Pages

Gunakan Mozzila Firefox untuk mengakses website ini dan jangan lupa klik iklannya

Tuesday, October 11, 2011

PENGUJIAN PROTEIN DAN ASAM AMINO

LAPORAN PRAKTIKUM
BIOKIMIA
ACARA III

PENGUJIAN PROTEIN DAN ASAM AMINO










Disusun oleh :

Nama : Rr.Wulan Setyadewi
Nim : 06/194952/PN/10699
Gol : A2
Hari/tgl : Selasa / 25 September 2007
Asisten : Nurdianto

LABORATORIUM BIOKIMIA
JURUSAN MIKROBIOLOGI PERTANIAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS GADJAH MADA
YOGYAKARTA
2007
ACARA III

PENGUJIAN PROTEIN DAN ASAM AMINO


I. TUJUAN

1. Mengetahui kadar ikatan peptide dalam suatu senyawa asam amino.
2. Mengetahui bahan yang diujikan mengandung protein.
3. Mengetahui beberapa sifat asam amino dan proses denaturasi protein.


II. TINJAUAN PUSTAKA

Asam amino adalah senyawa yang mengandung gugus karboksil dan gugus amin. Asam amino juga merupakan senyawa monomer dari protein, jenis asam amino dibedakan dari letak gugus amina yang terikat pada atom C ( Hart, 1987 ).
Asam amino merupakan bahan yang penting dan dibutuhkan oleh tubuh. Berdasarkan kebutuhan akan asam amino tersebut, ada beberapa jenis asam amino yang dapat disintesis oleh tubuh dan ada jenis asam amino yang tidak dapat disintesis oleh tubuh. Asam amino yang dapat disintesis oleh tubuh disebut juga asam amino non essensial, sedangkan asam amino yang tidak dapat disintesis oleh tubuh disebut juga asam amino essensial, asam amino jenis ini diperoleh dari makanan yang dimakan oleh tubuh ( Wilbraham, 1998 )
Struktur asam amino mempunyai 2 buah fungsi yaitu gugus karboksilat (-COOH ) dan gugus amina ( NH2 ). Rumus umum asam amino dapat digambarkan sebagai berikut :



Gugus R beraneka jenisnya tidak hanya terbatas pada gugus alkil saja ( Hart, 1987 ).
Protein merupakan polimer alam yang terjadi melalui reaksi polimerisasi kondensasi dari monomer asam amina. Asam amino berikatan dengan asam amino lainnya membentuk rantai melalui ikatan peptide. Setiap ikatan peptide antara 2 molekul asam amino akan dilepaskan molekul air. Ikatan 2 buah asam amino melalui reaksi :


III. METODOLOGI

A. Alat dan Bahan
1. Larutan Cystin
2. Larutan Cystein
3. Larutan Alanin
4. Larutan Phenylalanin
5. Larutan Aquades
6. Larutan Glycin
7. Larutan Methionin
8. Larutan Tryptophan
9. Larutan Tyrosin
10. Tabung reaksi
11. Pipet tetes
12. Kaki tiga
13. Kompor Spiritus
14. Vortex
15. Gelas Beker
16. NaNO3 1 %
17. Reagen Millon
18. Ninhidrin 0,2 %
19. HNO3 Pekat
20. NaOH 40 %
21. HCl 15 %







IV. HASIL PENGAMATAN

Asam Amino NT XT MTS LST
Cystin ++ - - -
Cystein +++ - - -
Alanin ++++++ - - +
Fenilalanin +++++++ - - -
Glycine +++++++++ - - -
Methianin +++++ - - -
Tyrosin ++++ + + -
Trypthopan ++++++++ ++ - -
Aquades + - - -

Ket : + = Tingkat Kepekatan
- = Tidak terjadi perubahan ( reaksi negatif )

Pengujian Protein
Biuret Test
Protein Intensitas warna violet
Casein ++ ( Ungu Keruh )
Albumin +++ ( Ungu / Violet )
Glycin + ( Bening )

Denaturasi dengan Pemanasan dan pH Ekstrim

Awal Perlakuan 1 Perlakuan 2 Kesimpulan
Casein : Cair Putih
( c ) keruh

Albumin : Cair
( A ) bening HCl :
C = putih endapan di bawah
A = tetap
NaOH :
C = Coklat kental
A = Cair kuning bening

NaCl :
C = tetap
A = putih keruh berbuih

HNO3 :
C = kuning keruh
A = kuning bening

Aquadest :
C = tetap
A = putih keruh NaOH :
C = 2 lapis, atas keruh, bawah bening
A = putih keruh kecoklatan

HCl :
C = kuning kecoklatan endapan banyak
A = kuning berbentuk endapan putih 1. R
2. D
3. R
4. R
5. D
6. D
7. D
8. D
9. D10. D


















V. PEMBAHASAN

A. Pengujian Umum Asam Amino
Pada pengujian asam amino ini digunakan ninhidrin tes. Tes ini bertujuan untuk mengetahui apakah bahan-bahan yang digunakan dalam praktikum ini mengandung asam amino atau tidak. Tes ini dapat bereaksi dengan semua asam amino yang berada pada kondisi keasaman tertentu yaitu antara pH 4-8. Reaksi ini akan menimbulkan warna violet atau ungu. Asam amino prolin dan hidroksi prolin dapat bereaksi dengan tes ini namun menghasilkan warna kuning.
Reaksi umum yang terjadi adalah :







