LAPORAN RESMI
PRAKTIKUM DASAR-DASAR EKOLOGI
PRAKTIKUM DASAR-DASAR EKOLOGI
ACARA I
SALINITAS SEBAGAI FAKTOR PEMBATAS ABIOTIK
DISUSUN OLEH :
NAMA : MUCHAMAD NUR FANANI K
GOLONGAN : A2
KELOMPOK : 2
ASISTEN : KUSUMASIWI AWP
LABORATORIUM
EKOLOGI TANAMAN
JURUSAN BUDIDAYA PERTANIAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS GADJAH MADA
YOGYAKARTA
2011
JURUSAN BUDIDAYA PERTANIAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS GADJAH MADA
YOGYAKARTA
2011
ACARA I
SALINITAS SEBAGAI FAKTOR
PEMBATAS ABIOTIK
I. TUJUAN
- Mengetahui dampak salinitas terhadap pertumbuhan tanaman
- Mengetahui
tanggapan beberapa macam tanaman terhadap tingkat salinitas yang berbeda
II. TINJAUAN PUSTAKA
Kata ekologi berasal dari bahasa Yunani
yaitu oikos yang berarti rumah atau
tempat untuk hidup dan logos yang
berarti ilmu. Secara umum, ekoogi adalah ilmu yang mempelajari hubungan timbal
balik antara organisme dan lingkungannya. Ekologi memuat tiga unsur penting
yaitu materi, energi dan informasi. Lingkungan suatu organisme dapat
bersifat biotk dan abiotik. Salah satu
prinsip utama ekosistem adalah adanya factor pembatas. Pada lingkungan abiotik,
salah satu factor pembatasnya adalah salinitas (Daubenmire, 1982).
Salinitas adalah berat garam terlarut
dalam gram per kilogram air laut. Zat-zat terlarut yang membentuk garam yang
kadarnya diukur dengan salinitas dapat dibagi menjadi 4 kelompok, yakni : konstituen
utama: Cl, Na, SO4 dan Mg; gas terlarut: CO2, NO2
dan O2; unsur hara: Si, N dan P; unsur runut: I, Fe, Mn, Pb dan Hg. Habitat tanah
yang dipengaruhi garam (jumlah banyak) cenderung menjadi daerah yang ekstrim
dalam hal lain. Kadar garam yang tinggi pada tanah menyebabkan kesulitan untuk
mendapatkan air dari tanah yang potensial airnnya negative, dan kesulitan
mengataasi konsentrasi tinggi ion natrium, karbonat dan klorida yang mungkin
beracun. Kadar garam akan mempengaruhi proses orfologi dan fisiologi pada
tumbuhn yang berhubungan dengan keseimbangan air. Tumbuhan yang peka dengan
kadar garam tinggi disebut sebagai glikofit dan tumbuhan yang mampu tumbbuh
pada kadar garam tinggi disebut sebagai halofit (Anonim, 2004).
Salinitas dapat merusak tanaman dengan
berbagai tingkat kerusakan. Kerusakan berbagai jenis tanaman salinitas dapat
melalui dua aspek yaitu osmotik dan komposisi unsur hara. Salinitas
mempengaruhi serapan dan keseimbangan tanaman. Cekaman salinitas pada tanaman pangan dapat
menyebabkan peertumbuhan tanaman menjadi terganggu dan pada jenis yang rentan,
menyebabkan tanaman tidak dapat tumbuh. Perbedaan tingkat toleransi dapat
terjadi antar varietas juga dapat terjadi antar varietas karena perbedaan sifat
genetik. Kenyataan ini menujukkan perlunya pengujian ketahanan beberapa
varietas terhadap tingkat salinitas sebelum dilakukan penanaman di lapangan.
Informasi tentang salinitas ini dapat dipakai untuk keperluan pemuliaan tanaman
dalam mengembangkan bahan tanaman bagi program perluasan peekebunan terutama
pada aerah pasang surut dengan kandungan garam cukup tinggi. Tanah salin
potensial osmotik tanah akan semakin menurun, sedangkan air bergerak dari
potensial air tinggi ke daerah dengan potensial air yang rendah. Keadaan ini
diduga sebagai penyebab terganggunya sistem penyerapan air dan hara ke dalam
tanaman. Peningkatan tarf salinitas secara nyata menurunkan tinggi tanaman,
jumlah daun, diameter batang, bobot kering daun, dan jumlah akar primer.
