glikofit dan tumbuhan yang mampu tumbbuh pada kadar garam tinggi disebut sebagai halofit (Anonim, 2004).

Salinitas dapat merusak tanaman dengan berbagai tingkat kerusakan. Kerusakan berbagai jenis tanaman salinitas dapat melalui dua aspek yaitu osmotik dan komposisi unsur hara. Salinitas mempengaruhi serapan dan keseimbangan tanaman. Cekaman  salinitas pada tanaman pangan dapat menyebabkan peertumbuhan tanaman menjadi terganggu dan pada jenis yang rentan, menyebabkan tanaman tidak dapat tumbuh. Perbedaan tingkat toleransi dapat terjadi antar varietas juga dapat terjadi antar varietas karena perbedaan sifat genetik. Kenyataan ini menujukkan perlunya pengujian ketahanan beberapa varietas terhadap tingkat salinitas sebelum dilakukan penanaman di lapangan. Informasi tentang salinitas ini dapat dipakai untuk keperluan pemuliaan tanaman dalam mengembangkan bahan tanaman bagi program perluasan peekebunan terutama pada aerah pasang surut dengan kandungan garam cukup tinggi. Tanah salin potensial osmotik tanah akan semakin menurun, sedangkan air bergerak dari potensial air tinggi ke daerah dengan potensial air yang rendah. Keadaan ini diduga sebagai penyebab terganggunya sistem penyerapan air dan hara ke dalam tanaman. Peningkatan tarf salinitas secara nyata menurunkan tinggi tanaman, jumlah daun, diameter batang, bobot kering daun, dan jumlah akar primer. Sedangkan nisbah daun tajuk tidak dipengaruhi oleh perlakuan salinitas (Isnawan, 1997).

Tanaman merupakan organisme yang bersifat halofisik artinya, tanaman menyerap makanan dalam bentuk larutan. Semakin banyak unsur yang tekandung yang terkandung dalam larutan tersebut,maka vikositas larutan akan meningkat. Tanaman halofit memilii kemampuan meningkatkan konsentrasi osmotis geah tanaman dalam tingkat garam yang tinggi. Sbagian dari beberapa tanaman jeni halofit ( Distichlis spicara ) mngekresikan garam yang berlebihan, dan jenis tanaman ini mempunyai kemampuan untuk melakukan gutasi secara bebas melalui daun-daun yang dimiliki. Garam tentu terkait dengan penyerapan air oleh glikofit, tanah yang salinitasnya tinggi benar-benat dipertimbangkan sebagai “fisologi kering”. Beberapa dekade lalu konsep dari fisiologi tertambat pada tanaman jenis halofit, tetapi penelitian membuktikan tidak adanya kesulitan dalam menyerap air dar larutan berkonsentrasi tinggi yang mengandung ion di dalamnya, tetapi juga menyerap air. Dengan kondisi seperti ini, hanya masalah dalam mendefinisikan tanaman jenis halofit. Beberapa dari mereka bisa tumbuh mdah di bawah kondisi yang tidak asin. Yang paling penting dari segi osmotis lingkungan alami, dan tekanan osmotik dati halofit bervariasi berdasarkan tingkatsalinitas dan cadangan air yang juga mencakup konsentrasi larutan ( Richard and Gary, 1984).

Kegagalan tumbuhan menyerap larutan makanan yaitu apabila vikositas (kekentalan) larutan sama atau lebih besar daripada vikositas cairan dalam tubuh tumbuhan. Keadaan tersebut disebabkan karena garam-garam natrium terlarut, terutama NaCl. Garam yang terlarut tadi kemudian dikonsentrasikan oleh proses penguapan  dan  ranspirasi tanaman. Konsenrasi garam yang rendah menekan pertumbuhan tanaman,tapi konsentrasi garam yang tinggi dapat menyebabkan kematian pada tanaman ( Soepartini, 2005).

Untuk dapat bertahan hidup di dalam keadaan tertentu, suatu  organisme harus mempunyai bahan-bahan penting yang diperlukan dalam untuk pertumbuhan dan perkembangbiakkan. Kehadiran dan keberhaslan suatu oganisme tergantung pada lengkapnya kompleks-kompleks keadaan. Ketiadaan atau kegagalan suatu organisme dapat dikendalikan oleh kekurangan atau kelebihan secara kualitatif atau kuantitatif dari salah satu dari beberapa faktor yang mungkin mendekati batas-batas toleransi ( Soetrisno, 2004).

