ACARA
IV
MENENTUKAN
IKLIM SUATU TEMPAT
I.
TUJUAN
11.
Melatih mahasiswa menyatukan berbagai anasir iklim guna
menentukan tipe iklim.
22.
Melatih mahasiswa mengetahui hubungan tipe iklim dengan
keadaan tanaman setempat.
II.
TINJAUAN PUSTAKA
Iklim adalah kondisi rata-rata cuaca dalam jangka waktu
yang panjang. Studi tentang iklim dipelajari dalam meteorologi. Iklim di bumi
sangat dipengaruhi oleh posisi matahari terhadap bumi. Terdapat beberapa
klasifikasi iklim di bumi ini yang ditentukan oleh letak geografis. Secara umum
kita dapat menyebutnya sebagai iklim tropis, lintang menengah, dan lintang
tinggi. Ilmu yang mempelajari tentang iklim adalah klimatologi (Anonim, 2008).
Keadaan
iklim di Indonesia sangat dipengaruhi oleh letak geografis dan topografi.
Indonesia terletak di daerah ekuator (7° LU - 11°LS) dan diapit oleh Benua Asia
dan Benua Australia. Benua Asia dan Australia memiliki moonson foci yang
menyebabkan adanya dua periode musim, yaitu musim hujan dan musim kemarau.
Persebaran curah hujan di Indonesia yang tidak merata disebabkan oleh sebaran
pulau dan gunung yang banyak. Dengan melihat keadaan iklim yang khas itu, maka
untuk menentukan tipe iklim di Indonesia, diperlukan metode iklim tersendiri
(Subarno, 1998).
Iklim
disusun oleh unsur-unsur yang sama dengan penyusun cuaca. Untuk mencari harga
rata-rata ini, tergantung pada keadaan dan kebutuhan. Hanya perlu diketahui,
untuk mengetahui penyimpangan-penyimpangan iklim harus berdasarkan pada harga
normal. Yaitu harga rata-rata selama sepuluh tahun. Angka tiga puluh tahun
merupakan persetujuan internasional (Wisnusubroto et. al., 1986).
Koppen
membagi permukaan bumi menjadi lima golongan iklim (Wisnusubroto, 1986):
- iklim
hujan tropika
- iklim
kering
- iklim
sedang
- iklim
dingin
- iklim
kutub
Ragam iklim pada berbagai tempat di muka bumi ditentukan oleh beberapa
gabungan proses atmosfer yang berbeda. Sehingga perlu ada pengidentifikasian
dan pengklasifikasian jenis iklim. Meskipun semua unsur iklim penting, hubungan
yang menyatakan kecukupan panas dan air banyak mempengaruhi klasifikasi iklim.
Faktor yang menentukan kondisi atmosfer dapat dipakai dalam klasifikasi iklim. Akan
tetapi, kriteria yang dipakai untuk membedakan jenis iklim sebaiknya
mencerminkan iklim itu sendiri. Pemahaman yang lebih baru tentang klasifiaksi
iklim yaitu dengan melihat hubungan sistematis antara unsur iklim dengan pola
tanam dunia. Klasifikasi iklim berdasar pola tanam biasanya dikaitkan dengan
hutan, hujan, padang rumput, dan tundra (Tjasjono, 1999).
Iklim telah terbagi sesuai lokasi atau daerah yang telah dideterminasikan
tidak hanya untuk satu elemen saja, tetapi dengan variasi kombinasi variabel
meteorologi. Dua tempat mungkin memililki temperatur yang sama, tetapi ada
perbedaan curah hujan di sana. Beberapa karakteristik dari distribusi iklim telah
diketahui melalui klasifikasi secara astronomi. Ada beberapa klasifikasi iklim
sesuai parameter pengukurannya yaitu klasifikasi menurut Mohr, Schmidt dan
Fergusson, Oldeman, dan Koppen. Di antara keempat jenis klasifikasi iklim ini
terdapat persamaan dan perbedaan (Harwitz, 1944).
Data iklim (temperatur udara, temperatur udara maksimal,
kelembaban relatif, durasi sinar matahari dan curah hujan) yang diperoleh dari
BMG dipergunakan untuk menganalisis variasi iklim Indonesia, baik variasi yang
disebabkan oleh perbedaan posisi (lintang, bujur), topografi, maupun perbedaan
waktu dalam rentang 33 tahun (1956-1989). Ada beberapa hal yang mempengaruhi
variasi iklim yang bersifat alami yaitu sebagai berikut.
1. Faktor-faktor astronomi
Perubahan posisi permukaan bumi relatif
terhadap matahari menyebabkan variasi
iklim dalam skala waktu ribuan tahun.
2.
Komposisi atmosfer
Pada
zaman tertier dan quarter, iklim dipengaruhi oleh penurunan konsentrasi CO2
di atmosfer. Jika dibandingkan antara laju penurunan konsentrasi CO2
dan perubahan temperatur udara dapat disimpulkan bahwa pengaruh alami CO2
pada iklim teramati dalam interval waktu
di atas sepuluh ribu tahun.
3. Struktur
permukaan bumi
Perubahan relief permukaan dan perubahan
garis pantai berpengaruh pada iklim dalam periode waktu di atas seratus tahun
sampai sejuta tahun.
4. Konstanta
matahari
Variasi radiasi matahari mempengaruhi keadaan iklim di atas
periode waktu lebih dari seratus juta tahun (Budyko (1982) cit. Juaeni, 1996).
