ACARA V
APLIKASI SEDERHANA DARI ANALISIS DATA
IKLIM
UNTUK PENENTUAN POLA TANAM
I.
TUJUAN
Mengetahui manfaat data iklim dalam menentukan pola tanam di suatu
daerah
II.
TINJAUAN PUSTAKA
Pengukuran hujan pertama
di Indonesia dilakukan pada
tahun 1866 dan hanya dilakukan di Jakarta .
Penelitian tentang meteorologi pertanian terutama diarahkan kepada usaha untuk
mengurangi kerugian akibat cuaca buruk yang mungkin mengakibatkan menimpa
tanaman tersebut. Pada umumnya hujan diukur dengan penakar hujan di lapangan
dengan hitung waktu harian (dasarian). Selanjutnya laporan ini dikumpulkan di
pusat pelayanan meteorologi dan diseragamkan menjadi jumlah curah hujan bulanan.
Suatu metode yang tidak menggunakan statistik untuk mengukur curah hujan yang
rumit adalah metode penyusunan ranking (Oldeman et.al; 1982 cit.
Wisnusubroto, 1999).
Analisa peluang hujan
melampaui nilai tertentu lebih berguna daripada analisa rata-rata hujan bulanan
dalam menaksir potensi hujan suatu daerah. Jumlah hujan yang penting
untukpertumbuhan dan produksi tanaman didasarkan kepada kejadian peluang hujan
75%, hujan efektif, koefisien tanaman, perkolasi tanaman, dan kapasitas tanaman
menyimpan air. Analisa peluang hujan membutuhkan data hujan yang
berkesinambungan, jangka panjang. Hal ini dilakukan utuk mendapatkan data
dengan ketelitian tinggi, yaitu dengan mengumpulkan data selama tiga puluh
tahun atau lebih. Data dengan selang waktu antara 15 hingga 20 tahun memerlukan
cara yang lebih rumit untuk mendapatkan hasil yang memuaskan. Sedangkan data yang
kurang dari sepuluh tahun hasilnya akan sangat bergantung pada tingkat
keragaman data yang terkumpul (Pamin, 1985).
Secara umum curah hujan
di Indonesia
terbagi menjadi tiga pola hujan yaitu, pola ekuatorial, pola monsun, pola
lokal. Pola ekuatorial berhubungan dengan pola pergerakkan zona konvergensi ke
utara dan selatan mengikuti gerak semu matahari, dicirikan oleh dua kali
maksimum curah hujan bulanan dalam satu tahun. Pola monsun dipengaruhi oleh
angin darat dan angin laut dalam skala yang sangat luas, dicirikan oleh adanya
perbedaan yang jelas antara periode musim hujan dan musim kemarau setiap
tahunnya. Pola lokal dipengaruhi oleh kondisi suatu tempat. Faktor pembentuknya
adalah naiknya udara ke dataran tinggi atau pegunungan serta pemanasan lokal yang
tidak seimbang (Khomarudin, 2002).
Setiap usaha dibidang
pertanian bertujuan untuk mendapatkan produksi yang sebanyak-banyaknya. Untuk
itu diusahakan agar syarat-syarat yang dibutuhkan oleh tanaman pertanian dapat
terpenuhi. Salah satu syaratnya yaitu cuaca dan iklim tertentu agar tanaman
dapat tumbuh dan berkembang dengan baik sehingga didapatkan hasil yang
semaksimal mungkin. Peramalan cuaca dan iklim digunakan untuk mengetahui
keadaan cuaca yang membahayakan sehingga dapat dilakukan pencegahan. Ada tiga macam peramalan yaitu, peramalan tanaman
(meramalkan waktu tanam, waktu panen, dan sebagainya), peramalan cuaca atau
iklim untuk meramalkan permulaan dan akhir suatu musim serta peramalan khusus
misalnya, peramalan serangan hama
dan penyakit tanaman (Hassan, 1981).
