ACARA 3
ANALISIS DATA METEOROLOGI
I. TUJUAN
- Melatih mahasiswa untuk mengolah dan menganalisis data meteorologi pertanian serta menyajikannya dalam data siap pakai.
- Mempelajari hubungan timbal balik antara anasir-anasir iklim.
II. TINJAUAN PUSTAKA
Agar maksud data analisis data meteorologi lebih bermanfaat, maka
dilakukan pengorganisasian dan analisis data dari seluruh jaringan pengamat
cuaca. Misalnya, analisis data berdasarkan time
series (pengamatan jangka panjang), penafsiran terhadap suatu parameter
yang sukar dilakukan dengan cara didekati dengan parameter yang mempunyai
hubungan dan berdasarkan rumus antara parameter tersebut (Wisnusubroto, 1999).
Dengan berdasarkan kepada metode statistika maka terdapat teknik
menganalisis data untuk sebuah persoalan yang menyangkut dua peubah atau lebih
yang ada atau diduga ada dalam suatu pertautan tertentu yang disebut teknik
analisis regresi dan analisis korelasi. Regresi multipel adalah regresi yang
melibatkan sebuah peubah tak bebas dan dua atau lebih peubah bebas. Yang
kemudian disusun oleh analisis korelasinya dalam bentuk korelasi multipel.
Regresi merupakan bentuk hubungan antara peubah respon (Y) dan peubah prediktor
(X). Manfaat dari analisa regresi adalah mengetahui peramalan rata-rata peubah
respon berdasarkan peubah prediktor, perkiraan rerata untuk peubah respon untuk
setiap perubahan satuan prediktor termasuk selang taksiran rata-rata dan
individual untuk peubah respon. Selain itu, jika hubungan antar peubah respon
dengan peubah prediktor memang ada maka untuk mengetahui ada atau tidaknya
kontribusi peubah prediktor terhadap peubah respon terdapat pada bagian
korelasi (r), harga r berkisar pada nilai -1 hingga 1. Koefisien korelasi
negatif memiliki hubungan dengan koefisien arah negatif. Sedangkan korelasi
positif memiliki hubungan dengan koefisien arah positif. Dan jika korelasi
mempunyai nilai nol maka koefisien arah nol atau dapat dikatakan jika antara
peubah respon dan peubah prediktor tidak memiliki hubungan. (Sudjana, 1991).
Probabilitas dan prakiraan data curah hujan lebih praktis mendapatkan
perhatian, karena hal ini dapat mengubah hasil panen tanaman, permintaan
evaporasi dan tipe tanah. Pada faktanya periode dengan kalkulasinya dibutuhkan
untuk mengubah nilai kritik dari curah hujan dalam suatu periode. Permasalahan
yang ada seperti ketidaktepatan dalam perubahan kalkulasi dengan jangka waktu
yang pendek dan curah hujan yang rendah (Jackson, 1984).
Jumlah curah hujan tidak menunjukkan informasi yang dibutuhkan untuk
mengukur pengikisan dari badai hujan. Kekuatan yang digunakan di permukaan
tanah dengan setiap tetesan air hujan dapat diperlihatkan dengan kekuatan yang
meliputi badai hujan. Untuk menghitung nilai ini, informasi yang harus tersedia
adalah besar dan lamanya hujan badai, ukuran dan kecepatan pada tiap tetesan
hujan dan penyaluran ukuran tiap tetes (Linder,1981).
Cara memprediksi kemungkinan curah hujan yaitu dengan melakukan banyak
penyelidikan mengenai distribusi curah hujan yang dapat diklasifikasikan
sebagai berikut (Sosrodarsono, 1978):
- Cara distribusi normal
Cara ini digunakan untuk menyelesaikan atau menghitung distribusi normal
yang didapat dengan merubah variabel distribusi asimetris (X) ke dalam
logaritma atau ke dalam akar pangkat n.
- Cara kurva asimetris
Cara ini adalah cara yang langsung menggunakan kurva asimetris
kemungkinan kerapatan. Cara-cara yang digunakan adalah jenis distribusi
eksponensial dan distribusi harga ekstrim.