Tanah salin adalah tanah yang mengandung NaCl cukup tinggi sehingga mengganggu pertumbuhan tanaman. Larutan garam pada tanah biasanya tersusun dari ion Na+, Ca2+, Mg2+, Cl-, CO42- dan CO3-. Ion dari kadar garam yang tinggi meracuni mekanisme metabolit dan dapat mengganggu serapan berbagai unsure hara essensial dan metabolisme. Ion-ion tersebut dapat meracuni tanaman melalui berbagai cara, antara lain : 1.) dapat menjadi anti metabolit, 2.) mengendapkan atau mengikat berbagai metabolit, 3.) dapat menjadi katalisator dalam mempercepat dekomposisi, 4.) merusak sel sehingga permeabilitasnya terganggu, 5.) berada pada tempat-tempat unsure essensial tetapi tidak menggantikan perananya (Keany and John, 1985).

Jadi, faktor-faktor ekologi atau lingkungan yang beranekaragam dapat berpengaruh terhadap ketidakadaan atau adanya, kesuburan atau kelemahan, keberhasilan atau kegagalan berbagai komunitas tumbuhan melalui takson-takson penyusunnya. Organisme mempunyai batasan maksimal dan minimal terhadap factor lingkungan yang mempengaruhinya, yang hal ini sesuai dengan hokum toleransi Shelford (Sunarto, 2007).






III. METODOLOGI

Acara praktikum Salinitas Sebagai Faktor Pembatas Abiotik dilakukan di Laboratorium Ekologi Tanaman, Jurusan Bbudidaya Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Gadjah Mada, Yogyakartapada hari Selasa, 15 Maret 2011 jam 13.30WIB. bahan-bahan yang digunakan yaitu benih padi ( Oriza sativa ), benih ketimun ( Cucumis sativus)  dan benih kedelai ( Glycina max ), polybag, NaCl praktis, pupuk kandang dan kertaaas label. Alat-alat yang digunakan yaitu timbanagn analitik, gelas ukur, Erlenmeyer, alat pengaduk, peralatan tanaman dan penggaris.
Adapun cara kerja yang digunakan dalam praktikum, pertama disiapkan polybag yang diisi tanah sebanyak 9 polybag. Apabila ada kerikil, sisa-sisa akar tanaman lain dan kotoran harus dihilangkan agar tidak mengganggu pertumbuhan tanaman. Dipilih biji yang sehat dari jenis tanaman yang akan diperlakukan. Selanjutnya ditanam 5 biji ke dalam masing-masing polybag. Penyiraman dilakukan setiap hari dengan air biasa. Setelah berumur 1 minggu, bibit dijarangkan menjadi 2 tanaman/ polybag., dipilih bibit yang sehat. Larutan NaCl dibuat dengan konsentrasi 2000 ppm,dan 4000 ppm. Sebagai pembanding digunakan aquades. Masing- masing perlakuan diulang tiga kali. Masing-masing konsentrasi larutan garam tersebut dituangkan pada tiap-tiap polybag sesuai perlakuan sampai kapasitas lapang. Volume masing-masing larutan untuk tiap-tiap polybag harus sama. Tiap polybag diberi label sesuai perlakuan dan ulanganya. Label harus mudah dibaca agar tidak tertukar dengan perlakuan lain saat pengamatan. Pemberian larutan garam dilakukan setiap dua hari sekali tujuh hari pembrian. Selang hari diantaranya tetap dilakuksan penyiraman dengan air biasa dengan volume yang sama. Percobaan dilakukan sampai tanaman berumur 21 hari, kemudian dilakukan pemanenan. Diusahakn akar tidak sampai rusak/potong. Pengamatan dilakukan setiap hari sampai hari ke 21 meliputi tinggi tanaman setiap 2 hari sekali (cm), berat segar tanaman pada akhir pengamatan (gram), panjang akar utama pada akhir pengamatan (cm), abnormalitas tanaman (klorosis pada daun dan sebagainya). Data yang diperoleh dihitung reratanya (tiga ulangan pada tiap perlakuan), selanjutnya gambar grafiktinggi tanaman pada masing-masing konsentrasi garam vs hari pengamatan untuk masing-masnig tanaman, grafik panjang akar pada masing-masing konsentrasi garam vs hari pengamatan untuk masing-masing tanaman, diagram batang (histogram) rerata panjang akar pada akhir percobaan untuk ketiga jenis tanaman, histogram berart basah tanaman pada akhir percobaan.