Sedangkan nisbah daun tajuk tidak dipengaruhi oleh perlakuan salinitas
(Isnawan, 1997).
Tanaman merupakan organisme yang bersifat halofisik artinya, tanaman
menyerap makanan dalam bentuk larutan. Semakin banyak unsur yang tekandung yang
terkandung dalam larutan tersebut,maka vikositas larutan akan meningkat.
Tanaman halofit memilii kemampuan meningkatkan konsentrasi osmotis geah tanaman
dalam tingkat garam yang tinggi. Sbagian dari beberapa tanaman jeni halofit ( Distichlis
spicara ) mngekresikan garam yang berlebihan, dan jenis tanaman ini
mempunyai kemampuan untuk melakukan gutasi secara bebas melalui daun-daun yang
dimiliki. Garam tentu terkait dengan penyerapan air oleh glikofit, tanah yang
salinitasnya tinggi benar-benat dipertimbangkan sebagai “fisologi kering”.
Beberapa dekade lalu konsep dari fisiologi tertambat pada tanaman jenis
halofit, tetapi penelitian membuktikan tidak adanya kesulitan dalam menyerap
air dar larutan berkonsentrasi tinggi yang mengandung ion di dalamnya, tetapi
juga menyerap air. Dengan kondisi seperti ini, hanya masalah dalam mendefinisikan
tanaman jenis halofit. Beberapa dari mereka bisa tumbuh mdah di bawah kondisi
yang tidak asin. Yang paling penting dari segi osmotis lingkungan alami, dan
tekanan osmotik dati halofit bervariasi berdasarkan tingkatsalinitas dan
cadangan air yang juga mencakup konsentrasi larutan ( Richard and Gary, 1984).
Kegagalan
tumbuhan menyerap larutan makanan yaitu apabila vikositas (kekentalan) larutan
sama atau lebih besar daripada vikositas cairan dalam tubuh tumbuhan. Keadaan
tersebut disebabkan karena garam-garam natrium terlarut, terutama NaCl. Garam
yang terlarut tadi kemudian dikonsentrasikan oleh proses penguapan dan
ranspirasi tanaman. Konsenrasi garam yang rendah menekan pertumbuhan
tanaman,tapi konsentrasi garam yang tinggi dapat menyebabkan kematian pada
tanaman ( Soepartini, 2005).
Untuk
dapat bertahan hidup di dalam keadaan tertentu, suatu organisme harus mempunyai bahan-bahan penting
yang diperlukan dalam untuk pertumbuhan dan perkembangbiakkan. Kehadiran dan
keberhaslan suatu oganisme tergantung pada lengkapnya kompleks-kompleks
keadaan. Ketiadaan atau kegagalan suatu organisme dapat dikendalikan oleh
kekurangan atau kelebihan secara kualitatif atau kuantitatif dari salah satu
dari beberapa faktor yang mungkin mendekati batas-batas toleransi ( Soetrisno,
2004).
Tanah salin adalah tanah yang mengandung
NaCl cukup tinggi sehingga mengganggu pertumbuhan tanaman. Larutan garam pada
tanah biasanya tersusun dari ion Na+, Ca2+, Mg2+,
Cl-, CO42- dan CO3-. Ion dari kadar
garam yang tinggi meracuni mekanisme metabolit dan dapat mengganggu serapan
berbagai unsure hara essensial dan metabolisme. Ion-ion tersebut dapat
meracuni tanaman melalui berbagai cara, antara lain : 1.) dapat menjadi anti
metabolit, 2.) mengendapkan atau mengikat berbagai metabolit, 3.) dapat menjadi katalisator dalam
mempercepat dekomposisi, 4.) merusak sel sehingga permeabilitasnya
terganggu, 5.) berada pada
tempat-tempat unsure essensial tetapi tidak menggantikan perananya (Keany
and John, 1985).
Jadi, faktor-faktor ekologi atau
lingkungan yang beranekaragam dapat berpengaruh terhadap ketidakadaan atau
adanya, kesuburan atau kelemahan, keberhasilan atau kegagalan berbagai
komunitas tumbuhan melalui takson-takson penyusunnya. Organisme mempunyai
batasan maksimal dan minimal terhadap factor lingkungan yang mempengaruhinya,
yang hal ini sesuai dengan hokum toleransi Shelford (Sunarto, 2007).