Berdasar
klasifikasi iklim global, wilayah kepulauan Indonesia sebagian besar tergolong
dalam zona iklim tropika basah dan sisanya masuk zona iklim pegunungan atau
tropika monsoon. Sektor pertanian masih merupakan sumber mata pencaharian
sebagian besar penduduk Indonesia. Dapat dipahami jika klasifikasi iklim lebih
ditekankan untuk pemanfaatannya dalam kegiatan budidaya pertanian. Pada
daerah tropika seperti Indonesia, suhu udara jarang menjadi faktor pembatas
kegiatan produksi pertanian. Ketersediaan air merupakan faktor yang sering membatasi
kegiatan produksi pertanian. Tanaman tidak dapat tumbuh normal dan memberi
hasil yang baik jika ketersediaan air tidak mencukupi. Karena kebutuhan
tersebut, bakosurtanal membagi zona iklim menjadi 4. Selain klasifikasi iklim
yang dibuat bakosurtanal, sebelumnya telah banyak usaha yang dilakukan para
pakar ilmu iklim untuk membuat sistem klasifikasi iklim wilayah Indonesia. Yang
pertama yaitu yang didasarkan atas curah hujan yang diusulkan E.C. Mohr.
Klasifikasi iklim Mohr didasarkan atas jumlah bulan basah dan bulan kering
dalam setahun. Bulan basah dalam klasifikasi iklim Mohr adalah bulan dengan
total hujan kumulatif > 100 mm, sedangkan bulan kering total curah hujan
kumulatifnya < 60 mm, dan bulan lembab total curah hujan kumulatifnya antara
60 hingga 100 mm. Sebelumnya, Boerema telah memplubikasi profil curah hujan
untuk wilayah Indonesia tapi belum melakukan usaha pengklasifikasian zona ilkim
Indonesia dengan kriteria yang jelas. Boerema menyajikan 69 tipe curah hujan di
pulau jawa madura dan 84 tipe di luar jawa madura. Klasifikasi lainnya untuk
wilayah Indonesia diusulkan oleh F.H. Schmidt dan J.H.A. Fergusson yang
klasifikasinya didasarkan atas nisbah antara jumlah bulan kering dengan jumlah
bulan basah dalam setahun. Nisbah ini diberi symbol Q, berdasar nilai Q ini,
wilayah Indonesia dibagi menjadi 8 zona iklim. Klasifikasi iklim untuk wilayah
Indonesia seluruhnya dikembangkan dengan menggunakan curah hujan sebagai
kriteria utamanya. Hal ini dilakukan karena variasi curah hujan untuk wilayah
Indonesia sangat nyata, sedang unsur iklim lain tidak berfluktuasi secara nyata
sepanjang tahun. Oldeman menyusun klasifikasi iklim Indonesia berdasar jumlah
bulan basah yang berlangsung secara berturut-turut. Beda dengan klasifikasi
Mohr, dalam klasifikasi Oldeman bulan basah adalah bulan dengan total curah
hujan kumulatif > 200 mm, bulan kering adalah bulan dengan total curah hujan
< 100 mm, bulan lembab dengan total curah hujan kumulatif antara 100 hingga
200 mm. Berdasar jumlah bulan basah berturut-turut ini, Oldeman membuat 5 zona
agroklimat utama, istilah agroklimat digunakan untuk mencerminkan zona iklim
yang dikaitkan dengan kebutuhan budidaya pertanian (Lakitan, 2002).
Klasifikasi iklim Köppen
adalah salah satu sistem klasifikasi iklim
yang paling banyak digunakan secara luas. Dikembangkan oleh Wladimir Köppen, seorang
ahli iklim Jerman,
sekitar tahun 1900 (dengan beberapa perubahan oleh Köppen, tahun 1918 dan
1936). Didasarkan pada konsep bahwa tanaman adalah ekspresi terbaik iklim; dan,
lingkaran zona iklim telah dipilih dengan distribusi tanaman. Menggabungkan temperatur
dan kelembaban
rata-rata bulanan dan tahunan, dan kelembaban musiman (Anonim, 2008).
Menurut
Mohr, sistem Koppen kurang berlaku di Indonesia, karena mengenai hujan Mohr
mengemukakan batasa-batasan baru untuk menunjukkan adanya kekuatan periode
kering terhadap tanah dan gambaran curah hujan. Tiga derajat kebasahan bulan
menurut Mohr ialah bulan basah, bulan lembab, dan bulan kering (Wisnusubroto,
1986).
III.
METODOLOGI
Pada percobaan yang dilaksanakan tanggal 4 November 2008 di
Laboratorium Agroklimatologi, diamati
cara menentukan iklim di suatu tempat berdasarkan data-data yang telah
disediakan yaitu sebagai berikut. Data
curah hujan (CH) bulanan selama 10 tahun di suatu tempat, data rerata
suhu udara (T) bulanan, data tinggi tempat dan
data pendukung pola tanam, vegetasi dominan, dan tanah.
