LAPORAN
RESMI PRAKTIKUM
DASAR-DASAR
ILMU TANAH
ACARA IX
PENENTUAN KAPUR DALAM TANAH
Disusun oleh :
1. Fikha Rosita Sari (Agronomi/10134/PN)
2. Laili Nur Fitriana (Agronomi/10137/PN)
3. Estiningsih (Agronomi/10139/PN)
4. Wily Aria Harsanto (Agronomi/10161/PN)
5. Çita Nareswari (Agronomi/10267/PN)
6. Suryawan (Agronomi/10308/PN)
Golongan
/ kelompok : A 4 / 1
Jurusan : Budidaya Pertanian
Asisten :
Niken Puspita Sari
LABORATORIUM TANAH UMUM
JURUSAN TANAH
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS GADJAH MADA
YOGYAKARTA
2005
ACARA IX
PENENTUAN KAPUR DALAM TANAH
ABSTRAKSI
Praktikum
ini dilaksanakan pada hari Kamis, 20 Oktober 2005 di Laboratorium Tanah Umum,
Jurusan Ilmu Tanah, Fakultas Pertanian, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.
Praktikum dalam penetapan kapur dalam tanah entisol ini bertujuan untuk
menetapkan kandungan kapur di dalam tanah entisol. Kapur tanah mempunyai
asosiasi yang erat dengan keberadaan kalsium tanah dan magnesium. Keberadaan
kapur tanah sangat dipengaruhi oleh bahan induk di suatu lokasi. Apabila batuan
induk kaya akan bahan kapur, maka tanah akan kaya kapur. Metode yang digunakan
dalam penentuan kapur tanah adalah metode calsimeter dengan khemikalia HCl.
Dari percobaan diperoleh kandungan kapur untuk tanah entisol sebesar 10,127%,
ultisol sebesar 4,9%, rendzina sebesar 12,8%, vertisol sebesar 8,771% dan
alfisol sebesar 32,578%.
I. PENDAHULUAN
a. Latar Belakang
Kandungan kapur tanah
dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain komposisi batuan induk dan iklim.
Kedua faktor ini berhubungan dengan kadar lengas tanah, terbentuknya lapisan-lapisan tanah dan tipe
vegetasi. Pengaruh kapur terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman dapat
ditinjau dari 2 segi, (1) pengaruh
langsung yaitu kapur sebagai sumber hara Ca dan Mg dan (2) pengaruh tidak
langsung yaitu berupa perbaikan sifat dan ciri tanah.
b. Tujuan
Menetapkan kandungan kapur di dalam
tanah.
II. TINJAUAN PUSTAKA
Tujuan utama pengapuran
adalah menaikkkan pH tanah hingga tingkat yang dikehendaki dan mengurangi atau
meniadakan keracunan Al. Di samping itu juga meniadakan keracunan Fe dan Mn
serta hara Ca. Pengaruh utama kapur terhadap tanah adalah menaikkan pH,
mengurangi kandungan dan kejenuhan Al serta meningkatkan serapan hara dan
produksi tanaman pangan pada umumnya (padi, kedelai, jagung, kacangan lainnya,
tomat, cabai). Pengaruh kapur dapat dinikmati selama beberapa kali panen (4-5
kali) (Komprat, 1970).
Kalsium merupakan kation
yang sering dihubungkan dengan kemasaman tanah, karena dapat mengurangi efek
kemasaman. Sebagai sumber utama kalsium tanah adalah kerak bumi yang didalamnya
terkandung 3,6% Ca. Mineral utama yang banyak mengandung kalsium antara lain
kalsit (CaCO3) dan dolomit [CaMg(CO3)2] yang
merupakan penyusun batuan sedimen limestone dan dolomit (Hakim, 1986).
Adanya kandungan kapur
(CaCO3) bebas, di dalam tanah dapat diketahui dengan meneteskan asam
Chlorida 10% (HCl 2 N). Adanya percikan menandakan adanya kapur bebas, makin
banyak percikannya makin banyak kandungan kapur dalam tanah. Reaksi yang
terjadi (Bale, 2000) :
CaCO3 + 2HCl è CaCl2 + H2O + CO2
Bahan kapur pertanian ada 3
macam, yaitu CaCO3 atau CaMg(CO3)2 atau MgO dan Ca(OH)2 atau
Mg(OH)2. Kapur yang disarankan adalah CaCO3 atau [CaMg(CO3)2]
yang digiling dengan kehalusan 100% melewati saringan 20 mesh dan 50% melewati
80-100 mesh (Hakim, 1986).
