ACARA I
SALINITAS SEBAGAI FAKTOR PEMBATAS ABIOTIK
I. TUJUAN
1. Mengetahui dampak salinitas terhadap
pertumbuhan tanaman.
2. Mengetahui tanggapan beberapa macam tanaman
terhadap tingkat salinitas yang berbeda.
II. TINJAUAN PUSTAKA
Prinsip
utama ekologi adalah mengenai kehidupan masing-masing organisme yang
berhubungan secara terus-menerus serta berkelanjutan dengan setiap elemen lain
yang membentuk lingkaran itu sendiri. Sebuah ekosistem dapat didefinisikan
sebagai situasi dimana terdapat interaksi antara organisme dengan lingkungan. Lingkungan
suatu organisme terdiri dari faktor abiotik seperti sinar matahari, iklim dan tanah
sebagai suatu hal yang dibagi bersama dengan organisme lain dalam habitat itu
(Anonim, 2008).
Salinitas alami adalah sebuah
fenomena yang tersebar luas di bumi dan evolusi dari kehidupan organisme
dihasilkan pada sejumlah spesies yang menunjukkan mekanisme adaptasi spesial
untuk tumbuh pada lingkungan salin. Yang utama dari tumbuhan adalah
sensitivitas garam relatif. Pada kenyataannya hampir semua biji tanaman tidak
dapat tahan secara permanent pada kondisi salin di tanah. Namun para ahli telah
mengembangkan di beberapa famili yang dapat hidup di beberapa habitat. Tanaman
yang tumbuh pada tanah salin dihadapkan pada masalah yang lebih kompleks. Pada rizophere
konsentrasi garam pada kandungan tanah turun naik karena perubahan pada
penyediaan air, drainase, penguapan dan transpirasi. Salinitas tidak hanya
disebabkan oleh NaCl tetapi juga oleh Na2CO3, NaHCO3
dan Na2SO4 dan hubungan dari garam-garam tersebut dengan
yang lainnya sebaik pada nutrisi lain seperti K+, Ca2+ dan
Mg2+ adalah penting dan ada perbedaan besar pada tempat yang berbeda
(Staples, 2005).
Proses salinitas terjadi tidak
hanya karena curah hujan yang kurang untuk melarutkan dan mencuci garam, tetapi
juga karena penguapan (evaporasi) cepat menyebabkan terkumpulnya garam dalam
tanah dan dalam air yang tergenang di atas permukaan tanah. Drainase yang buruk
dapat menyebabkan evaporasi lebih besar dari pada perkolasi merupakan faktor
utama berlangsungnya proses salinitas. Tentang lambatnya perkolasi tanah dapat
disebabkan oleh keadaan tekstur yang halus. Sebagai akibat dari perkolasi yang
sangat besar, air yang menguap dari dalam tanah akan menarik air tanah yang
melarutkan garam ke atas sehingga waktu menguap akan meninggalkan garam berikut
kerak di permukaan tanah atau lapisan yang banyak menandung garam yang disebut
horizon silikon atau kristal (Santoso, 2004).
Kadar garam tinggi sering
menimbulkan masalah pada lahan pertanian karena mengakibatkan tekanan osmosis
larutan tanah daerah perakaran turun, dan timbulnya pengaruh ion spesifik sehingga
terjadi tekanan fisiologis. Pengendalian timbulnya garam atau salinitas tergantung
seluruhnya pada air, yaitu mutu dan pengolahannya. Diasumsikan jika suatu
bentuk garam sulfat yang mengandung Ca
ditambahkan
dalam tanah yang bekadar garam tinggi, ion Ca
mampu menyaingi
kedudukan ion Na
dalam kompleks serapan
mineral liat (Sismiati et al., 2005).
Secara
umum, tingkat salinitas tanah yang tinggi memiliki efek ganda pada
pertumbuhan, yaitu mengurangi potensial air pada jaringan karena meningkatkan
potesial osmotik pada media perakaran, dan memberi efek racun secara langsung karena tingginya
konsentrasi ion Na dan Cl yang terakumulasi dalam jaringan tanaman.
Akibat jangka pendeknya pertumbuhan tajuk terganggu
sebagai akibat dari respon akar karena kekurangan air.
Sedangkan akibat jangka panjangnya yaitu tanaman akan
mengalami reduksi daun sehingga proses fotosintesis terganggu dan pertumbuhan
tanaman akan terhambat (Shamin et al., 2009).
Hasil analisis pertumbuhan padi gogo menunjukkan bahwa konsentrasi garam
mempengaruhi luas daun dan bobot kering tanaman yang dihasilkan.
Pemberian garam dengan ukuran yang sesuai,
cenderung akan menambah luas daun dan bobot kering
tanaman yang dihasilkan (Kurniasih et al., 2004).
III.