Cara kerjanya adalah sebagai berikut. Data CH, T, dan h
digunakan untuk menganalisis tipe iklim daerah setempat menggunakan sistem
klasifikasi Mohr, Schmidt-Fergusson, Oldeman, dan Koppen. Sistem klasifikasi Mohr ditentukan dengan cara membuat tabel dengan kolom-kolom bulan, CH per tahun, CH
rerata, dan derajat kebasahan bulan (DKB). Semua data dimasukkan ke dalam tabel, kemudian dihitung
curah hujan rerata dari bulan-bulan sejenis. Ditentukan derajat kebasahan bulan masing-masing curah
hujan rerata kemudian dimasukkan ke dalam kolom DBK. Dari kolom DBK, dihitung jumlah bulan kering (BK), bulan
lembab (BL), dan bulan basah (BB). Tipe iklim daerah setempat ditentukan
menurut penggolongan iklim Mohr. Sistem
klasifikasi Schmidt-Fergusson ditentukan dengan cara membuat tabel dengan kolom-kolom bulan, CH per tahun dengan kolom
DBK pada setiap kolom tahun. Semua
data dimasukkan ke dalam tabel, ditentukan DBK tiap data dan dimasukkan ke
dalam kolom DBK. Jumlah BK, BL, dan
BB dihitung selama 10 tahun. Nilai Q dihitung dengan menggunakan rumus:
Ditentukan
tipe iklim daerah setempat menurut penggolongan iklim Sistem Schmidt dan
Fergusson. Sistem klasifikasi Oldeman ditentukan dengan cara membuat tabel
dengan kolom-kolom seperti tabel sistem klasifikasi Mohr. Semua data dimasukkan
ke dalam tabel, ditentukan DKB tiap data menurut kriteria Mohr. Jumlah
rerata BK, BL, dan BB dhitung ke dalam bentuk angka bulat. Berdasarkan
pembulatan tersebut, ditentukan tipe iklim daerah setempat dengan menggunakan
“sistem klasifikasi Agroklimat”.
IV.
HASIL PENGAMATAN
Lab.
Agroklimatologi
Jurusan
Tanah Fakultas Pertanian
Universitas
Gadjah Mada
Nama
Stasiun : Banjarmasin
Letak
Lintang : 3° LS
Elevasi : 20 m dpl
DATA CURAH HUJAN
Tahun
|
Jan
|
Feb
|
Mar
|
Apr
|
Mei
|
Jun
|
Jul
|
Ags
|
Sep
|
Okt
|
Nov
|
Des
|
1980
|
364
|
389
|
150
|
258
|
0
|
133
|
164
|
31
|
36
|
0
|
154
|
343
|
1981
|
340
|
307
|
0
|
340
|
0
|
122
|
179
|
14
|
126
|
83
|
0
|
270
|
1982
|
422
|
422
|
328
|
239
|
286
|
149
|
42
|
26
|
0
|
28
|
108
|
485
|
1983
|
0
|
0
|
301
|
151
|
399
|
97
|
142
|
42
|
21
|
236
|
452
|
0
|
1984
|
394
|
341
|
404
|
397
|
482
|
0
|
420
|
79
|
116
|
132
|
306
|
444
|
1985
|
496
|
272
|
287
|
273
|
240
|
55
|
67
|
161
|
114
|
100
|
342
|
264
|
1986
|
387
|
216
|
455
|
219
|
209
|
225
|
132
|
16
|
103
|
170
|
266
|
265
|
1987
|
395
|
0
|
290
|
0
|
282
|
136
|
0
|
0
|
61
|
95
|
181
|
446
|
1988
|
457
|
446
|
370
|
249
|
262
|
83
|
178
|
157
|
85
|
234
|
380
|
403
|
1989
|
280
|
478
|
436
|
307
|
222
|
0
|
184
|
90
|
71
|
646
|
201
|
411
|
1. Sistem Klasifikasi
Mohr
Tahun
|
Jan
|
Feb
|
Mar
|
Apr
|
Mei
|
Jun
|
Jul
|
Ags
|
Sep
|
Okt
|
Nov
|
Des
|
1980
|
364
|
389
|
150
|
258
|
0
|
133
|
164
|
31
|
36
|
0
|
154
|
343
|
1981
|
340
|
307
|
0
|
340
|
0
|
122
|
179
|
14
|
126
|
83
|
0
|
270
|
1982
|
422
|
422
|
328
|
239
|
286
|
149
|
42
|
26
|
0
|
28
|
108
|
485
|
1983
|
0
|
0
|
301
|
151
|
399
|
97
|
142
|
42
|
21
|
236
|
452
|
0
|
1984
|
394
|
341
|
404
|
397
|
482
|
0
|
420
|
79
|
116
|
132
|
306
|
444
|
1985
|
496
|
272
|
287
|
273
|
240
|
55
|
67
|
161
|
114
|
100
|
342
|
264
|
1986
|
387
|
216
|
455
|
219
|
209
|
225
|
132
|
16
|
103
|
170
|
266
|
265
|
1987
|
395
|
0
|
290
|
0
|
282
|
136
|
0
|
0
|
61
|
95
|
181
|
446
|
1988
|
457
|
446
|
370
|
249
|
262
|
83
|
178
|
157
|
85
|
234
|
380
|
403
|
1989
|
280
|
478
|
436
|
307
|
222
|
0
|
184
|
90
|
71
|
646
|
201
|
411
|
Jumlah
|
3535
|
2871
|
3021
|
2433
|
2382
|
1000
|
1508
|
616
|
733
|
1724
|
2390
|
3331
|
Rata-Rata
|
353.5
|
287.1
|
302.1
|
243.3
|
238.2
|
100
|
150.8
|
61.6
|
73.3
|
172.4
|
239
|
333.1
|
Klasifikasi
|
BB
|
BB
|
BB
|
BB
|
BB
|
BL
|
BB
|
BL
|
BL
|
BB
|
BB
|
BB
|
Σ
BB = 9
Σ
BL = 3
Σ
BK = 0
Maka, iklim di daerah ini
termasuk golongan I, yaitu daerah basah, daerah dengan curah hujan melebihi
penguapan selama 12 bulan, hampir tanpa periode kering (BL antara 1-6).