B. Pengujian Kelompok Asam Amino
1. Uji Xanthoproteic
Pada pengujian xanthoproteic bertujuan untuk mengetahui adanya gugus aromatik pada bahan yang akan diujikan. Pada prinsipnya asam amino yang mengandung gugus aromatik akan membentuk derivate/turunan nitro yang berwarna kuning bila dipanaskan dengan asam nitrat pekat. Garam dari derivate tersebut akan berwarna oranye. Fenilalanin akan bereaksi negatif atau positif lemah.
Berdasarkan hasil pengamatan, reaksi tirosin dalam uji ini :














2. Uji Millon
Pada pengujian millon ini dimaksudkan untuk mengetahui apakah bahan-bahan asam amino yang diuji mengandung hidroksi benzena. Asam amino yang mengandung hidroksi benzene akan bereaksi dengan reagen millon dan menghasilkan kompleks berwarna merah. Hanya asam amino fenolik, yaitu tirosin dan derivatnya yang memberikan reaksi positif terhadap reagen Millon.
Pada pelaksanaan pengujian, larutan yang sudah dicampur dengan reagen millon dipanaskan untuk mempercepat reaksi. Setelah itu larutan didinginkan agar tidak terjadi hidrolisis yang berlebih saat terjadi pemanasan karena penguapan yang akan melepaskan zat-zat penting ke udara.

3. Uji Lead Sulphide
Uji ini bertujuan untuk mengetahui apakah bahan-bahan amino yang digunakan mengandung belerang atau tidak.
Asam amino sistin dan sistein bila dipanaskan dalam alkali kuat, beberapa sulfurnya akan diubah menjadi natrium sufida yang dapat dideteksi dengan metode pengendapan sebagai senyawa lead sulphide. Sulfur dari methionin tidak dapat dipengaruhi oleh reaksi ini. Adapun reaksi Sisetin terhadap uji lead sulphide :





C. Pengujian Protein
1. Pengujian Biuret
Adapun tujuan dari pengujian biuret adalah untuk mengetahui adanya ikatan peptida dalam sampel protein yang akan diuji. Uji ini dinilai positif jika terjadi reaksi berupa warna violet ( ungu ).
Mula-mula dalam pengujian ini ditambahkan 5 tetes CuSO4 ke 2 ml larutan protein. Penambahan CuSO4 dalam pengujian ini dikarenakan CuSO4 dapat bereaksi dengan senyawa yang mengandung 2 atau lebih ikatan peptida, sehingga dapat diketahui apakah protein yang diuji mengandung ikatan peptida atau tidak. Setelah itu ditambahkan lagi NaOH 40 % agar ion Na+ dalam reaksinya dapat mengikat ion SO42- sehingga membentuk senyawa NaSO4 yang akan menunjukkan warna semakin pekat dan larutan divortex agar homogen.
Reaksi umum yang terjadi adalah :







2. Denaturasi dengan Pemanasan dan pH Ekstrim
Denaturasi merupakan perubahan struktur/formasi yang berbeda dari sturktur aslinya yang disebabkan oleh perubahan kondisi lingkungan tertentu. Pengujian denaturasi protein ini beryujuan untuk mengetahui sejauh mana pengaruh lingkungan terhadap perubahan struktur protein. Denaturasi sering meliputi perubahan kimia dalam molekul protein, protein yang mengalami denaturasi mengakibatkan larutan menjadi kecil dan aktivitas fisiologi menghilang.




VI. KESIMPULAN

1. Bahan-bahan yang diujikan dalam percobaan ini merupakan asam amino
2. Asam amino yang mengandung gugus aromatik adalah tirosin dan triptofan.
3. Asam amino yang mengandung unsur S adalah sistein.
4. Tirosin adalah asam amino yang mengandung hidroksi benzene.
5. Casein dan Albumin mengalami denaturasi yang reversible oleh larutan HCl, sedangkan larutan NaOH reversible.


DAFTAR PUSTAKA

Fessenden, R.J dan J.S. Ressenden. 1984. Kimia Organik. Jilid 2. Erlangga. Jakarta
Hart, H. 1987. Kimia Organik edisi ke-6. Erlangga. Jakarta
Wilbraham, A.C dan M.S. Matta. 1998. Pengantar Kimia Organik dan Hayati. Erlangga. Jakarta









Mengetahui, Yogyakarta, 1 Oktober 2006
Asisten Praktikan


( Sudadi ) ( Zikri Nanda )

LAPORAN PRAKTIKUM
BIOKIMIA

ACARA III
PENGUJIAN PROTEIN DAN ASAM AMINO


Disusun Oleh :

Nama : Zikri Nanda
NIM : 10390
Prodi : Mikrobiologi
Gol./Kel. : A1/1
Asisten : Sudadi




LABORATORIUM TERPADU
UNIVERSITAS GADJAH MADA
YOGYAKARTA
2006

No comments:

 


Loading...


Please Wait...