III. METODOLOGI
Acara praktikum Salinitas
Sebagai Faktor Pembatas Abiotik dilakukan di Laboratorium Ekologi Tanaman,
Jurusan Bbudidaya Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Gadjah Mada,
Yogyakartapada hari Selasa, 15 Maret 2011 jam 13.30WIB. bahan-bahan yang
digunakan yaitu benih padi ( Oriza sativa
), benih ketimun ( Cucumis sativus) dan benih kedelai ( Glycina max ), polybag, NaCl praktis, pupuk kandang dan kertaaas
label. Alat-alat yang digunakan yaitu timbanagn analitik, gelas ukur,
Erlenmeyer, alat pengaduk, peralatan tanaman dan penggaris.
Adapun cara kerja yang
digunakan dalam praktikum, pertama disiapkan polybag yang diisi tanah sebanyak
9 polybag. Apabila ada kerikil, sisa-sisa akar tanaman lain dan kotoran harus
dihilangkan agar tidak mengganggu pertumbuhan tanaman. Dipilih biji yang sehat
dari jenis tanaman yang akan diperlakukan. Selanjutnya ditanam 5 biji ke dalam
masing-masing polybag. Penyiraman dilakukan setiap hari dengan air biasa.
Setelah berumur 1 minggu, bibit dijarangkan menjadi 2 tanaman/ polybag.,
dipilih bibit yang sehat. Larutan NaCl dibuat dengan konsentrasi 2000 ppm,dan
4000 ppm. Sebagai pembanding digunakan aquades. Masing- masing perlakuan
diulang tiga kali. Masing-masing konsentrasi larutan garam tersebut dituangkan
pada tiap-tiap polybag sesuai perlakuan sampai kapasitas lapang. Volume
masing-masing larutan untuk tiap-tiap polybag harus sama. Tiap polybag diberi
label sesuai perlakuan dan ulanganya. Label harus mudah dibaca agar tidak
tertukar dengan perlakuan lain saat pengamatan. Pemberian larutan garam
dilakukan setiap dua hari sekali tujuh hari pembrian. Selang hari diantaranya
tetap dilakuksan penyiraman dengan air biasa dengan volume yang sama. Percobaan
dilakukan sampai tanaman berumur 21 hari, kemudian dilakukan pemanenan.
Diusahakn akar tidak sampai rusak/potong. Pengamatan dilakukan setiap hari
sampai hari ke 21 meliputi tinggi tanaman setiap 2 hari sekali (cm), berat
segar tanaman pada akhir pengamatan (gram), panjang akar utama pada akhir
pengamatan (cm), abnormalitas tanaman (klorosis pada daun dan sebagainya). Data
yang diperoleh dihitung reratanya (tiga ulangan pada tiap perlakuan), selanjutnya
gambar grafiktinggi tanaman pada masing-masing konsentrasi garam vs hari
pengamatan untuk masing-masnig tanaman, grafik panjang akar pada masing-masing
konsentrasi garam vs hari pengamatan untuk masing-masing tanaman, diagram
batang (histogram) rerata panjang akar pada akhir percobaan untuk ketiga jenis
tanaman, histogram berart basah tanaman pada akhir percobaan.
IV. HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN
A.