2. Sistem Klasifikasi
Schimdt & Fergusson
Tahun
|
Jan
|
Feb
|
Mar
|
Apr
|
Mei
|
Jun
|
Jul
|
Ags
|
Sep
|
Okt
|
Nov
|
Des
|
Σ BB
|
Σ BL
|
Σ BK
|
1980
|
BB
|
BB
|
BB
|
BB
|
BK
|
BB
|
BB
|
BK
|
BK
|
BK
|
BB
|
BB
|
8
|
0
|
4
|
1981
|
BB
|
BB
|
BK
|
BB
|
BK
|
BB
|
BB
|
BK
|
BB
|
BL
|
BK
|
BB
|
7
|
1
|
4
|
1982
|
BB
|
BB
|
BB
|
BB
|
BB
|
BB
|
BK
|
BK
|
BK
|
BK
|
BB
|
BB
|
8
|
0
|
4
|
1983
|
BK
|
BK
|
BB
|
BB
|
BB
|
BL
|
BB
|
BK
|
BK
|
BB
|
BB
|
BK
|
6
|
1
|
5
|
1984
|
BB
|
BB
|
BB
|
BB
|
BB
|
BK
|
BB
|
BK
|
BB
|
BB
|
BB
|
BB
|
10
|
2
|
0
|
1985
|
BB
|
BB
|
BB
|
BB
|
BB
|
BK
|
BL
|
BB
|
BB
|
BL
|
BB
|
BB
|
9
|
2
|
1
|
1986
|
BB
|
BB
|
BB
|
BB
|
BB
|
BB
|
BB
|
BK
|
BB
|
BB
|
BB
|
BB
|
11
|
0
|
1
|
1987
|
BB
|
BK
|
BB
|
BK
|
BB
|
BB
|
BK
|
BK
|
BL
|
BL
|
BB
|
BB
|
6
|
2
|
4
|
1988
|
BB
|
BB
|
BB
|
BB
|
BB
|
BL
|
BB
|
BB
|
BL
|
BB
|
BB
|
BB
|
10
|
2
|
0
|
1989
|
BB
|
BB
|
BB
|
BB
|
BB
|
BK
|
BB
|
BL
|
BL
|
BB
|
BB
|
BB
|
9
|
2
|
1
|
Jumlah
|
84
|
12
|
24
|
||||||||||||
Rata-Rata
|
8.4
|
1.2
|
2.4
|
||||||||||||
Q
= Rerata BK / Rerata BB
= 2.4 / 8.4
= 0.29 Ã Golongan B.
Golongan B merupakan daerah basah
dengan vegetasi hutan hujan tropis ( 0,143 < Q < 0,333).
3. Sistem Klasifikasi
Oldeman
Tahun
|
Jan
|
Feb
|
Mar
|
Apr
|
Mei
|
Jun
|
Jul
|
Ags
|
Sep
|
Okt
|
Nov
|
Des
|
Σ BB
|
Σ BL
|
Σ BK
|
1980
|
BB
|
BB
|
BL
|
BB
|
BK
|
BL
|
BL
|
BK
|
BK
|
BK
|
BL
|
BB
|
4
|
4
|
4
|
1981
|
BB
|
BB
|
BK
|
BB
|
BK
|
BL
|
BL
|
BK
|
BL
|
BK
|
BK
|
BB
|
4
|
3
|
5
|
1982
|
BB
|
BB
|
BB
|
BB
|
BB
|
BL
|
BK
|
BK
|
BK
|
BK
|
BL
|
BB
|
6
|
2
|
4
|
1983
|
BK
|
BK
|
BB
|
BL
|
BB
|
BK
|
BL
|
BK
|
BK
|
BB
|
BB
|
BK
|
4
|
2
|
6
|
1984
|
BB
|
BB
|
BB
|
BB
|
BB
|
BK
|
BB
|
BK
|
BL
|
BL
|
BB
|
BB
|
8
|
2
|
2
|
1985
|
BB
|
BB
|
BB
|
BB
|
BB
|
BK
|
BK
|
BL
|
BL
|
BL
|
BB
|
BB
|
7
|
3
|
2
|
1986
|
BB
|
BB
|
BB
|
BB
|
BB
|
BB
|
BL
|
BK
|
BL
|
BL
|
BB
|
BB
|
8
|
3
|
1
|
1987
|
BB
|
BK
|
BB
|
BK
|
BB
|
BL
|
BK
|
BK
|
BK
|
BK
|
BL
|
BB
|
4
|
2
|
6
|
1988
|
BB
|
BB
|
BB
|
BB
|
BB
|
BK
|
BL
|
BL
|
BK
|
BB
|
BB
|
BB
|
8
|
2
|
2
|
1989
|
BB
|
BB
|
BB
|
BB
|
BB
|
BK
|
BL
|
BK
|
BK
|
BB
|
BB
|
BB
|
8
|
1
|
3
|
Jumlah
|
61
|
24
|
35
|
||||||||||||
Rata-Rata
|
6.1
|
2.4
|
3.5
|
||||||||||||
Pembulatan
|
6
|
2
|
4
|
Dengan bantuan segitiga
klimatologi, dapat diketahui bahwa iklim daerah Banjarmasin termasuk golongan
C3. Pada golongan ini, periode bero tidak dapat dihindari, namun penanaman 2
tanaman bergantian masih mungkin dilakukan.