IV. HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN

A.  Hasil Pengamatan
Dari pengamatan yang dilakukan, diperoleh hasil sebagai berikut :
Tanaman
Perlakuan


Hari Pengamatan



1
2
3
4
5
6
7
8

Padi

0 ppm
10,133
16,483
19,125
20,05
20,558
21,067
21,392
22,32
2000 ppm
9,2167
14,067
17,5
18,8
19,517
19,858
20,206
21,575
4000 ppm
8,4667
13,625
15,912
17,612
18,658
19,158
19,892
20,583
Kacang panjang
0 ppm
17,967
24,625
27,017
36,925
43,692
49,258
60,625
68,013
2000 ppm
17,942
25,675
27,908
38,467
50,567
57,775
64,467
67,175
4000 ppm
15,392
18,325
21,617
29,697
36,105
42,575
49,392
56,275
Mentimun
0 ppm
7,425
9,0583
10,192
12,133
14,117
16,658
19,875
22,358

2000 ppm
7,5667
9,125
10,3
13,217
14,875
17,317
20,808
25,417

4000 ppm
8,4583
10,742
12,083
14,163
16,122
18,142
20,883
26,525
a. Tabel Tinggi Tanaman
















Tanaman
Perlakuan


Hari Pengamatan



1
2
3
4
5
6
7
8

0 ppm
1,667
1,75
2,083
2,6
2,917
3
3,083
3,4
Padi
2000 ppm
1,667
1,917
2,1
2,75
3,083
3,3
3,5
3,667

4000 ppm
1,5
1,917
2
2,667
2,9
3,333
3,583
3,7
Kacang panjang
0 ppm
2,167
2,75
3,333
3,667
4,583
6,25
7
7,25
2000 ppm
2
2,667
3,333
4,083
4,583
6,083
6,7
6,792
4000 ppm
2,167
2,583
3,417
3,667
4,417
5,417
6,167
6,5
Mentimun
0 ppm
2,583
2,667
3
3,667
4
4,3
4,583
5
2000 ppm
2,583
2,667
3
3,667
3,917
4,25
4,5
4,917
4000 ppm
2,667
2,708
3,25
3,667
3,833
4,25
4,417
4,667
b. Tabel Jumlah Daun



c. Tabel Panjang Akar

Perlakuan
Panjang akar
Padi
Kacang panjang
Mentimun
0 ppm
7,183
14,59
22,59
2000 ppm
7,115
13,777
28,478
4000 ppm
6,0983
13,797
27,372










d. Tabel Berat Segar dan Berat Kering
Tanaman
Perlakuan
Berat Segar
Berat Kering
Padi
0 ppm
0,372
0,098
2000 ppm
0,3833
0,072
4000 ppm
0,2698
0,064
Kacang panjang
0 ppm
12,717
3,736
2000 ppm
10,307
2,496
4000 ppm
9,5467
1,782
Mentimun
0 ppm
9,4883
1,58
2000 ppm
10,42
2,5533
4000 ppm
9,5433
2,83