Setelah kapur
diberikan ke tanah, ia akan segera mengubah sifat dan ciri tanah, perubahan
sifat dan ciri tanah tersebut akan mempengaruhi serapan hara. Selanjutnya
mempengaruhi pertumbuhan dan produksi tanaman. Sifat dan ciri tanah yang
dominan dipengaruhi reaksi kapur adalah kemasaman tanahnya yang meliputi pH dan
Al-dd serta kejenuhannya (Soepardi, 1983).
Kapur telah lama
diketahui sebagai yang efektif dalam menurunkan kemasaman tanah yaitu
meningkatkan pH tanah, menurunkan Al dapat ditukar (Al-dd) dan kejenuhan Al.
Namun, pergerakan vertikal CaCO3 yang diaplikasi pada permukaan
sangat lambat, kemungkinan karena kapur melepaskan ion OH` yang dengan cepat
dinetralisasi oleh keemasan tanah, yang meninggalkan Ca2+ tak
berteman. Ion Ca2+ tersebut dapat diserap oleh tapak pertukaran pada
permukaan tanah. Dengan demikian inkorporasi permukaan CaCO3 atau Ca(OH)2
mempunyai pengaruh yang kecil terhadap Al subsoil dan Al atau Ca. Oleh
karena itu, untuk memperbaiki subsoil masam perlu inkorporasi kapur sampai
kedalaman itu (deep liming) (Hakim,
1982).
III. METODOLOGI
Praktikum acara IX
tentang kapur tanah dilaksanakan pada hari Kamis, 20 Oktober 2005 di
Laboratorium Tanah Umum, Jurusan Tanah,
Fakultas Pertanian, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta. Bahan yang digunakan
dalam percobaan ini adalah tanah kering udara jenis entisol ukuran F 0,5 mm dan HCl 2 N. Sedangkan alat yang dipakai adalah timbangan
elektronit, pipet 5 mL dan 50 mL, buret dan statif, erlenmeyer 250 mL dan hot
plate.
Langkah pertama,
calcimeter kosong, bersih dan kering ditimbang (misal a gram). Kemudian contoh tanah
kering udara jenis entisol ukuran F 0,5 mm
ditimbang seberat 5 gram dan dimasukkan ke dalam calcimeter. Calcimeter beserta
tanah ditimbang(misal b gram). Tempat HCl di calcimeter diisi dengan HCl 2 N sampai hampir penuh. Pastikan kran
tertutup rapat sehingga HCl tidak menetes, kemudian timbang (misal c gram).
Kran HCl dibuka perlahan-lahan dan HCl dialirkan setetes demi setetes. Setiap
kali digoyangkan mendatar agar reaksi sempurna. Setelah HCl habis, calcimeter
dihangatkan diatas api kecil. Kemudian diangkat dari api kecil spiritus,
dibiarkan selama ± 20 menit lalu ditimbang (misal d gram).
IV. HASIL PENGAMATAN
Tabel Kandungan Kapur dalam Tanah
Jenis Tanah
|
A
|
b
|
c
|
d
|
% kapur
|
Entisol
|
79,383
|
83,373
|
121,817
|
121,642
|
10,127%
|
Ultisol
|
93,568
|
98,550
|
131,264
|
131,166
|
4,9%
|
Rendzina
|
78,947
|
83,899
|
123,809
|
123,563
|
12,8%
|
Vertisol
|
100,375
|
105,368
|
142,987
|
142,895
|
8,771%
|
Alfisol
|
96,550
|
101,544
|
134,515
|
133,850
|
32,578%
|
Contoh
Perhitungan :
CaCO3 = ___[(c-d) / 44] x
100___ X100%
[100 / (100+KL)] (b-a)
V. PEMBAHASAN
Kapur tanah mempunyai asosiasi yang
erat dengan keberadaan kalsium tanah dan atau magnesium. Hal ini disebabkan
karena kedua unsur tersebut sering ditemukan berasosiasi dengan karbonat.