Hasil
Pengamatan
Dari pengamatan
yang dilakukan, diperoleh hasil sebagai berikut :
Tanaman
|
Perlakuan
|
|
|
Hari
Pengamatan
|
|
|
|
||
1
|
2
|
3
|
4
|
5
|
6
|
7
|
8
|
||
Padi
|
0 ppm
|
10,133
|
16,483
|
19,125
|
20,05
|
20,558
|
21,067
|
21,392
|
22,32
|
2000
ppm
|
9,2167
|
14,067
|
17,5
|
18,8
|
19,517
|
19,858
|
20,206
|
21,575
|
|
4000
ppm
|
8,4667
|
13,625
|
15,912
|
17,612
|
18,658
|
19,158
|
19,892
|
20,583
|
|
Kacang
panjang
|
0 ppm
|
17,967
|
24,625
|
27,017
|
36,925
|
43,692
|
49,258
|
60,625
|
68,013
|
2000
ppm
|
17,942
|
25,675
|
27,908
|
38,467
|
50,567
|
57,775
|
64,467
|
67,175
|
|
4000
ppm
|
15,392
|
18,325
|
21,617
|
29,697
|
36,105
|
42,575
|
49,392
|
56,275
|
|
Mentimun
|
0 ppm
|
7,425
|
9,0583
|
10,192
|
12,133
|
14,117
|
16,658
|
19,875
|
22,358
|
|
2000
ppm
|
7,5667
|
9,125
|
10,3
|
13,217
|
14,875
|
17,317
|
20,808
|
25,417
|
|
4000
ppm
|
8,4583
|
10,742
|
12,083
|
14,163
|
16,122
|
18,142
|
20,883
|
26,525
|
a. Tabel Tinggi
Tanaman
Tanaman
|
Perlakuan
|
|
|
Hari
Pengamatan
|
|
|
|
||
1
|
2
|
3
|
4
|
5
|
6
|
7
|
8
|
||
|
0
ppm
|
1,667
|
1,75
|
2,083
|
2,6
|
2,917
|
3
|
3,083
|
3,4
|
Padi
|
2000
ppm
|
1,667
|
1,917
|
2,1
|
2,75
|
3,083
|
3,3
|
3,5
|
3,667
|
|
4000
ppm
|
1,5
|
1,917
|
2
|
2,667
|
2,9
|
3,333
|
3,583
|
3,7
|
Kacang
panjang
|
0
ppm
|
2,167
|
2,75
|
3,333
|
3,667
|
4,583
|
6,25
|
7
|
7,25
|
2000
ppm
|
2
|
2,667
|
3,333
|
4,083
|
4,583
|
6,083
|
6,7
|
6,792
|
|
4000
ppm
|
2,167
|
2,583
|
3,417
|
3,667
|
4,417
|
5,417
|
6,167
|
6,5
|
|
Mentimun
|
0
ppm
|
2,583
|
2,667
|
3
|
3,667
|
4
|
4,3
|
4,583
|
5
|
2000
ppm
|
2,583
|
2,667
|
3
|
3,667
|
3,917
|
4,25
|
4,5
|
4,917
|
|
4000
ppm
|
2,667
|
2,708
|
3,25
|
3,667
|
3,833
|
4,25
|
4,417
|
4,667
|
b. Tabel Jumlah Daun
c. Tabel
Panjang Akar
Perlakuan
|
Panjang akar
|
||
Padi
|
Kacang panjang
|
Mentimun
|
|
0 ppm
|
7,183
|
14,59
|
22,59
|
2000 ppm
|
7,115
|
13,777
|
28,478
|
4000 ppm
|
6,0983
|
13,797
|
27,372
|
d. Tabel Berat
Segar dan Berat Kering
Tanaman
|
Perlakuan
|
Berat Segar
|
Berat Kering
|
Padi
|
0 ppm
|
0,372
|
0,098
|
2000 ppm
|
0,3833
|
0,072
|
|
4000 ppm
|
0,2698
|
0,064
|
|
Kacang panjang
|
0 ppm
|
12,717
|
3,736
|
2000 ppm
|
10,307
|
2,496
|
|
4000 ppm
|
9,5467
|
1,782
|
|
Mentimun
|
0 ppm
|
9,4883
|
1,58
|
2000 ppm
|
10,42
|
2,5533
|
|
4000 ppm
|
9,5433
|
2,83
|
B. PEMBAHASAN
Grafik tinggi tanaman vs pengamatan
1. Tanaman Padi
Konsentrasi
NaCl mempengaruhi pertumbuhan tanaman padi. Dari grafik dapat di lihat bahwa
pada padi yang diberi perlakuan 2000 ppm, pertumbuhannya stabil. Hal ini bisa
terjadi dikarenakan pada 2000 ppm tanaman padi dapat beradaptasi dengan baik,
tingkat salinitasnya tidak terlalu bersifat basa bagi tanaman padi itu sendiri.