- Cara yang manggunakan kombinasi cara 1 dan cara 2
Sedangkan Linder (1981), mengungkapkan bahwa dalam daerah musim hujan,
hujan harian biasanya jatuh selama satu badai, kemudian hal ini dapat dianggap
bahwa curah hujan bulanan dibagi dengan jumlah hujan harian tiap bulan
menghasilkan pengukuran yang layak dari rata-rata jumlah hujan yang turun
selama satu badai pada bagian bulan tersebut.
III. METODOLOGI
Pada percobaan analisis data meteorologi yang dilaksanakan pada hari
Selasa, 14 Maret 2006 dan dilakukan di laboratorium agroklimatologi Fakultas
Pertanian Universitas Gadjah Mada. Bahan praktikum ini meliputi data bulanan
selama satu tahun dari stasiun meteorologi yang terdiri atas data curah hujan
(CH), kelembaban nisbi (RH), evaporasi (EV), termometer bola basah (TBB),
termometer bola kering (TBK), panjang penyinaran (PP), dan intensitas
penyinaran (IP), bahan ini digunakan untuk analisis, penyajian dan interpretasi
data. Sedangkan untuk analisis korelasi dan analisis regresi digunakan data
temperatur (T), kelembaban nisbi (RH), evaporasi (EV), termometer bola basah
(TBB), termometer bola kering (TBK), panjang penyinaran (PP), dan intensitas
penyinaran (IP) bulanan selama satu tahun yang diperoleh dari analisis data
yang diperoleh.
Dalam menyajikan dan mengintepretasi data meteorologi pertanian
memerlukan pembagian kerja yaitu dengan membagi mahasiswa menjadi beberapa
kelompok menurut stasiun meteorologi sebagai sumber data. Kemudian
masing-masing kelompok saling menukarkan data yang telah diperoleh.
Untuk menghitung
banyaknya curah hujan yang pertama kali dilakukan adalah menghitung jumlah
curah hujan perdasarian, tinggi curah hujan bulanan, dan curah hujan tahunan.
Kemudian dihitung jumlah hari hujan selama setahun., bulan-bulan basah, dan
bulan-bulan kering menurut Mohr.
Untuk mengolah data suhu udara (TBB dan TBK) dihitung rata-rata suhu
harian, yang mengukurnya digunakan cara dua kali suhu udara pada pukul 07.00
ditambah suhu udara pada pukul 13.00 dan ditambah lagi dengan suhu udara pada
pukul 18.00 kemudian data tersebut dibagi empat. Untuk menghitung suhu bulanan
dilakukan dengan cara membagi jumlah suhu harian selama satu bulan dengan
jumlah hari dalam satu bulan tersebut. Sedangkan untuk menghitung suhu tahunan
dilakukan dengan cara membagi jumlah suhu bulanan selama satu tahun dengan
jumlah bulan dalam satu tahun (12 bulan). Atau dapat digunakan rumus Braak
yaitu T tahunan = 26,3-0,6h; suhu maksimum = 31,3-0,62h; dan suhu minimum =
22,8-0,53h. Dan yang terakhir dibuat grafik suhu bulanan selama satu tahun.
Untuk menghitung kelembaban relatif udara dapat dilakukan dengan rumus
perhitungan suhu harian dan suhu tahunan., dengan dasar selisih TBB dan TBK
pada pukul 07.00, 13.00, dan 18.00. kemudian dibuat grafik ayunan RH
(kelembaban relatif udara) bulanan selama satu tahun dan yang terakhir
diberikan pembahasan mengenai pola ayunan T dan RH bulanan selama satu tahun.
Untuk menghitung
panjang penyinaran (PP), intensitas penyinaran (IP), dan evaporasi (EV)
mula-mula dihitung rerata panjang penyinaran, intensitas penyinaran dan
evaporasi bulanan selama satu tahun. Kemudian dibuat grafik rerata panjang penyinaran,
intensitas penyinaran, dan evaporasi bulanan selama satu tahun. Dan yang
terakhir adalah pembahasan mengenai pola ayunan panjang penyinaran (PP),
intensitas penyinaran (IP), dan evaporasi (EV) selama satu tahun.