Keberadaan kapur tanah sangat dipengaruhi oleh batuan induk yang ada di suatu
lokasi. Apabila batuan induk kaya akan bahan kapur, baik asosiasi dengan napal,
batu pasir ataupun secara mandiri, maka tanah kaya akan kapur, bentuk-bentuk
kapur tanah di dalam tanah bermacam-macam antara lain kalsium oksida (CaO),
kalsium karbonat (CaCO3), kalsium sulfat (Ca2O4)
dan dolomit [CaMg(CO3)2]. Keberadaan kapur tanah sangat
dipengaruhi oleh batuan induk yang ada di suatu lokasi.
Pengaruh kadar kapur terhadap
tanaman sangat luas dan penting, yaitu sebagai salah satu elemen unsur hara
yang diperlukan tanaman. Selain itu, kapur juga mempengaruhi pH tanah yang akan
mempengaruhi pertumbuhan tanaman. Adanya kapur yang cukup memperlihatkan
terangsangnya pertumbuhan akar serabut, yang secara keseluruhan berpengaruh
pada sistem perakaran. Kalsium ini juga penting bagi pertumbuhan tunas, ujung
akar dan daun.
Kandungan kapur dalam
tanah akan mempengaruhi kejenuhan basa dan kapasitas pertukaran kation (KPK)
tanah. Hal ini karena dengan kapur yang tinggi dalam tanah maka Ca2+ dan
Mg2+ tinggi, sehingga akan menyumbang kation-kation dalam tanah.
Pengujian kapur dalam tanah dapat dilakukan dengan metode titrasi dan metode
calsimeter. Pada percobaan kali ini, dilakukan pengujian kapur tanah dengan
menggunakan metode calsimeter saja. Metode ini disebut juga dengan metode
gravimetris. Dalam penetapan kadar kapur ini akan diukur CO2 yang
menguap dan reaksi yang terjadi adalah :
CaCO3 + 2HCl è CaCl2 + H2O + CO2
Dari hasil praktikum didapat
bahwa tanah entisol mengandung CaCO3 sebesar 10,127%.
Jadi dari sini diketahui bahwa kandungan kapur dan karbonat dalam entisol cukup
banyak. Entisol terdiri dari abu vulkan, pasir pantai serta bahan-bahan sedimen
yang mantap. Tanah entisol merupakan tanah muda yang masih belum mempunyai
perkembangan profil dan diferensiasi horisonnya juga nampak tidak jelas.
Menurut teori entisol mempunyai kadar kapur yang paling rendah. Tetapi dalam
hasil pengamatan, ditunjukkan bahwa entisol mempunyai kadar kapur yang cukup
tinggi. Hal ini dapat disebabkan adanya pengaruh dari faktor luar, misalnya
suhu dan tanah yang telah mengalami perubahan struktur dari bentuk aslinya.
Tanah ultisol memiliki
kadar kapur sebesar 4,9%. Tanah jenis ini memang termasuk dalam jenis tanah
yang memiliki sedikit kapur tanah. Ultisol merupakan tanah yang telah mengalami
pelapukan intensif dan perkembangan tanah lanjut, sehingga terjadi pelindian
unsur basa, bahan organik dan silika. Ultisol memiliki jumlah nilai SiO2
fraksi lempung dan kadar mineral yang rendah.
Tanah vertisol
memiliki kadar kapur tanah sebesar 8,771%. Hasil tersebut cukup menyimpang dari
teori. Karena tanah vertisol berasal dari bahan induk berkapur dan berlempung, sehingga mengandung
unsur-unsur Ca dan Mg yang tinggi. Tetapi dalam percobaan, kadar kapur tanah
vertisol rendah. Hal ini dapat disebabkan adanya pengolahan tanah sehingga
tanah vertisol yang digunakan untuk percobaan telah terkontaminasi atau
tercampur dengan tanah lain, sehingga kadar kapur dan lempungnya berkurang.