4. Sistem Klasifikasi Koppen
Bulan
|
Rumus Tmax
|
Rumus Tmin
|
Januari
|
T = 30,8-0,0062h
|
T = 23,3-0,0054h
|
Februari
|
T = 30,7-0,0061h
|
T = 23,3-0,0053h
|
Maret
|
T = 31,1-0,0062h
|
T = 23,3-0,0054h
|
April
|
T = 31,4-0,0061h
|
T =22,9-0,0052h
|
Mei
|
T = 31,4-0,0061h
|
T = 22,9-0,0051h
|
Juni
|
T = 31,2-0,0061h
|
T = 22,7-0,0051h
|
Juli
|
T = 31,1-0,0061h
|
T = 21,6-0,0051h
|
Agustus
|
T = 31,5-0,0061h
|
T = 22,0-0,0052h
|
September
|
T = 32,0-0,0062h
|
T = 22,3-0,0054h
|
Oktober
|
T = 32,2-0,0064h
|
T = 22,8-0,0055h
|
November
|
T = 32,2-0,0064h
|
T = 22,8-0,0055h
|
Desember
|
T = 31,0-0,0062h
|
T = 23,3-0,0054h
|
Dengan
h = 20 m dpl = 0,2 hm dpl
Bulan
|
T
min
|
T
max
|
T
rerata
|
Jan
|
30.80
|
23.30
|
27.05
|
Feb
|
30.70
|
23.30
|
27.00
|
Mar
|
31.10
|
23.30
|
27.20
|
Apr
|
31.40
|
22.90
|
27.15
|
Mei
|
31.40
|
22.90
|
27.15
|
Jun
|
31.20
|
22.70
|
26.95
|
Jul
|
31.10
|
21.60
|
26.35
|
Ags
|
31.50
|
22.80
|
27.15
|
Sep
|
32.00
|
22.80
|
27.40
|
Okt
|
32.20
|
22.80
|
27.50
|
Nov
|
32.20
|
22.80
|
27.50
|
Des
|
31.00
|
23.30
|
27.15
|
Jumlah
|
325.5362
|
||
Rata-rata
|
27.13
|
T
rerata keseluruhan = 27,13°C
Tahun
|
Jan
|
Feb
|
Mar
|
Apr
|
Mei
|
Jun
|
Jul
|
Ags
|
Sep
|
Okt
|
Nov
|
Des
|
Σ (mm)
|
1980
|
364
|
389
|
150
|
258
|
0
|
133
|
164
|
31
|
36
|
0
|
154
|
343
|
2022
|
1981
|
340
|
307
|
0
|
340
|
0
|
122
|
179
|
14
|
126
|
83
|
0
|
270
|
1781
|
1982
|
422
|
422
|
328
|
239
|
286
|
149
|
42
|
26
|
0
|
28
|
108
|
485
|
2535
|
1983
|
0
|
0
|
301
|
151
|
399
|
97
|
142
|
42
|
21
|
236
|
452
|
0
|
1841
|
1984
|
394
|
341
|
404
|
397
|
482
|
0
|
420
|
79
|
116
|
132
|
306
|
444
|
3515
|
1985
|
496
|
272
|
287
|
273
|
240
|
55
|
67
|
161
|
114
|
100
|
342
|
264
|
2671
|
1986
|
387
|
216
|
455
|
219
|
209
|
225
|
132
|
16
|
103
|
170
|
266
|
265
|
2663
|
1987
|
395
|
0
|
290
|
0
|
282
|
136
|
0
|
0
|
61
|
95
|
181
|
446
|
1886
|
1988
|
457
|
446
|
370
|
249
|
262
|
83
|
178
|
157
|
85
|
234
|
380
|
403
|
3304
|
1989
|
280
|
478
|
436
|
307
|
222
|
0
|
184
|
90
|
71
|
646
|
201
|
411
|
3326
|
Σ
|
3535
|
2871
|
3021
|
2433
|
2382
|
1000
|
1508
|
616
|
733
|
1724
|
2390
|
3331
|
25544
|
Rata-Rata
|
353.5
|
287.1
|
302.1
|
243.3
|
238.2
|
100
|
150.8
|
61.6
|
73.3
|
172.4
|
239
|
333.1
|
212.8667
|
TABEL IDENTIFIKASI
Definisi – definisi :
r = rerata
CH tahunan observasi = 212,87 mm = 2,13 cm
T = rerata
T = 27,13°C
r1 = jumlah CH yang menurut rumus yang besarnya
tergantung T;
r1 = 2T + 14
= (2.27,13) + 14
= 18,34
P1 = jumlah CH bulan
terkering menurut rumus yang besarnya tergantung
P1 = 10 – r1
25
= 10 –18,34/25
= 9,27
P2 = jumlah CH bulan terkering observasi =
14 mm
No.
|
Pernyataan
|
Y/T
|
Keterangan
|
1.
|
Rerata T bulanan
< 10 oC
|
T
|
Tmax : 23.3C
|
2.