B. PEMBAHASAN
Grafik tinggi tanaman vs pengamatan
1.      Tanaman Padi





Konsentrasi NaCl mempengaruhi pertumbuhan tanaman padi. Dari grafik dapat di lihat bahwa pada padi yang diberi perlakuan 2000 ppm, pertumbuhannya stabil. Hal ini bisa terjadi dikarenakan pada 2000 ppm tanaman padi dapat beradaptasi dengan baik, tingkat salinitasnya tidak terlalu bersifat basa bagi tanaman padi itu sendiri. Pada perlakuan 4000 ppm,tanaman padi pertumbuhannya tidak stabil, cenderung ekstrim. Hal ini karena pada perlakuan 4000 ppm, tingkat salinitasnya terlalu tinggi. Sedangkan pada perlakuan 0 ppm, pertuumbuhan tanaman padi tidak stabil, awal-awal pertumbuhannya cepat, tetapi setelah pengamatan ke 4 pertumbuhan padi tidak secepat ketika pengamatan awal. Hal ini karena pada perlakuan 0 ppm, tingkat salinitasnya terlalu rendah, sehingga pertumbuhanya kurang stabil kurang stabilnya pertumbuhan padi pada 0 ppm terjadi karena padi pada masa pertumbuhan lanjut menbutuhkan kadar garam yang lebih, sehingga pada grafik setelah pengamatan ke 4 yang kemungkinan padi membutuhkan kadar garam lebih tetapi tidak terpenuhi karena hanya diberi air biasa yang tidak ada kadar garanya, sehingga pertumbuhannya menjadi melambat. Hal ini menujukkan bahwa padi dapat menjadi toleran terhadap salinitas yang cukup tinggi (halofit).
2.      Tanaman Metimun


                

         Berdasarkan dari data yang diperoleh dari grafik, pertumbuhan mentimun pada perlakuan 4000 ppm paling pesat dibandingkan dari perlakuan 0 ppm dan 2000 ppm. Hal ini terjadi karena pada dasarnya mentimun merupakan tanaman yang tahan terhadap salintas, dan mentimun juga merupakan tanaman yang membutuhkan garam yang cukup tinggi untuk pertumbuhan, sehingga pada perlakuan 4000 ppm pertumbuhannya hingga pengamatan ke 8 paling tinggi. Sedangkan pada perlakuan 2000 ppm pertumbuhan juga lebih pesat dari pada perlakuan 0 ppm. Hal ini terjadi karena pada tanaman mentimun perlakuan 0 ppm tidak mendapatkan unsure hara yang dibutuhkan untuk pertumbuhannya, sehingga pertumbuhan tinggi pada perlakuan 0 ppm paling pendek dari pada perlakuan 4000 ppm dan 2000 ppm.

3.Tanaman Kacang Panjang
            
                                                                                                                                               
Berdasarkan data yang diperoleh dari grafik, pada pertumbuhan kacang panjang perlakuan 0 ppm dan 2000 ppm berjalan bersamaan, sedangkan pada perlakuan 4000 ppm pertumbuhannya berjalan lambat. Lambatnya pertumbuhan pada perlakuan 4000 ppm karena kacang panjang terlalu banyak dalam menyerap garam, sehingga pertumbuhannya pun melambat. Hal ini terjadi pada dasarnya tanaman kacang panjang merupakan tanaman yang membutuhkan salinitas hanya pada kadar yang cukup, sehingga bila terlalu banyak, yang terjadi adalah pertumbuhan tanaman menjadi melambat. Sedangkan pada perlakuan 2000 ppm pada pertengahan pengamatan pertumbuhannya lebih cepat dari pada 0 ppm. Hal ini terjadi karena tanaman kacang panjang memperoleh porsi hara salinitas yang pas, sehingga pertumbuhannya menjadi cepat.








Grafik jumlah daun vs pengamatan
1.         Tanaman Padi

      Konsentrasi NaCl mempengaruhi pertumbuhan dan jumlah daun tanaman padi. Dari grafik dapat di lihat bahwa pada padi yang diberi perlakuan 2000 ppm, pertumbuhannya stabil. Hal ini bisa terjadi dikarenakan pada 2000 ppm tanaman padi dapat beradaptasi dengan baik, tingkat salinitasnya tidak terlalu bersifat basa bagi tanaman padi itu sendiri. Pada perlakuan 4000 ppm,tanaman padi pertumbuhannya tidak stabil, cenderung ekstrim. Hal ini karena pada perlakuan 4000 ppm, tingkat salinitasnya terlalu tinggi. Sedangkan pada perlakuan 0 ppm, pertuumbuhan tanaman padi tidak stabil, awal-awal pertumbuhannya cepat, tetapi setelah pengamatan ke 4 pertumbuhan padi tidak secepat ketika pengamatan awal. Hal ini karena pada perlakuan 0 ppm, tingkat salinitasnya terlalu rendah, sehingga pertumbuhanya kurang stabil kurang stabilnya pertumbuhan padi pada 0 ppm terjadi karena padi pada masa pertumbuhan lanjut menbutuhkan kadar garam yang lebih, sehingga pada grafik setelah pengamatan ke 4 yang kemungkinan padi membutuhkan kadar garam lebih tetapi tidak terpenuhi karena hanya diberi air biasa yang tidak ada kadar garanya, sehingga pertumbuhannya menjadi melambat. Hal ini menujukkan bahwa padi dapat menjadi toleran terhadap salinitas yang cukup tinggi (halofit).