Untuk analisis regresi dan analisis korelasi, dilakukan penghitungan
nilai regresi dan korelasi dengan bantuan data harian selama setahun diantara
dua anasir iklim. Analisis dilakukan dengan menggunakan kalkulator sehingga
diperoleh persamaan regresi y = a + bx dan koefisien korelasi (r). Dan yang
terakhir dilakukan adalah dibuat grafik persamaan regresi dari hubungan antara
anasir iklim tersebut serta dibandingkan dengan keeratan masing-masing
hubungan.
IV. HASIL PENGAMATAN
1. Menghitung rata-rata suhu TBB dan TBK digunakan rumus
T = 2 (T 07.00) + (T 13.00) + (T 18.00)
4
Contoh perhitungan rata-rata suhu
TBB dan TBK pada bulan Januari
- Rata-rata suhu TBK pada bulan Januari
T = 2(24,38) + 30,26 + 25,88
4
= 104,9
4
= 26.225
- Rata-rata suhu TBB pada bulan Januari
T = 2(23,48) + 26,87 + 24,42
4
= 98,25
4
= 24,56
Bulan
|
Suhu (TBK) (°C)
|
Suhu (TBB) (°C)
|
||||||
Pk.07
|
Pk.13
|
Pk.18
|
Rata-rata
|
Pk.07
|
Pk.13
|
Pk18
|
Rata-rata
|
|
JAN
|
24.38
|
30.26
|
25.88
|
26.23
|
23.48
|
26.87
|
24.42
|
24.56
|
FEB
|
24.06
|
30.52
|
25.69
|
26.08
|
23.17
|
27.02
|
24.37
|
24.43
|
MAR
|
24.33
|
31.08
|
26.08
|
26.45
|
23.41
|
27.14
|
24.82
|
24.70
|
APR
|
24.45
|
30.79
|
26.15
|
26.46
|
23.59
|
27.22
|
24.94
|
24.84
|
MEI
|
24.54
|
31.64
|
26.62
|
26.84
|
23.25
|
27.65
|
25.12
|
24.82
|
JUN
|
23.21
|
30.93
|
26.05
|
25.85
|
22.22
|
26.96
|
24.43
|
23.96
|
JUL
|
22.6
|
30.91
|
26.8
|
25.73
|
21.66
|
26.8
|
24.84
|
23.74
|
AGUST
|
26.61
|
31.03
|
26.21
|
27.62
|
21.75
|
26.75
|
224.38
|
23.66
|
SEPT
|
24.91
|
31.56
|
27.04
|
27.11
|
23.75
|
27.33
|
25.15
|
24.9
|
OKT
|
25.02
|
30.99
|
26.32
|
26.84
|
23.85
|
27.19
|
24.86
|
24.94
|
NOP
|
24.9
|
30.19
|
25.80
|
26.45
|
23.82
|
27.01
|
24.61
|
24.82
|
DES
|
25.31
|
30.85
|
30.89
|
28.09
|
23.97
|
27.28
|
24.98
|
25.05
|
2. Menghitung
kelembaban atas dasar selisih TBK- TBB dengan rumus interpolasi
X1- X2 = Y1-Y2
X1 –X Y1 –Y
- Contoh perhitungan RH pukul 07.00 pada bulan Januari
X = TBK –TBB
= 24,38 – 23,48
=0,9
- Interpolasi : X1- X2 = Y1-Y2
X1 –X Y1 –Y
1,0 – 0,8 = 92 -
90
1,0 -0,9 92 –Y
92 – Y = 2
2
= 91 %
Bulan
|
KELEMBABAN (%)
|
|||
Pk 07.00
|
Pk 13.00
|
Pk 18.00
|
Rata-rata
|
|
Januari
|
91
|
72.95
|
85.6
|
85.14
|
Februari
|
90.9
|
71.5
|
88.2
|
85.38
|
Maret
|
84
|
65.7
|
87.6
|
80.33
|
April
|
90.6
|
71.85
|
87.1
|
85.22
|
Mei
|
87.9
|
68.95
|
86
|
82.89
|
Juni
|
91
|
68.85
|
84.1
|
83.92
|
Juli
|
86
|
67.1
|
83.6
|
80.68
|
Agustus
|
58.6
|
65.4
|
82.3
|
66.23
|
September
|
87
|
65.3
|
82.9
|
80.55
|
Oktober
|
89.7
|
68
|
85.6
|
83.25
|
November
|
88.94
|
74.9
|
89.95
|
85.68
|
Desember
|
85.4
|
71.85
|
55.55
|
74.55
|
Contoh perhitungan RH rata-rata
untuk bulan Januari
- T = 2
(T 07.00) + (T 13.00) + (T 18.00)
4
= 2 (91 %) + (72,95 %) + (85,67 %)
4
= 340,55
4
= 85,1375
Tabel Data Klimatologi Bulanan pada
Stasiun UGM Bulak Sumur Tahun 2000
Bulan
|
T (°C)
|
RH (%)
|
PP (%)
|