Pada perlakuan 4000 ppm,tanaman padi pertumbuhannya tidak stabil, cenderung
ekstrim. Hal ini karena pada perlakuan 4000 ppm, tingkat salinitasnya terlalu
tinggi. Sedangkan pada perlakuan 0 ppm, pertuumbuhan tanaman padi tidak stabil,
awal-awal pertumbuhannya cepat,
tetapi setelah pengamatan ke 4 pertumbuhan padi tidak secepat ketika pengamatan
awal. Hal ini karena pada perlakuan 0 ppm, tingkat
salinitasnya terlalu rendah, sehingga pertumbuhanya kurang stabil kurang stabilnya pertumbuhan padi pada 0 ppm
terjadi karena padi pada masa pertumbuhan lanjut menbutuhkan kadar garam yang
lebih, sehingga pada grafik setelah pengamatan ke 4 yang kemungkinan padi
membutuhkan kadar garam lebih tetapi tidak terpenuhi karena hanya diberi air
biasa yang tidak ada kadar garanya, sehingga pertumbuhannya menjadi melambat. Hal ini menujukkan bahwa padi dapat menjadi toleran terhadap salinitas yang cukup
tinggi (halofit).
2. Tanaman Metimun
Berdasarkan dari data yang diperoleh
dari grafik, pertumbuhan mentimun pada perlakuan 4000 ppm paling pesat
dibandingkan dari perlakuan 0 ppm dan 2000 ppm. Hal ini terjadi karena pada
dasarnya mentimun merupakan tanaman yang tahan terhadap salintas, dan mentimun
juga merupakan tanaman yang membutuhkan garam yang cukup tinggi untuk
pertumbuhan, sehingga pada perlakuan 4000 ppm pertumbuhannya hingga pengamatan
ke 8 paling tinggi. Sedangkan pada perlakuan 2000 ppm pertumbuhan juga lebih
pesat dari pada perlakuan 0 ppm. Hal ini terjadi karena pada tanaman mentimun
perlakuan 0 ppm tidak mendapatkan unsure hara yang dibutuhkan untuk
pertumbuhannya, sehingga pertumbuhan tinggi pada perlakuan 0 ppm paling pendek
dari pada perlakuan 4000 ppm dan 2000 ppm.
3.Tanaman
Kacang Panjang
Berdasarkan
data yang diperoleh dari grafik, pada pertumbuhan kacang panjang perlakuan 0
ppm dan 2000 ppm berjalan bersamaan, sedangkan pada perlakuan 4000 ppm
pertumbuhannya berjalan lambat. Lambatnya pertumbuhan pada perlakuan 4000 ppm
karena kacang panjang terlalu banyak dalam menyerap garam, sehingga
pertumbuhannya pun melambat. Hal ini terjadi pada dasarnya tanaman kacang
panjang merupakan tanaman yang membutuhkan salinitas hanya pada kadar yang
cukup, sehingga bila terlalu banyak, yang terjadi adalah pertumbuhan tanaman
menjadi melambat. Sedangkan pada perlakuan 2000 ppm pada pertengahan pengamatan
pertumbuhannya lebih cepat dari pada 0 ppm. Hal ini terjadi karena tanaman
kacang panjang memperoleh porsi hara salinitas yang pas, sehingga
pertumbuhannya menjadi cepat.
Grafik jumlah daun vs pengamatan
1.
Tanaman Padi
Konsentrasi NaCl mempengaruhi pertumbuhan dan jumlah daun tanaman padi. Dari grafik dapat di
lihat bahwa pada padi yang diberi perlakuan 2000 ppm, pertumbuhannya stabil.
Hal ini bisa terjadi dikarenakan pada 2000 ppm tanaman padi dapat beradaptasi
dengan baik, tingkat salinitasnya tidak terlalu bersifat basa bagi tanaman padi
itu sendiri. Pada perlakuan 4000 ppm,tanaman padi pertumbuhannya tidak stabil,
cenderung ekstrim. Hal ini karena pada perlakuan 4000 ppm, tingkat salinitasnya
terlalu tinggi. Sedangkan pada perlakuan 0 ppm, pertuumbuhan tanaman padi tidak
stabil, awal-awal pertumbuhannya
cepat, tetapi setelah pengamatan ke 4 pertumbuhan padi tidak secepat ketika
pengamatan awal. Hal ini karena pada perlakuan 0 ppm,
tingkat salinitasnya terlalu rendah, sehingga pertumbuhanya kurang stabil kurang stabilnya pertumbuhan padi pada 0 ppm
terjadi karena padi pada masa pertumbuhan lanjut menbutuhkan kadar garam yang
lebih, sehingga pada grafik setelah pengamatan ke 4 yang kemungkinan padi
membutuhkan kadar garam lebih tetapi tidak terpenuhi karena hanya diberi air
biasa yang tidak ada kadar garanya, sehingga pertumbuhannya menjadi melambat. Hal ini menujukkan bahwa padi dapat menjadi toleran terhadap salinitas yang cukup
tinggi (halofit).