Jumlah unsur hara dan
air yang dapat diserap tanaman tergantung pada kesempatan untuk mendapatkan air
dan unsur hara tersebut dalam tanah. Ini sering didekati melalui luas permukaan
akar dan jumlah unsur hara serta air yang tersedia dalam tanah. Apabila unsur
hara tersedia dalam jumlah yang cukup seperti pada kultur larutan, akar dengan
permukaan yang relatif sempit akan dapat mendukung pertumbuhan (Sitompul et. al; 1995).
Tingkat ketersediaan air
ditentukan atas kadar air antara 0% pada titik lahan permanen tanaman dan 100%
pada kapasitas lapang, untuk lahan yang tidak beririgasi (Setiawan, 2005) :
Cukup : kadar
air sedalam jelajah akar tanaman > 60%
Sedang : kadar air sedalam jelajah akar tanaman 40-60%
Kurang : kadar air sedalam jelajah akar tanaman <
40%
Pertumbuhan dan produksi
tanaman yang ditumpangsarikan relatif lebih rendah daripada tanaman utamanya.
Pengunduran tanaman jagung 10 dan 20 hari pada sistem tumpang sari dapat
meningkatkan berat kering polong isi 10% dan 15% lebih tinggi daripada kacang tanah
yang bersamaan ditanam bersamaan dengan tanaman jagung (1,981 kg/ha atau 57%
dari kacang tanah tunggal). Sebaliknya pada jagung dengan pengunduran waktu
tanam 10 dan 20 hari pada sistem tumpang sari menghasilkan berat kering biji 8%
dan 19% yang bersamaan dengan kacang tanah (3,403 kg/ha atau 70% dari hasil
tanaman jagung tunggal). Faktor air merupakan faktor yang harus dipertimbangkan
untuk dapat mencapai hasil yang maksimal (Sitompul et. al; 1980).
III.
METODOLOGI
Praktikum acara 5 dilaksanakan
pada hari Selasa, 21 Maret 2006 di Laboratorium Agroklimatologi Fakultas
Pertanian Universitas Gadjah Mada Yogyakarta .
Bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah data curah hujan per dasarian
selama sepuluh tahun, data evaporasi potensial harian atau bulanan. Nilai
koefisien tanaman (Kc) bulanan untuk beberapa tanaman, dan data periode setiap
fase perkembangan dan pertumbuhan masing-masing tanaman. Sedangkan alat yang
dipergunakan adalah kertas millimeter, kertas transparansi, spidol transparansi
serta penggaris.
Yang dilakukan pertama
kali adalah menghitung curah hujan bedasarkan kriteria Mohr pada setiap sepuluh
hari (per dasarian). Kemudian nomor ranking dihitung dengan menggunakan
kriteria curah hujan 75% (PCH 75%) dengan rumus sebagai berikut:
F = 100m
n+1 (i)
dimana: F = peluang curah hujan yang
dikehendaki
m = nomor ranking (yang dicari)
n = jumlah tahun (biasanya 10 tahun)
Rankingisasi dibuat
setelah kita membuat data curah hujan perdasarian selama sepuluh tahun. Dan
data curah hujan perdasarian selama sepuluh tahun tersebut diurutkan dari nilai
terbesar hingga nilai terkecil. Besarnya curah hujan dengan peluang 75%
dihitung dengan menggunakan interpolasi kemudian dibuat tabel seperti berikut:
JANUARI
|
s.d.
|
DESEMBER
|
|||||||
I
|
II
|
III
|
I
|
II
|
III
|
I
|
II
|
III
|
|
X CH 75%
|
Dari tabel diatas
kemudian dihitung tabel hitungannya sebanyak dua kali perhitungan. Histogram
inidigunakan untuk membandingkan data curah hujan selama satu tahun dengan
kebutuhan air suatu tanaman. Setelah histogram curah hujan dibuat, kemudian P dihitung
dengan interpolasi dari tabel mean daily percentage (P) of annual day time
hours for different latitudes.