EV (mm)
|
CH (mm)
|
KA (km/jam)
|
Januari
|
26.23
|
85.14
|
28.6
|
68.8
|
315.7
|
1.6
|
Februari
|
26.08
|
85.38
|
23.3
|
57.8
|
406.3
|
1.8
|
Maret
|
26.46
|
80.33
|
27.7
|
73.9
|
183.9
|
2.9
|
April
|
26.46
|
85.22
|
35.6
|
63.4
|
236.0
|
1.7
|
Mei
|
26.46
|
82.89
|
43.2
|
103.4
|
54.0
|
2.1
|
Juni
|
25.85
|
83.92
|
37.4
|
85.5
|
68.8
|
1.8
|
Juli
|
25.73
|
80.68
|
51.8
|
109.4
|
2.0
|
2.5
|
Agustus
|
27.62
|
66.23
|
58.3
|
121.0
|
47.0
|
2.6
|
September
|
27.1
|
80.55
|
46.9
|
126.1
|
1.3
|
3
|
Oktober
|
26.84
|
83.25
|
28.4
|
78.8
|
137.7
|
2.3
|
November
|
26.45
|
85.68
|
12.9
|
61.2
|
259.0
|
1.9
|
Desember
|
28.09
|
74.55
|
44
|
111.3
|
229.6
|
2.4
|
- Mencari persamaan regresi dengan menggunakan kalkulator
Rumus umum
regresi fungsi linear sederhana adalah :
Y = a + bx
X = peubah bebas a = intercept
Y = peubah tak
bebas b = gradien garis
regresi
Variabel
|
a
|
b
|
r
|
Persamaan
regresi
|
PP
vs T
|
26.05
|
0.021
|
0.388
|
y
= 26.05 + 0.02x
|
PP
vs RH
|
92.59
|
-0.283
|
-0.317
|
y
= 92.59 - 0.283x
|
PP
vs EV
|
26.99
|
1.6814
|
0.887
|
y
= 26.99 + 1.6814x
|
T
vs EV
|
-424.96
|
19.226
|
0.549
|
y
= -424 + 19.226x
|
T
vs RH
|
224.758
|
-5.354
|
-0.725
|
y
= 224.758 – 5.354x
|
RH
vs EV
|
363.318
|
-3.351
|
-0.702
|
y
= 363.318 – 3.351x
|
RH
vs CH
|
-619.795
|
9.525
|
0.375
|
y
= -619.795 + 9.525x
|
KA
vs EV
|
-20.734
|
50.95
|
0.875
|
y
= -20.734 + 50.95x
|
KA
vs RH
|
96.874
|
-6.919
|
-0.568
|
y
= 96.784 – 6.919x
|
KA
vs CH
|
622.88
|
-215.3
|
-0.695
|
y
= 622.88 – 215.3
|
4. Menentukan koefisien regresi korelasi r yang mendekati R ≈ +1, R ≈ 0,
R ≈ -1
Dari tabel di atas dapat ditentukan
nilai r beserta persamaan regresinya
- R ≈ +1 adalah variabel PP vs T dengan persamaan regresi
y = 26,05 + 0,02x
- R ≈ 0 adalah variabel RH vs CH dengan persamaan regresi
y = -619,79 + 9,5248x
- R ≈ -1 adalah variabel T vs RH dengan persamaan regresi
y = 224,76 - 5,354x
V. PEMBAHASAN
a. Suhu Udara
Adanya kenaikan dan penurunan suhu disebabkan adanya pengaruh radiasi
matahari, sehingga energi dari panas bumi dapat dikembalikan lagi ke atmosfer
sebagai gelombang pendek. Terjadinya perubahan suhu dari bulan ke bulan selama
satu tahun juga dapat disebabkan oleh pengaruh intensitas penyinaran radiasi
matahari atau terjadinya insolation (incoming solar radiation). semakin
tinggi intensitas matahari yang diikuti oleh curah hujan yang cukup tinggi akan
menyebabkan suhu menjadi semakin rendah, begitu pula sebaliknya. Radiasi tinggi
berarti suhu akan semakin tinggi, hal ini mengingat besarnya sinar matahari
yang sampai ke bumi mengakibatkan meningkatnya panas bumi. Pada grafik suhu vs
bulan dapat dilihat fluktuasi temperatur bulanannya cukup kecil (pada daerah
sekitar khatulistiwa fluktuasi cukup kecil). Namun pada bulan Juli ke Agustus
serta November menuju Desember terjadi kenaikan suhu yang cukup tinggi di
bandingkan bulan-bulan lainnya.