|
Sebaran CH merata
sepanjang tahun
|
Y
|
|
3
|
CH terpusat pada
musim panas
|
Y
|
|
4
|
Rerata suhu bulan
terdingin >18 oC.
|
Y
|
T : 30.7 0C
|
5
|
Suhu terdingin <
3 oC
|
T
|
Trerata : 27.13 oC
|
6
|
Jumlah CH bulanan
pada bulan terkering < 60 mm
|
Y
|
CH min : 24 °C
|
7
|
Jumlah CH bulanan
maksimum pada musim hujan (paling tidak CH bulanan maksimum musim hujan = 10
kali jumlah CH bulanan minimum musim kemarau)
|
T
|
|
8
|
Jumlah CH bulanan
maksimum pada musim kemarau (paling tidak jumlah CH bulanan maksimum musim
kemarau = 3 kali jumlah CH minimum musim hujan)
|
Y
|
|
9
|
Jumlah CH bulanan
minimum musim hujan > 30 mm
|
Y
|
|
10
|
Jumlah CH bulanan
maksimum musim hujan > 10 kali jumlah CH bulanan minimum musim kemarau
|
T
|
|
11
|
Jumlah CH bulanan
maksimuTm musim kemarau > 3 kali jumlah CH bulanan minimum musim
hujan dan jumlah CH bulanan minimum
musim hujan <30 mm
|
Y
|
|
12
|
Tidak ada musim
kering (jumlah CH > 30 mm)
|
Y
|
|
13
|
Ada bulan kering,
dengan syarat jumlah CH maksimum > 3 kali
atau jumlah CH bulanan minimum < 30 mm
|
T
|
|
14
|
Rerata T udara bulan
terpanas < 0 oC
|
T
|
|
DETERMINASI TIPE IKLIM
1. Tiga
iklim (A,C,D) dibedakan terhadap iklim kutub (E) didasarkan atas rerata suhu
pada bulan terpanas
b. Bila
T > 10°C
tipe iklim A,C,D
Pindah No. 2
2.
Tiga iklim A,C,D dibedakan terhadap iklim kering (B) didasarkan pada penyebaran
CH terhadap waktu
a. Bila CH merata sepanjang tahun
dipergunakan rumus :
r > 2T + 14
tipe iklim A,C,D
Pindah No. 3
3.
Masing-masing anggota tiga iklim (A,C,D) satu dengan lainnya dibedakan
berdasarkan rerata suhu bulanan terdingin :
a. Bila T > 18°C
tipe iklim A
Pindah No. 4
4.
Perbedaan antara Af, Am dan Aw didasarkan pada CH tahunan (r) dan CH pada bulan
terkering (p):
a. Bila
p2 < 60 mm
tipe iklim Am, Aw
Pindah No. 4b
b. Untuk
membedakan Am dan Aw menggunakan rumus p1 = 10-r
25
Tipe iklim Am.
P1 : 9.27
P2 : 14
Jadi P1
< P2 sehingga tipe iklimnya adalah Am. Tipe Am merupakan daerah
iklim hujan tropis (tropical rainy climate). Daerah ini beriklim panas dengan
suhu rerata bulanan > 18⁰C. di daerah ini musim kering
pendek tetapi curah hujan besar sehingga tanah cukup basah sepanjang tahun.
V.
PEMBAHASAN
Iklim dari
suatu tempat terdiri dari unsur-unsur yang variasinya sangat berbeda jauh, dan
dapat disimpulkan bahwa tidak mungkin bila dua tempat mempunyai iklim yang
identik. Jumlah iklim di permukaan bumi
ini hampir tidak terbatas, sehingga membutuhkan penggolongan ke dalam suatu
kelas atau tipe. Klasifikasi iklim yang dibuat oleh manusia tersebut
mempunyai kelebihan dan kekurangan. Namun pengklasifikasian iklim tersebut
dapat memudahkan dalam mengidentifikasi iklim pada suatu daerah, karena
pengklasifikasian iklim tersebut menyederhanakan jumlah iklim lokal yang tidak
terbatas jumlahnya menjadi beberapa golongan yang jumlahnya relatif sedikit, yaitu
kelas-kelas yang mempunyai sifat penting yang bersamaan.
Sistem klasifikasi iklim menurut Mohr, pembagian iklim menurut Mohr
ditentukan oleh jumlah bulan basah dan bulan kering suatu tempat untuk
tiap-tiap bulan. Bulan basah merupakan bulan yang curah hujannya dalam 1 bulan
lebih dari 100 mm. Untuk lokasi Banjarmasin, terjadi hampir tiap bulan berkisar
mulai 61,6 mm sampai 353,5mm.Hasil tersebut adalah rata-rata setiap bulan untuk
periode tahun 1980 sampai tahun 1989. Berdasarkan metode Mohr dapat diketahui
bahwa daerah yang berada di Banjarmasin,termasuk golongan I yaitu daerah dengan Ch
melebihi penguapan selama 12 bulan, hampir tanpa periode kering (BL antara
1-6)..