Sebagai
contoh: P Januari = 10° - 5° = 0,26
– 0,27
7
– 5 P – 0,27
P
= 0,26
Setelah mencari data interpolasi,
kemudian dilanjutkan dengan menghitung nilai F dengan menggunakan rumus :
F = P
(0,46T + 8) (ii)
dimana: T = rerata suhu
Dengan menggunakan nilai
F, maka Eto harian dapat ditentukan dengan melihat grafik prediction of Eto
from Blaney Cridle atau dapat disebut
dengan Eto BC . Kemudian Eto BC bulanan dan Eto dasarian
dicari dengan menggunakan rumus:
3 (iv)
Setelah didapat Eto bulanan kemudian
dicari Eto P (Pennman), karena kita berada di wilayah Jawa Tengah dan
D.I.Yogyakarta maka digunakan rumus:
Eto P =
-1,33 + 1,525 BC (v)
dimana: BC = Eto bulanan
Blaney Cridle
Eto P bulanan dan Eto P dasarian dihitung dan Eto umum dicari dengan rumus
Eto umum = jumlah Eto
P bulanan
36
(vi)
Setelah didapatkan hasil kemudian dibuat tabel sebagai berikut:
Bulan
|
Tmax
|
Tmin
|
P
|
F
|
Eto P
|
|||||
harian
|
dasarian
|
bulanan
|
harian
|
dasarian
|
bulanan
|
|||||
Jan
|
||||||||||
s.d.
|
||||||||||
Des
|
Kemudian dibuat grafik
Kc tanaman per dasarian. Dan dibuat grafik pola umum kebutuhan air tanaman pada
transparansi. Serta ditentukan pola tanam untuk waktu dua tahun bagi suatu
daerah dengan jalan memilih jenis tanaman yang kebutuhan airnya dapat terpenuhi
dengan ketersediaan air hujan., dengan cara meng-over-laykan histogram
kebutuhan tanaman pada histogram curah hujan.
Kemudian yang terakhir
dibuat pembahasan mengenai pola tanam yang dihasilkan oleh suatu tanaman
(tumpang sari atau tumpang gilir) beserta alasannya.
V.PEMBAHASAN
Pola tanam sangat
mempengaruhi hasil panen yang akan diperolehpenentuan pola tanam ini harus
disesuaikan dengan Kondisi daerah yempat bercocok tanam, misalnya iklim,
keadaan tanah, irigasi dan letaknya. Antara satu faktor dengan faktor yang lain
saling mendukung. Contohnya adalah bibit, tanah dan iklim. Ketiga faktor
produksi pertanian tersebut harus saling tergantung dan ketiganya harus
diperhatikan dalam bercocok tanam. Bibit yang baik tidak akan memberikan hasil
pertanian yang memuaskan bila ditanam di tanah yang tidak sesuai, misalnya
kering dan kurang zat hara atau ditanam pada suatu daerah yang memiliki
iklimyang tidak sesuai dengan kebutuhan unsur tanaman.
Dari data yang
diperoleh, dapat direncanakan pola tanam untuk sepuluh jenis tanaman, yaitu :
buncis (beans), wortel (carrot), barley, bit (beets), jagung manis (sweet
corn), crucifers, mentimun (cucumbers), grain/ small, oat, dan bawang (onion
dry).
Karakteristik tanaman
tersebut adalah sebagai berikut:
1. Buncis (beans)
Buncis dekat hubungannya
dengan kacang panjang yaitu sama-sama merupakan tanaman merambat atau memanjat.
Buncis biasanya ditanam di lahan tegalan. Tanaman akan tumbuh baik pada
sisa-sisa pupuk dari pertanaman sebelumnya di kebun.