Tanah rendzina
memiliki kadar kapur tanah sebesar 12,8% dan dapat dikatakan mempunyai
kandungan kapur yang banyak. Karena rendzina berkembang dari bahan induk kapur,
maka kandungan kapurnya tinggi. Tanah rendzina selalu mengandung CaCO3 sehingga
pH tanahnya antara 7,8 sampai dengan 8,4. Bahan kapur ini dapat larut dalam HCl
panas yang agak pekat dengan meninggalkan kuarsa. Hal ini memberi kesan bahwa
tanah itu hanya terdiri atas karbonat-karbonat alkali tanah dan kuarsa kompleks
pelapukan.
Tanah alfisol
mempunyai kadar kapur tanah sebesar 32,578% dan dapat dikatakan kandungan
kapurnya paling tinggi. Tanah alfisol terbentuk sebagai hasil dari pelarutan
batu kapur. Tanah alfisol berkembang dari bahan induk batu kapur kristalin,
kapur yang mengandung batuan sedimen dan batu atau tuf vulkan basa sampai
intermedier.
Kapur dapat
berpengaruh langsung terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman. Keberadaan
kapur dalam tanah akan mempengaruhi kejenuhan basa dan kapasitas pertukaran
kation (KPK) tanah. Tanah yang kaya akan kapur akan menambah jumlah Ca dan Mg
sebagai hara tanaman dan akan menyumbang kation-kation dalam tanah. Akan tetapi
apabila kandungan Ca dalam tanah terlalu tinggi akan mempengaruhi ketersediaan
hara tanaman terutama P karena Ca akan mengikat P, akibatnya akan mempengaruhi
keseimbangan komposisi tanah.
Pengaruh tidak
langsung dari adanya kapur yaitu berupa perbaikan ciri kimia seperti pH, Ca, P
dan hara lainnya yang meningkat, Al dapat ditukar (Al-dd) dan kejenuhan Al yang
berkurang akibat adanya kapur menciptakan suasana tumbuh yang baik bagi akar
tanaman. Lingkungan tumbuh yang baik itu memungkinkan akar menjadi lebih luas.
Akibat semuanya itu, serapan hara menjadi lebih baik dan efisien. Meningkatnya
serapan hara ini akan menyebabkan pertumbuhan dan produksi tanaman akan
meningkat pula.
Menurut teori, urutan
kadar kapur pada tanah yang dipraktekkan, entisol mempunyai kadar kapur yang
terkecil dan vertisol adalah yang terbesar. Metode yang digunakan adalah metode
calcimeter yang mempunyai kelebihan dapat mengukur CO2 yang menguap
secara tepat sedangkan kekurangannya adalah membutuhkan alat yang relatif
mahal.
Keberadaan kapur tanah
sangat dipengaruhi bahan induk. Apabila bahan induknya kaya akan bahan kapur,
maka tanah akan kaya kapur.
VI. KESIMPULAN
1.
Kapur tanah mempunyai asosiasi
yang erat dengan keberadaan kalsium tanah dan atau magnesium.
2.
Bentuk-bentuk kapur dalam tanah
antara lain kalsium oksida, kalsium karbonat, kalsium sulfat dan dolomit.
3.
Kandungan kapur tanah akan
mempengaruhi kejenuhan basa dan kapasitas pertukaran kation (KPK) tanah.
4.
Dari percobaan diperoleh hasil
bahwa urutan kandungan kapur tanah dari tinggi ke rendah adalah
·
Alfisol
·
Rendzina
·
Entisol
·
Vertisol
·
Ultisol
5.
Besar kecilnya kadar kapur dalam
tanah akan mempengaruhi tingkat kesuburan tanah.
DAFTAR PUSTAKA
Bale, A. 2000. Ilmu Tanah. Fakultas Kehutanan. Universitas Gadjah Mada.
Yogyakarta.
Hakim, N. 1982. Kandungan Kapur Dalam Tanah. http://www.tanindo.com/abdi12/hal 2501_htm.
Diakses tanggal 8 Oktober 2005 pukul 13.00 WIB.
Hakim, N., Y. Nyakpa, dan . Lubis. 1986. Dasar-dasar Ilmu Tanah. Universitas Lampung. Lampung.
Komprat, E. J. 1970. Exchange
Able Alumunium as Creation for Liming Leached Mineral Soils. Soilsci, soc.
Amer Proc.
Soepardi, G. 1983. Sifat dan Ciri
Tanah. Institut Pertanian Bogor. Bogor.
No comments:
Post a Comment