Metode Mohr ini memiliki kelebihan dan kekurangan. Kelebihannya adalah
walaupun jenis tanah tidak menjadi dasar sistem klasifikasi Mohr sudah cukup
mewakili berbagai jenis tanah, metode ini telah diterapkan dengan berhasil pada
daerah tropis seperti Trinidad, bahkan adapula yang diterapkan dalam bentuk
variasi seperti di Konyo. Sistem klasifikasi ini menyajikan data curah hujan
bulanan dapat diketahui pergeseran iklim tiap bulan
Kekurangannya adalah pengklasifikasiannya didasarkan pada rata-rata bulanan
sehingga kurang sesuai untuk memberi gambaran secara sempurna mengenai keadaan
iklim Indonesia, tidak mengikutsertakan sifat fisis suatu tanah yang juga dapat
memberi pengaruh pada penetuan iklim. Selain itu, dengan metode klasifikasi
ini,
tidak dapat diketahui pergeseran iklim tiap tahun, dasar penentuannya hanya
dari curah hujan sehingga hanya dapat digunakan untuk menentukan iklim di
daerah dengan curah hujan stabil maupun periodik.
Sistem klasifikasi menurut Schmidt-Fergusson, penentuan iklim menggunakan
harga perbandingan Q, yaitu jumlah rerata bulan kering dengan jumlah rerata
bulan basah. Untuk mendapatkan rerata bulan basah dan rerata bulan kering,
masing-masing bulan pada tiap tahun ditentukan kategorinya apakah bulan basah
atau bulan kering. Kemudian bulan basah dan bulan kering tersebut dihitung
jumlahnya kemudian masing-masing bulan basah dan bulan kering tersebut dibagi
10. dari hasil perhitungan data dari tahun 1980 sampai tahun 1989 diperoleh
jumlah bulan basah sebanyak 84 bulan lembab sebanyak 12 dan bulan kering
sebanyak 24. Setelah dibagi 10, selanjutnya dicari nilai Q. Didapatkan nilai Q
sebesar 0,29. Nilai tersebut menurut metode Schmidt-Fergusson terletak antara
0,143
<0,333 yang merupakan tipe iklim golongan B sehingga dapat diketahui bahwa iklim golongan B merupakandaerah basah dengan vegetasi hutan hujan tropis.
Sistem klasifikasi Schmidt-Fergusson ini memiliki kesamaan dengan sistem
Mohr, yaitu didasarkan atas bulan kering dan bulan basah. Hanya saja, Mohr
mencari bulan basah dan bulan kering melalui harga rata-rata curah hujan untuk
tiap bulan, maka Schmidt dan Fergusson melalui pencarian setiap bulannya untuk
masing-masing satu tahun. Sistem klasifikasi Schmidt-Fergusson memiliki
kelebihan dan kekurangan. Kelebihannya adalah mengetahui pergeseran iklim tiap
tahun, mempermudah pengamatan dalam melihat kapan terjadinya bulan kering dan
bulan basah. Kekurangannya adalah kriteria untuk bulan basah ataupun bulan
kering untuk beberapa wilayah terlalu rendah, sehingga terjadi kesulitan dalam
mengelompokkan bulan kering dan bulan basah pada suatu daerah. Secara umum
klasifikasi ini banyak digunakan di bidang perkebunan dan kehutanan.
Sistem klasifikasi iklim menurut Oldeman. Oldeman
memakai dasar unsur curah hujan dalam hubungannya dengan kebutuhan air tanaman,
khususnya tanaman pangan semusim seperti padi dan palawija. Selain itu, Oldeman
juga menggunakan istilah bulan basah dan bulan kering untuk membantu
penggolongan iklim seperti halnya pada sistem Mohr dan sistem
Schmidt-Fergusson. Hanya saja terdapat perbedaan penentuan batas curah hujan.
Dalam metode Oldeman, bulan basah mempunyai curah hujan sekurang-kurangnya 200
mm, sementara bulan kering mempunyai jumlah curah hujan kurang dari 100 mm.
Ketentuan bulan basah dan bulan kering ini didasarkan karena padi sawah
dipandang cukup untuk dibudidayakan pada curah hujan 200 mm tiap bulan,
sedangkan untuk sebagian besar palawija, jumlah curah hujan minimal yang
diperlukan tiap bulan adalah 100 mm. Pengklasifikasian iklim
menurut metode Oldeman ini dibantu dengan penggunaan “Segitiga Agroklimat”.
Sistem klasifikasi iklim oleh Oldeman memiliki kelebihan dan kekurangan.
Adapun kelebihannya adalah caranya sudah lebih maju dibanding dengan cara-cara
sebelumnya seperti dalam sistem Mohr dan Schmidt-Fergusson. Hal ini disebabkan
oleh metode Oldeman yang telah mempertimbangkan unsur cuaca yang lain seperti
radiasi matahari yang dihasilkan dengan kebutuhan air tanaman. Sehingga, dengan
memanfaatkan sistem klasifikasi ini, sudah dapat diperkirakan pola tanam dengan
keterkaitan antara iklim dan tanaman. Sedangkan, kekurangannya
adalah sistem ini menjadikan curah hujan sebagai salah satu indikatoe
pentingnya. Sehingga, akan terdapat banyak kesulitan dan kendala dalam
menentukan wilayah yang mempunyai 4 musim. Selain itu, sistem klasifikasi ini
belum dapat menjelaskan pergeseran iklim bulanan. Dengan bantuan segitiga
klimatologi, dapat diketahui bahwa iklim daerah Banjarmasin termasuk golongan
C3. Pada golongan ini, periode bero tidak dapat dihindari, namun penanaman 2
tanaman bergantian masih mungkin dilakukan.
Sistem klasifikasi Koppen menjadikan tiga hal sebagai indikatornya.