2. Wortel (carrot)
Tumbuhan ini hidup
normal di daerah tropika yang merupakan daerah di sekitar garis lintang yang
dilewati matahari. Wortel di tanam di daerah dengan ketinggian tempat kurang
lebih 500 m dpl. Tanaman ini paling cocok ditanam di daerah iklim sedang. Hal
ini dikarenakan bila ditanam pada daerah dataran rendah tropika akan banyak
mengalami serangan hama
penyakit.
3. Mentimun (cucumbers)
Pada dasarnya timun
dapat ditanam pada semua jenis tanah, tetapi untuk mendapatkan hasil yang lebih
baik, diperlukan tanah yang mengandung bahan organic yang tinggi khususnya di
daerah tropika. Tingkat pertumbuhan mentimun tergantung pada ketinggian
tempatnya. Di daerah tropika dataran rendah di sekitar khatulistiwa,
pertumbuhannya selama 10 minggu. Pada garis lintang yang lebih tinggi dan di
lokasi pegunungan, pertumbuhannya selama 16 minggu. Tanaman ini mengkonsumsi
air dalam jumlah yang besar bila di daerah tropika. Namun paling cocok ditanam
pada musim kemarau.
4. Bawang (onion dry)
Bawang ditanam di lokasi
yang lebih dingin dan setengah basah. Bawang tidak tahan dengan kelembaban
daerah dataran rendah. Tanaman ini paling cocok ditanam di daerah yang tinggi
dan kering (sekitar 1000m dpl) dan di daerah lintang yang tinggi dengan musim
kering yang nyata. Tanaman tumbuh paling baik pada tanah geluh yang gembur dan
subur. Sehingga tidak dapat tumbuh subur pada tanah lempung. Musim kemarau
adalah waktu yang cocok untuk penanaman bawang.
5. Jagung manis (sweet corn)
Bila dilihat sekilas
jagung manis nampak seperti jagus. Namun bila diamati dengan seksama kedua
tumbuhan tersebut berbeda. Jagung manis dapat tumbuh di kebun yang memiliki
lahan luas di setiap daerah baik yang beriklim tropis maupun yang beriklim non
tropis. Jagung manis tumbuh di daerah yang mempunyai masa tumbuh sekitar 70 – 80
hari pada saat musim panas.
6. Crusifers
Crucifers termasuk dalam
keluarga mustard sepert kubis. Daunnya secara umum agak pahit tapi tidak
beracun. Mempunyai bunga dengan 4 mahkota. Buahnya seperti kacang polong,
ketika panjang disebut silique atau silicle. Crusifers tumbuh dikebun untuk
melengkapi sayuran dan rempah-rempah (sistem tumpang sari).
7. Bit (beets)
Bit termasuk salah satu
jenis tumbuhan yang mudah tumbuh. Mereka tumbuh dengan subur di setiap tipe
tanah perkebunan kecuali yang berbatu dan banyak perkembangan akar. Bit tidak
dapat tumbuh dengan baik di daerah yang hangat (panas) di suatu Negara.
Tumbuhan ini khusus di tanam di daerah sub tropis sebelum musim panas. Bunganya
seperti tumbuhan paku tanpa mahkota.
8. Oats
Oat merupakan tanaman
yang memiliki golongan seperti padi-padian atau gandum (serealia). Oat
merupakan tanaman tahunan dengan daun seperti rumput, banayk dan panjang. Biasanya
menggantung mengelompok. Tumbuh liar di kebun dan mudah dikontrol karena
merupakan tanaman tahunan. Biasanya tanaman ini ditanam pada musim semi.
9. Barley (Hordeum vulgare)
Daun barley seperti
rumput dan mengelompok , memiliki bunga silinder. Kebanyakan daunnya seperti
paku tebal dan besar dengan warna yang mencolok. Tanaman ini terdiri dari satu
bunga.
10. Grain / small
Tanaman ini memiliki
ukuran kecil dengan biji yang keras dan segolongan dengan padi-padian
(serealia).