2.      Tanaman Mentimun

         Berdasarkan dari data yang diperoleh dari grafik, pertumbuhan jumlah daun mentimun pada perlakuan 4000 ppm paling pesat dibandingkan dari perlakuan 0 ppm dan 2000 ppm. Hal ini terjadi karena pada dasarnya mentimun merupakan tanaman yang tahan terhadap salintas, dan mentimun juga merupakan tanaman yang membutuhkan garam yang cukup tinggi untuk pertumbuhan, sehingga pada perlakuan 4000 ppm pertumbuhannya hingga pengamatan ke 8 paling tinggi. Sedangkan pada perlakuan 2000 ppm pertumbuhan juga lebih pesat dari pada perlakuan 0 ppm. Hal ini terjadi karena pada tanaman mentimun perlakuan 0 ppm tidak mendapatkan unsure hara yang dibutuhkan untuk pertumbuhannya, sehingga pertumbuhan tinggi pada perlakuan 0 ppm paling pendek dari pada perlakuan 4000 ppm dan 2000 ppm.











3.      Tanaman Kacang panjang


Berdasarkan data yang diperoleh dari grafik, pada pertumbuhan jumlah daun kacang panjang perlakuan 0 ppm dan 2000 ppm berjalan bersamaan, sedangkan pada perlakuan 4000 ppm pertumbuhannya berjalan lambat. Lambatnya pertumbuhan pada perlakuan 4000 ppm karena kacang panjang terlalu banyak dalam menyerap garam, sehingga pertumbuhannya pun melambat. Hal ini terjadi pada dasarnya tanaman kacang panjang merupakan tanaman yang membutuhkan salinitas hanya pada kadar yang cukup, sehingga bila terlalu banyak, yang terjadi adalah pertumbuhan tanaman menjadi melambat. Sedangkan pada perlakuan 2000 ppm pada pertengahan pengamatan pertumbuhannya lebih cepat dari pada 0 ppm. Hal ini terjadi karena tanaman kacang panjang memperoleh porsi hara salinitas yang pas, sehingga pertumbuhannya menjadi cepat.












Histogram Berat Basah dan Berat Kering
Tanaman pada Masing-masing Perlakuan

A.Tanaman Padi

        
            Dilihat dari histogram berat segar dan berat kering padi, pada perlakuan 2000 ppm memiliki berat segar yang paling tinggi, tetapi pada perlakuan 0 ppm memiliki berat kering yang paling berat. Hali ini terjadi karena pada perlakuan 2000 ppm tanaman padi masih menyimpan garam yang diserapnya dari perlakuan sehingga berat segarnya lebih tinggi dari pada perlakuan 0 ppm. Namun, setelah dilakukan pengovenan justru berat kering yang paling tinggi adalah 0 ppm. Hal ini kemungkinan terjadi karena pada perlakuan 0 ppm, padi tidak menyimpan garamnya sehingga pada keadaan segar beratnya lebih ringan dari pada 2000 ppm. Pada perlakuan 4000 ppm berat kering dan berat basahnya paling kecil karena padi pada dasarnya hanya membutuhkan salinitas yang sedikit, sehingga pada saat pertumbuhannya tidak maksimal, karena terhambat oleh salinitas yang berlebihan yang berakibat terganggunya metaolisme tanaman padi dan pertumbuhannya menjadi terhambat. Salinitas yang berlebih pada tanaman pada dasarnya akan mempengaruhi perkecambahan benih dan akan merusak serat dan jaringan tumbuhan.