Indikator tersebut secara berurutan adalah curah hujan, radiasi matahari (suhu
udara), dan kesesuaian lahan. Curah hujan pada sistem Koppen ini diperoleh
dengan merata-ratakan jumlah curah hujan yang terjadi tiap tahunnya. Dalam
percobaan kali ini, adalah data dari tahun 1980 – 1989 dan diperoleh nilai rerata
curah hujan sebesar 212,87 Dengan membagi 10 nilai curah hujan tersebut
diperoleh koefisien korelas ( r )
sebesar 21,287mm. Dari penjumlahan T max dan T min yang kemudian dibagi dua
diperoleh T rerata ( T ) sebesar 27,13. Dari data tersebut dapat dicari CH rerata (r) sebesar 212,87. Adapun nilai
P1, jumlah curah hujan terkering yang besarnya
tergantung r adalah 18,34 dan P2 curah hujan bulan terkering observasi 9,27 mm.
Nilai C,T,R,P2 dan P1 tersebut akan membantu dalam menentukan tipe iklim di
lokasi stasiun Banjarmasin.
Dari hasil perhitungan tersebut diperoleh informasi bahwa wilayah lokasi
stasiun memiliki rerata T bulanan lebih
dari 10⁰C dengan T
mm sebesar 30,7⁰C. Adapun
curah hujan bulanan minimum musim panas adalah lebih dari 20 mm yaitu 24 mm..
Jumlah curah hujan bulanan minimum terjadi pada musim dingin. Sementara jumlah
curah hujan bulanan musim panas adalah kurang dari 10 mm yaitu 7 mm. Pada bulan
tersebut terdapat bulan kering karena memenuhi syarat dimana curah hujan
bulanan minimm kurang dari 10 mm.
Melalui pengolahan data rerata suhu wilayah Banjarmasin lebih 10⁰C yaitu 30,7⁰C maka dapat dikelompokkan
dalam tipe iklim A,C dan D. Namun masing-masing tipe iklim tersebut dapat
dibedakan lagi berdasarkan rerata suhu bulanan terdingin dimana T > 18 o C
dan diperoleh bahwa iklim wilayah Banjarmasin adalah tipe A dimana tipe A
tersebut merupakan iklim hujan Tropika yang kemudian dapat dibedakan lagi
menjadi Tropika Basah (A), Tropika Basa (Am) dan Tropika Basah Kering (Am).
Untuk wilayah Banjarmasin termasuk iklim Am, karena berdasar data P1
lebih kecil dari P2. Tipe iklim ini berkarakter musim kering pendek
tetapi curah hujan besar sehingga tanah cukup basah sepanjang tahun.
Sistem klasifikasi iklim Koppen juga memiliki kelebihan dan kekurangan.
Adapun kelebihan sistem klasifikasi ini adalah terletak dalam penyusunan
simbol-simbol tipe iklim yang dengan tepat merumuskan sifat dan curah
masing-masing tipe iklim dengan tanda yang terdiri dari kombinasi beberapa
huruf saja yang dapat dengan tepat merumuskan sifat dan corak iklim suatu
wilayah. Sedangkan, kekurangan sistem klasifikasi iklim ini adalah jika
diterapkan di Indonesia, sistem ini kurang dapat menggambarkan kondisi detail
iklim Indonesia. Hal ini disebabkan oleh besarnya perbedaan curah hujan
wilayah-wilayah di Indonesia. Walaupun, suhu udara tahunannya sama sepanjang
tahun.
VI.
KESIMPULAN
- Iklim
merupakan gabungan kondisi cuaca sehari-hari atau merupakan rata-rata
curah hujan, yaitu selama 30 tahun. Klasifikasi ini dapat dibedakan secara
genetis dan secara empirik.
- Digunakan
berbagai macam anasir cuaca untuk menentukan klasifikasi iklim seperti
curah hujan, radiasi matahari, ataupun berdasar atas suatu vegetasi.
- Pengklasifikasian
iklim dapat diketahui melalui sistem klasifikasi iklim menurut Mohr,
menurut Schmidt dan Fergusson, menurut Oldeman, dan menurut Koppen.
- Klasifikasi
iklim untuk wilayah Banjarmasin menurut Mohr adalah golongan I menurut
Schmidt- Fergusson adalah tipe iklim golongan B , dan menurut Koppen Borobudur beriklim
A,C dan D
- Klasifikasi yang cocok untuk Indonesia adalah KoppeN
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2008. Klasifikasi Iklim
Koppen. <http://id.wikipedia.org/wiki/Klasifikasi_iklim_Koppen>.
Diakses tanggal 5 November 2008.
Harwitz, Benhard, and James M.
Austin.1994. Climatology. Mc Graw-Hill Book Company, Inc. New York and London.
Juaeni, Ina. 1996. Variasi Iklim
Indonesia. Warta Lapan 20 (49): 46-65.
Lakitan, Benyamin. 2002.
Dasar-Dasar Klimatologi. PT Raja Grafindo Persada. Jakarta.
Subarno,
M. T. 1998. Klimatologi Dasar. UPN Veteran Press. Yogyakarta.
Tjasjono, Bayong. 1999.
Klimatologi Umum. Penerbit Bandung.
Wisnusubroto,
S. Aminah, S. Siti Lela, dan Nitisapto Mulyono. 1986. Asas-asas Meteorologi.
Ghalia Indonesia. Yogyakarta.
1 comment:
trims, infonya sangat bermanfaat.
kunjungi balik blog saya
Post a Comment