Kebutuhan air untuk
tanaman sangat tergantung dari besarnya curah hujan rata-rata dengan
evapotranspirasi. Jika semakin kecil hujan rata-rata bulanan semakin besar pula
penguapan, maka kebutuhan air pada tanaman akan semakin besar pula. Dengan
demikian meskipun pada bulan tertentu menunjukkan kebutuhan air tanaman
terpenuhi oleh air hujan yang sangat tinggi tetapi jika diiringi evapotranspirasi
yang tinggi tanaman akan mati.
Pola tanam direncanakan
pada bulan yang memiliki curah hujan tinggi, hal ini dapat dilihat pada grafik.
Ketersediaan air sangat memadai pada bulan Novenber dasarian III hingga bulan
April dasarian III. Dan pada bulan Januari dasarian I hingga bulan Februari
dasarian III memiliki ketersediaan air paling besar. Keadaan-keadaan seperti
ini mampu dimanfaatkan untuk sistem tumpang sari. Namun adakalanya persediaan
air sangat minim, seperti terlihat pada bulan Juni hingga bulan Oktober. Pada
bulan-bulan tersebut mustahil bila menanam pada sawah tadah hujan dan perlu
diadakannya irigasi. Irigasi tidak perlu diberikan jika deficit air terjadi
pada dasarian ke-empat. Hal ini dikarenakan tumbuhan telah melewati masa
dormansinya.
Setiap tanaman memiliki
jumlah dasarian yang berbeda-beda sehingga waktu tanam dan waktu pemanenan juga
sangat berbeda. Tanaman bit memiliki jumlah dasarian yang paling sedikit yaitu
berjumlah 7 dasarian sehingga dapat dilakukan penanaman dari bulan Desember dasarian
I hingga bulan Februari
dasarian I.
Jagung manis dan crucifers memiliki 8 dasarian dan penanaman dapat dilakukan
pada bulan November dasarian III hingga bulan Februari dasarian
I. Buncis memiliki 9 dasarian dan dapat
ditanam pada bulan November dasarian III hingga bulan Februari dasarian II.
Untuk mentimun yang memiliki 13 dasarian dapat ditanam pada bulan November
dasarian II hingga bulan Maret dasarian II. Wortel, barley, dan oat memiliki 12
dasarian. Namun wortel dapat ditanam pada bulan November dasarian III hingga
bulan Maret dasarian II, sedangkan tanaman barley dan oat dapat ditanam pada
bulan Desember dasarian I hingga bulan Maret dasarian III. Untuk tanaman yang
memiliki jumlah dasarian paling banyak, bawang dan grain, memiliki waktu tanam
antara bulan November dasarian III hingga bulan April dasarian II.
Kebutuhan air untuk
tanaman sangat tergantung dari besrnya curah hujan rata-rata dengan
evapotranspirasi. Jika semakin kecil curah hujan rata-rata bulanan, maka
semakin besar pula penguapan. Maka kebutuhan air untuk tanaman akan semakin
besar. Dengan demikian meskipun pada bulan tertentu menunjukkan kebutuhan air
tanaman terpenuhi oleh curah hujan sangat tinggi tetapi jika diiringi
evapotranspirasi yang tinggi tanaman akan mati.
Untuk tanaman mentimun,
setelah histogram Etc diinterpretasikan ke dalam histogram, peluang curah hujan
75% diketahui bahwa pada bulan November dasarian III sampai bulan Desember
dasarian II. mentimun memasuki fase pertumbuhan pertama sehingga membutuhkan
banyak air pada saat dormansi.
Dari hasil
menginterpretasikan sepuluh jenis tanaman diperoleh pola tanam yang hampir sama
karena tanaman yang dipilih merupakan jenis tanaman mesofit, dimana memiliki
tingkat kebutuhan air yang sedang.