2.
Tanaman Mentimun
Berdasarkan dari data yang
diperoleh dari grafik, pertumbuhan jumlah daun mentimun pada perlakuan 4000 ppm
paling pesat dibandingkan dari perlakuan 0 ppm dan 2000 ppm. Hal ini terjadi
karena pada dasarnya mentimun merupakan tanaman yang tahan terhadap salintas,
dan mentimun juga merupakan tanaman yang membutuhkan garam yang cukup tinggi
untuk pertumbuhan, sehingga pada perlakuan 4000 ppm pertumbuhannya hingga
pengamatan ke 8 paling tinggi. Sedangkan pada perlakuan 2000 ppm pertumbuhan
juga lebih pesat dari pada perlakuan 0 ppm. Hal ini terjadi karena pada tanaman
mentimun perlakuan 0 ppm tidak mendapatkan unsure hara yang dibutuhkan untuk pertumbuhannya,
sehingga pertumbuhan tinggi pada perlakuan 0 ppm paling pendek dari pada
perlakuan 4000 ppm dan 2000 ppm.
3.
Tanaman Kacang panjang
Berdasarkan
data yang diperoleh dari grafik, pada pertumbuhan jumlah daun kacang panjang
perlakuan 0 ppm dan 2000 ppm berjalan bersamaan, sedangkan pada perlakuan 4000
ppm pertumbuhannya berjalan lambat. Lambatnya pertumbuhan pada perlakuan 4000
ppm karena kacang panjang terlalu banyak dalam menyerap garam, sehingga
pertumbuhannya pun melambat. Hal ini terjadi pada dasarnya tanaman kacang
panjang merupakan tanaman yang membutuhkan salinitas hanya pada kadar yang
cukup, sehingga bila terlalu banyak, yang terjadi adalah pertumbuhan tanaman
menjadi melambat. Sedangkan pada perlakuan 2000 ppm pada pertengahan pengamatan
pertumbuhannya lebih cepat dari pada 0 ppm. Hal ini terjadi karena tanaman
kacang panjang memperoleh porsi hara salinitas yang pas, sehingga
pertumbuhannya menjadi cepat.
Histogram Berat Basah dan Berat Kering
Tanaman pada Masing-masing Perlakuan
A.Tanaman Padi
Dilihat dari histogram berat segar
dan berat kering padi, pada perlakuan 2000 ppm memiliki berat segar yang paling
tinggi, tetapi pada perlakuan 0 ppm memiliki berat kering yang paling berat.
Hali ini terjadi karena pada perlakuan 2000 ppm tanaman padi masih menyimpan
garam yang diserapnya dari perlakuan sehingga berat segarnya lebih tinggi dari
pada perlakuan 0 ppm. Namun, setelah dilakukan pengovenan justru berat kering
yang paling tinggi adalah 0 ppm. Hal ini kemungkinan terjadi karena pada
perlakuan 0 ppm, padi tidak menyimpan garamnya sehingga pada keadaan segar
beratnya lebih ringan dari pada 2000 ppm. Pada perlakuan 4000 ppm berat kering
dan berat basahnya paling kecil karena padi pada dasarnya hanya membutuhkan
salinitas yang sedikit, sehingga pada saat pertumbuhannya tidak maksimal,
karena terhambat oleh salinitas yang berlebihan yang berakibat terganggunya
metaolisme tanaman padi dan pertumbuhannya menjadi terhambat. Salinitas yang
berlebih pada tanaman pada dasarnya akan mempengaruhi perkecambahan benih dan
akan merusak serat dan jaringan tumbuhan.