b. Kelembaban Udara
Pada grafik dapat dilihat bila kelembaban pada bulan Januari hingga bulan
Juli Relatif tetap dan bila terjadi penurunan sangat kecil. Hal ini terjadi
karena banyaknya uap air yang terkandung dalam udara di suatu daerah relatif
tetap. Namun pada bulan Juli hingga bulan Agustus terjadi penurunan walaupun
hanya berkisar 10 %. Dan pada bulan Agustus hingga bulan september terjadi
kenaikan yang relatif rendah. Kenaikan dan penurunan kelembaban udara di
Indonesia relatif rendah karena Indonesia merupakan daerah di khatulistiwa yang
memiliki iklim tropis basah. Sehingga terdapat pemanasan yang hampir sama di
setiap bulannya dan selalu menerima hujan di setiap tahun.
c. Panjang Penyinaran.
Dari grafik di atas dapat dilihat bila panjang penyinaran tertinggi
terjadi pada bulan Agustus, sedangkan panjang penyinaran terkecil terjadi pada
bulan November yang kemudian diikuti oleh kenaikan yang cukup tinggi di bulan
Desember. Panjang penyinaran yang lama mempengaruhi kelembaban udara. Panjang
penyinaran disebabkan oleh keadaan musim yang berubah (pancaroba) dari musim
panas ke musim hujan dan dipengaruhi oleh letak lintang. Selain itu panjang
penyinaran juga dapat disebabkan oleh intensitas radiasi matahari. intensitas
sinar matahari yang tinggi akan menyebabkan tingginya panjang penyinaran.
d. Evaporasi
Pada grafik di atas memberi gambaran dari hasil pengamatan bahwa tingkat
evaporasi pada bulan Januari hingga Desember selalu bervariasi. Titik terendah
tingkat evaporasi terjadi pada bulan Februari, sedangkan evaporasi tertinggi
terjadi pada bulan September. Tingkat evaporasi dipengaruhi oleh beberapa
faktor, antara lain curah hujan, kecepatan angin, temperatur, kelembaban
relatif, jumlah vegetasi pada daerah tersebut dan lain-lain. Misalnya, jika
curah hujan tinggi maka kelembaban relatif juga akan meningkat. Hal ini akan
menyebabkan menurunnya evaporasi.
e. Curah Hujan
Berdasarkan grafik di atas, curah hujan yang tertinggi terjadi pada bulan
Februari, sedangkan curah hujan yang terendah terjadi pada bulan September.
Pada grafik curah hujan menunjukkan kondisi curah hujan yang tidak teratur dari
bulan ke bulan selama satu tahun. Di Indonesia sendiri hanya terdapat dua musim
yaitu, musim hujan dan musiam kemarau hal ini tentu saja mempengaruhi banyak
curah hujan. Musim hujan terjadi antara bulan November hingga bulan Februari,
sedangkan musim kemarau terjadi pada bulan April hingga bulan Oktober yang
menyebabkan curah hujan relatif sangat rendah. Musim hujan tertinggi berpeluang
untuk terjadi pada bulan Februari, sedangkan peluang untuk musim hujan terkecil
adalah bulan September. Ketinggian curah hujan perbulan bergantung pada nilai
curah hujannya.