Pola tanam bergilir
dimaksudkan agar curah hujan yang dapat dimanfaatkan sesuai dengan kebutuhan
tanaman. Misalnya tanaman jagung manis dan crucifers yang penanamannya dapat
dilakukan secara bergiliran. Hal ini dikarenakan dua tanaman tersebut memiliki
jumlah dasarian yang sama dan memiliki masa tanam, yaitu pada bulan November
dasarian III hingga bulan Februari dasarian I, serta memiliki masa panen yang
sama pula. Atau dengan pola tumpang sari, tanaman jagung manis dapat
ditumpangsarikan dengan tanaman buncis karena memiliki umur tanam yang pendek
dan kebutuhan akan curah hujan yang hampir sama. Dengan cara jagung manis dapat
ditanam terlebih dahulu pada bulan November dasarian III hingga bulan Februari dasarian I.
Pada bulan Januari hingga bulan Februari tanaman jagung manis memiliki kelebihan
curah hujan, sehingga tanaman buncis dapat ditanam pada bulan Januari dasarian
I (hal ini dapat dilakukan karena tanaman jagung memiliki kelebihan curah
hujan) air dapat dimanfaatkan oleh tanaman buncis. Tetapi pada akhir
pertumbuhan tanaman buncis akan mengalami defisit air. Tetapi hal ini tidak
akan mengganggu pertumbuhan tanaman buncis. Karena tanaman hanya memerlukan air
yang paling maksimal pada fase awal pertumbuhan (fase dormansi).
Untuk pola tanam gilir
selanjutnya dapat dilakukan untuk tanaman buncis dan grain. Hal ini dikarenakan
dua tanaman tersebut memiliki jumlah dasarian yang sama dan memiliki masa
tanam, yaitu pada bulan November dasarian III hingga bulan Februari dasarian I,
serta memiliki masa panen yang sama pula. Untuk pola tumpang sari, buncis dapat
ditumpangsarikan dengan tanaman bit. Karena kedua tanaman ini memiliki umur
tanam yang relatif pendek dan kebutuhan curah hujan yang hampir sama. Dengan
cara tanaman buncis ditanam terlebih dahulu pada bulan November dasarian III
hingga bulan Februari dasarian II. Pada bulan Januari hingga bulan Februari
buncis memiliki kelebihan curah hujan, sehingga tanaman bit dapat ditanam pada
bulan Januari dasarian I (hal ini dapat dilakukan karena tanaman jagung
memiliki kelebihan curah hujan) air dapat dimanfaatkan oleh tanaman bit. Tetapi
pada akhir pertumbuhan tanaman bit akan mengalami defisit air. Tetapi hal ini
tidak akan mengganggu pertumbuhan tanaman bit. Karena tanaman hanya memerlukan
air yang paling maksimal pada fase awal pertumbuhan (fase dormansi). Namun ada
baiknya bila tanaman bit diberikan pengairan untuk mengatur evapotranspirasi
tanaman.
Selain itu bila dilihat
dari garafik, tanaman mentimun dan tanaman jagung manis dapat ditumpangsarikan.
Karena kedua tanaman ini memiliki umur tanam yang relatif pendek dan kebutuhan
curah hujan yang hampir sama. Dengan cara tanaman mentimun ditanam terlebih
dahulu pada bulan November dasarian II hingga bulan Maret dasarian II. Pada
bulan Januari hingga bulan Februari mentimun memiliki kelebihan curah hujan,
sehingga tanaman jagung manis dapat ditanam pada bulan Januari dasarian III
hingga bulan April dasarian I (hal ini dapat dilakukan karena tanaman mentimun
memiliki kelebihan curah hujan) air dapat dimanfaatkan oleh tanaman jagung
manis. Tetapi pada akhir pertumbuhan tanaman jagung manis akan mengalami
defisit air. Tetapi hal ini tidak akan mengganggu pertumbuhan tanaman jagung
manis. Karena tanaman hanya memerlukan air yang paling maksimal pada fase awal
pertumbuhan (fase dormansi). Namun ada baiknya bila tanaman jagung manis
diberikan pengairan untuk mengatur evapotranspirasi tanaman.