B. Tanaman Metimun
Berdasarkan dari histogram berat
segar mentimun dan berat kering mentimun, dapat dilihat bahwa yang mendominasi
berat segar adalah perlakuan 2000 ppm, sedangkan berat kering yang mendominasi
adalah perlakuan 4000 ppm. Hal ini terjadi karena metimun perlakuan 2000 ppm
kemungkinan memiliki diameter batang yang lebih tinggi dan masih menyimpan
unsure haranya ketika dalam keadaan segar. Namun, pada berat kering justru
perlakuan 4000 ppm yang memiliki bobot yang paling berat. Hal ini kemungkinan
terjadi karena pada perlakuan 4000 ppm, meskipun pada keadaan segar bobotnya
lebih ringan dari pada 2000 ppm, tetapi pada berat keringnya bobotnya melebihi
perlakuan 2000 ppm. Hal ini terjadi karena mentimun pada perlakuan 4000 ppm,
mentimun tersebut pertumbuhannya lebih cepat dan memiliki isi yang lebih dari
pada perlakuan 2000 ppm, karena memperoleh salinitas yang lebih dari pada yang
perlakuan 2000 ppm. Pada dasarnya tanaman mentimun merupakan tanaman yang
toleran terhadap salinitas (halofit).
C. Tanaman Kacang Panjang
Berdasarkan
histogram berat segar dan berat kering kacang panjang dapat dilihat bahwa,
tanaman kacang panjang yang diberi perlakuan pemberian garam 2000 ppm dan 4000
ppm beratnya berangsur menurun. Begitu pula dengan berat kering tanaman kacang
panjang yang diberi perlakuan pemberian garam 2000 ppm dan 4000ppm. Hal ini
membuktikan bahwa tanaman kacang panjang merupakan tanaman yang rentan terhadap
salinitas (glikofit). Hal ini dapat dilihat dari histogram berat kering dan
berat segar kacang panjang yang berat kering dan berat segar maksimalnya
terletak pada perlakuan 0 ppm.
V. KESIMPULAN
1) Tanaman dengan perlakuan konsentrasi NaCl
praktis yang berbeda akan menghasilkan
pertumbuhan yang berbeda pula.
2) Taanaman dengan perlakuan konsentrasi
perlakuan NaCl yang berbeda akan menghasilkan pertumbuhan yang berbeda pula.
3) Tanaman metimun toleran terhadap kadar
garam yang tinggi, sedangkan tanaman kacang panjang rentan terhadap kadar garam
yang tinggi dan tanaman padi dapat tumbuh dengan baik pada kadar garam yang
cukup.
4) Kadar garam yang terlalu tinggi akan
menghambat perkecambahan benih serat merusak jaringan tanaman
5) Tanaman glikofit adalah tanaman yang
rentan terhadap kadar garam tinggi.
6) Tanaman halofit adalah tanaman yang
toleran terhadap kadar garam tinggi.
7) Padi (Oryza
sativa) dan mentimun (Cucumis sativus)
merupakan salah satu contoh dari tanaman halofit, sedangkan kacang panjang (Vigna unguiculata) merupakan salah satu
contoh tanaman glikofit.
8) Salinitas akan mempengaruhi proses
fisiologi dan morfologi dalam hubungannya dengan keseimbangan air dalam tubuh
tanaman.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2004. Stress Tanaman.<http://www.inovasionline.com>.
Diakses tanggal 17 Maret 2011.
Daubenmire, R., F. 1982. Plant
and Environment. John Willey and Sons, Canada.
Isnawan, H., B. 1997. Permasalahan
Salinitas Tanaman Budidaya. Jakarta, Erlangga.
Keany and L. John. 1985. Soil and
Plant Interaction with Salinity. Agriculture Experiment. Station University
of California, California.
Richard, C., S and T.H. Gary. 1984. Salinity
Tolerance in Plants. Jhon Willey and Sons. Inc, New York.
Soepartini, M., S. 2005. Evaluasi
kualitas dan sumbangan hara di perairan di jawa. Pemberitaan Tanah dan
Pupuk, 26 : 27-30.
Soetrisno, N. 2004. Peranan
industry pertanian dan pengembangan lingkungan menuju pertanian berkelanjutan,
40 : 37-39.
Sunarto. 2007. Toleransi kedelai pada salinitas.
Buletin Agronomi, 39 : 27-34.
No comments:
Post a Comment