f. Kecepatan Angin
Kecepatan angin yang terendah terjadi pada bulan Januari, sedangkan
kecepatan angin terbesar terjadi pada bulan September. Pada grafik terlihat
bahwa kecepatan angin terlihat berfluktuasi setiap bulannya. Perbedaan
kecepatan angin diakibatkan oleh pengaruh rotasi bumi terhadap matahari. Dimana
rotasi bumi akan menyebabkan terjadinya pergantian siang dan malam. Perubahan
pasang surut air laut. Semakin cepat arah angin yang bergerak menuju utara atau
arah selatan khatulistiwa akan sangat mempengaruhi kecepatan angin di setiap
bulan pada daerah pengamatan.
Analisis korelasi dan regresi
a. Grafik r ≈ +1
Grafik ini mempunyai persamaan regresi y = 25,863+0,0213x dengan
koefisien regresi korelasi r ≈ +1, yang berarti hubungan positif sempurna,
kenaikan peubah bebas (x) diikuti oleh kenaikan tak bebasnya (y). Hal ini dapat
dilihat dari data hasil perhitungan dan grafik ayunannya, setiap kenaikan suhu
(T) maka akan diikuti kenaikan panjang penyinaran (PP) pula. Dari grafik data
tersebut diketahui bahwa daerah panjang penyinarannya lama akan menyebabkan
radiasi matahari yang sampai ke bumi akan lebih tinggi sehingga kondisi udara
dan suhu bumi relatif panas.
b. Grafik r ≈ -1
Grafik ini mempunyai persamaan regresi y = 224,41-5,3433x dengan
koefisien regresi korelasi r ≈ -1, yang artinyamempunyai hubungan negatif
sempurna (sangat erat). Kenaikan peubah bebas (x) diikuti oleh penurunan tak
bebasnya (y). Koefisien regresi yang dicapai oleh variabel RH vs T mempunyai
peubah bebas yaitu kelembaban dan peubah tak bebas T (°C). Pada umumnya dari
data pengamatan terlihat bahwa setiap nilai T (°C) akan turun. Contohnya pada
bulan Agustus sampai November, pada bulan tersebut jika kelembaban naik maka
nilai suhu udara akan turun, menyebabkan udara menjadi lembab sehingga
kelembabannya naik (intensitas penyinaran matahari berkurang).
c. Grafik r ≈ 0
Grafik ini mempunyai persamaan regresi y = -619,79 + 9,5248x dengan
koefisien regresi korelasi r ≈ 0. Antara variabel RH vs CH hampir tidak
memiliki hubungan sama sekali dari setiap titik-titiknya. Jika dilihat grafik
tersebut, masing-masing ayunan saling tidak menentu antara turun dan naiknya
sehingga tidak memengaruhi kualitas dan kuantitas kelembaban.
VI. KESIMPULAN
Dari hasil
pengamatan yang dilakukan, dapat disimpulkan:
- Anasir-anasir iklim yang dramatis tersebut saling mempengaruhi dan saling berhubungan satu sama lainnya.
- Untuk mengetahui hubungan antar anasir-anasir iklim yang diamati dapat digunakan nilai regresi yang mendekati +1, 0, -1.
- Analisis data meteorologi sangat baik digunakan intuk mengetahui ada atau tidaknya hubungan anasir-anasir iklim secara timbal balik.
- Dari bidang meteorologi, parameter yang biasanya diukur dan diolah datanya adalah suhu udara, kelembaban udara, panjang penyinaran, evaporasi, curah hujan, dan kecepatan angin.
DAFTAR
PUSTAKA
Linder, Van der. 1981. An
Input-Output Analysis with Respect to Water and It’s Load for a Tropical
Watershed. The Indonesia Journal of Geography, 11 (42). halaman : 19-39.
Sosrodarsono, Surjono. 1978. Hidrologi untuk Pengairan. PT. Pradnya
Paramita. Bandung .
Sudjana. 1991. Teknis Analisis
Regresi dan Korelasi. Tarsito. Bandung .
40p.
Wisnusubroto, Sukardi. Meteorologi Pertanian Indonesia . Mitra
Gama Widya. Yogyakarta .
No comments:
Post a Comment