Tanaman bawang (onion
dry) memiliki masa tanam yang cukup panjang atau sekitar 15 dasarian sehingga
cocok ditanam pada bulan Novenber dasarian III dan dapat dipanen pada bulan
April dasarian II. Karena pada bulan November hingga April, pasokan air hujan
dapat memenuhi kebutuhan tanaman bawang, dan hanya pada bulan Desember dasarian
III hingga Maret dasarian I bawang kekurangan air. Tetapi hal ini tidak akan
mengganggu pertumbuhan tanaman bawang. Karena tanaman hanya memerlukan air yang
paling maksimal pada fase awal pertumbuhan (fase dormansi). Selebihnya
kebutuhan bawang akan air dapat terpenuhi. Sebaiknya tanaman bawang tidak
ditumpangsarikan karena bawang memiliki masa tanam yang panjang yaitu 15
dasarian dan kebutuhan air ynag relatif banyak. Namun bila tanaman bawang akan
ditumpangsarikan harus dengan tanaman yang memiliki masa tanam singkat dan
kebutuhn akan air relatif sedikit. Bila tidak maka tanaman utama tidak akan
memberikan hasil yang baik.
VI. KESIMPULAN
Dari pengamatan yang dilakukan dapat diambil kesimpulan:
- Data
curah hujan bermanfaat dalam menetukan pola tanam tumbuhan, dengan begitu
dapat diketahui kapan saatnya kebutuhan air tanaman dipenuhi oleh curah
hujan yang tersedia.
- Dari
data curah hujan diketahui curah hujan meningkat pada bulan November dan
menurun pada bulan April, sehingga penanaman tanaman sebaiknya dilakukan
pada bulan tersebut.
- Dari
sepuluh tanaman tersebut, pasangan yang paling cocok ditumpangsarikan
adalah tanaman jagung manis dan crucifers karena keduanya memiliki masa
tanam yang singkat dan dapat menggunakan air hujan yang tersedia untuk
digunakan secara bersamaan, sehingga kebutuhan akan air dapat tercukupi.
- Pada dasarnya seluruh tanaman baik ditanam dengan sistem tumpang gilir karena kebutuhan akan air tercukupi semaksimal mungkin. Namun yang terjadi adalah pembuangan air hujan yang sia-sia (evaporasi) dan tidak termanfaatkan.
DAFTAR
PUSTAKA
Hassan, U. M. 1981. Dasar-dasar Meteorologi Pertanian. Jilid
2. PT Soeroengan. Jakarta .
Khomarudin, M. R.
2002. Mengenali pola hujan di berbagai kawasan di Indonesia . http://www.rudyet.topcities.com/pps7071034/khomarudin.html.
Diakses pada tanggal 22 Maret 2006.
Pamin, K.
1985. Sidik lintas fenotip dan genotip antara produksi minyak dengan
komponennya pada tanaman sawit. Buletin Perkebunan. 16(1). halaman :
7-16.
Setiawan, A.C. 2005.
Pengaruh air pada akar tanaman. http://www.bmg.go.id/neracaair.asp.
Diakses pada tanggal 22 Maret 2006.
Sitompul, S. M, W. C.
H. Van Hoof, Bambang G, Jody M, dan Soetono. 1980. Pengaruh waktu tanam jagung
terhadap pertumbuhan dan produksi kacang tanah dan jagung dalam sistem tumpang
sari. Agrivita III (1). halaman:
1-13.
, dan Bambang G. 1995. Analisis Pertumbuhan Tanaman. Gadjah Mada
University Press. Yogyakarta .
Wisnusubroto, S.
1999. Meteorologi Pertanian Indonesia .
Mitra Gama Widya. Yogyakarta .
No comments:
Post a Comment