B.     Tanaman Metimun



            Berdasarkan dari histogram berat segar mentimun dan berat kering mentimun, dapat dilihat bahwa yang mendominasi berat segar adalah perlakuan 2000 ppm, sedangkan berat kering yang mendominasi adalah perlakuan 4000 ppm. Hal ini terjadi karena metimun perlakuan 2000 ppm kemungkinan memiliki diameter batang yang lebih tinggi dan masih menyimpan unsure haranya ketika dalam keadaan segar. Namun, pada berat kering justru perlakuan 4000 ppm yang memiliki bobot yang paling berat. Hal ini kemungkinan terjadi karena pada perlakuan 4000 ppm, meskipun pada keadaan segar bobotnya lebih ringan dari pada 2000 ppm, tetapi pada berat keringnya bobotnya melebihi perlakuan 2000 ppm. Hal ini terjadi karena mentimun pada perlakuan 4000 ppm, mentimun tersebut pertumbuhannya lebih cepat dan memiliki isi yang lebih dari pada perlakuan 2000 ppm, karena memperoleh salinitas yang lebih dari pada yang perlakuan 2000 ppm. Pada dasarnya tanaman mentimun merupakan tanaman yang toleran terhadap salinitas (halofit).








C.    Tanaman Kacang Panjang




            Berdasarkan histogram berat segar dan berat kering kacang panjang dapat dilihat bahwa, tanaman kacang panjang yang diberi perlakuan pemberian garam 2000 ppm dan 4000 ppm beratnya berangsur menurun. Begitu pula dengan berat kering tanaman kacang panjang yang diberi perlakuan pemberian garam 2000 ppm dan 4000ppm. Hal ini membuktikan bahwa tanaman kacang panjang merupakan tanaman yang rentan terhadap salinitas (glikofit). Hal ini dapat dilihat dari histogram berat kering dan berat segar kacang panjang yang berat kering dan berat segar maksimalnya terletak pada perlakuan 0 ppm.













V. KESIMPULAN
1)      Tanaman dengan perlakuan konsentrasi NaCl praktis yang berbeda akan menghasilkan  pertumbuhan yang berbeda pula.
2)      Taanaman dengan perlakuan konsentrasi perlakuan NaCl yang berbeda akan menghasilkan pertumbuhan yang berbeda pula.
3)      Tanaman metimun toleran terhadap kadar garam yang tinggi, sedangkan tanaman kacang panjang rentan terhadap kadar garam yang tinggi dan tanaman padi dapat tumbuh dengan baik pada kadar garam yang cukup.
4)      Kadar garam yang terlalu tinggi akan menghambat perkecambahan benih serat merusak jaringan tanaman
5)      Tanaman glikofit adalah tanaman yang rentan terhadap kadar garam tinggi.
6)      Tanaman halofit adalah tanaman yang toleran terhadap kadar garam tinggi.
7)      Padi (Oryza sativa) dan mentimun (Cucumis sativus) merupakan salah satu contoh dari tanaman halofit, sedangkan kacang panjang (Vigna unguiculata) merupakan salah satu contoh tanaman glikofit.
8)      Salinitas akan mempengaruhi proses fisiologi dan morfologi dalam hubungannya dengan keseimbangan air dalam tubuh tanaman.

















DAFTAR PUSTAKA


Anonim. 2004. Stress Tanaman.<http://www.inovasionline.com>. Diakses tanggal 17 Maret 2011.
Daubenmire, R., F. 1982. Plant and Environment. John Willey and Sons, Canada.
Isnawan, H., B. 1997. Permasalahan Salinitas Tanaman Budidaya. Jakarta, Erlangga.
Keany and L. John. 1985. Soil and Plant Interaction with Salinity. Agriculture Experiment. Station University of California, California.
Richard, C., S and T.H. Gary. 1984. Salinity Tolerance in Plants. Jhon Willey and Sons. Inc, New York.
Soepartini, M., S. 2005. Evaluasi kualitas dan sumbangan hara di perairan di jawa. Pemberitaan Tanah dan Pupuk, 26 : 27-30.
Soetrisno, N. 2004. Peranan industry pertanian dan pengembangan lingkungan menuju pertanian berkelanjutan, 40 : 37-39.
Sunarto. 2007. Toleransi kedelai pada salinitas. Buletin Agronomi, 39 : 27-34.






1 comment:

Sahabat Kreatif said...

Sangat membantu vrohhh.... thank's :)

 


Loading...


Please Wait...