METODOLOGI
Praktikum Dasar-Dasar Ekologi Acara I yang berjudul “Salinitas Sebagai Faktor Pembatas Abiotik” dilaksanakan pada hari Kamis tanggal 21
April 2011. Praktikum ini dilaksanakan di Laboratorium
Ekologi Tanaman, Jurusan Budidaya Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas
Gadjah Mada, Yogyakarta. Alat-alat yang digunakan antara lain: timbangan analitik, gelas ukur, erlenmeyer, alat pengaduk, peralatan tanam, dan penggaris. Sedangkan bahan-bahan yang digunakan antara
lain : 3 macam benih tanaman yaitu padi (Oryza sativa), kacang panjang (Vigna sinensis), dan ketimun (Cucumis
sativus), polybag, NaCl teknis, pupuk kandang, dan kertas tabel.
Pada
praktikum ini, mula-mula polybag
disiapkan dan diisi dengan tanah sebanyak
kurang lebih 3 kg. Lalu kerikil, sisa-sisa akar tanaman lain dan
kotoran harus dihilangkan terlebih dahulu agar tanaman tidak terganggu didalam
proses pertumbuhannya. Kemudian dipilih biji yang sehat dari jenis tanaman yang
akan diperlakukan, kemudian ditanam 5 biji ke dalam masing-masing
polybag dan disiram setiap
hari dengan air biasa. Setelah berumur satu minggu bibit dijarangkan
menjadi 2 tanaman tiap polybag.
Lalu dibuat larutan NaCl dengan konsentrasi 2000 ppm dan konsentrasi 4000 ppm. Sebagai
pembanding atau kontrol digunakan air aquades. Kemudian masing-masing konsentrasi larutan
garam tersebut dituang pada tiap-tiap polybag sesuai
perlakuan sampai kapasitas
lapang. Volume masing-masing larutan untuk tiap-tiap polybag harus sama. Lalu
tiap polybag diberi label sesuai perlakuan dan
ulangannya agar tidak tertukar dengan perlakuan lain. Larutan garam diberikan
setiap 2 hari sekali sampai 7 kali pemberian. Selang hari diantaranya tetap
dilakukan penyiraman dengan air biasa dengan volume yang sama. Percobaan
dilakukan sampai tanaman berumur 21 hari, kemudian dilakukan pemanenan. Akar
diusahakan jangan sampai rusak atau
terpotong. Pengamatan tinggi tanaman dilakukan tiap 2 hari sekali sampai hari
ke-21. Pada akhir pengamatan dilakukan pengamatan pada panjang akar, berat
segar, dan berat kering tanaman, kemudian diamati juga abnormalitas tanaman
misalnya klorosis pada daun. Dari seluruh data yang terkumpul, dihitung rerata
3 ulangan pada tiap perlakuan. Selanjutnya digambar grafik tinggi tanaman pada
masing-masing konsentrasi garam vs hari pengamatan dan grafik panjang akar pada
masing-masing konsentrasi garam vs hari pengamatan untuk
masing-masing tanaman dan grafik
jumlah
daun pada masing-masing konsentrasi garam vs hari
pengamatan
untuk masing-masing tanaman. Dan dibuat juga grafik berat segar dan berat
kering versus konsentrasi garam pada masing-masing tanaman.
IV. HASIL PENGAMATAN
A. Tinggi
Tanaman
1. Tanaman Padi
Perlakuan
|
Tinggi tanaman
hari pengamatan ke- (cm)
|
||||||
1
|
2
|
3
|
4
|
5
|
6
|
7
|
|
0 ppm
|
7,4
|
11,15
|
14,24
|
16,98
|
17,97
|
18,6
|
19,26
|
2000 ppm
|
7,5
|
15,3
|
17,0
|
20,4
|
21,6
|
22,0
|
22,8
|
4000 ppm
|
8,38
|
12,95
|
16,18
|
19,45
|
20,22
|
21,07
|
21,97
|
2.
Tanaman Kacang Panjang
Perlakuan
|
Tinggi tanaman
hari pengamatan ke- (cm)
|
||||||
1
|
2
|
3
|
4
|
5
|
6
|
7
|
|
0 ppm
|
17,55
|
26,3
|
31,07
|
32,95
|
42,83
|
50,12
|
58,6
|
2000 ppm
|
17,72
|
25,46
|
31,57
|
41,45
|
45,82
|
53,10
|
58,96
|
4000 ppm
|
17,4
|
24,86
|
29,67
|
40,24
|
46,61
|
52,78
|
55,7
|
3. Tanaman Mentimun
Perlakuan
|
Tinggi tanaman
hari pengamatan ke- (cm)
|
||||||
1
|
2
|
3
|
4
|
5
|
6
|
7
|
|
0 ppm
|
7,25
|
9,01
|
9,87
|
11,37
|
14,37
|
16,50
|
18,8
|
2000 ppm
|
7,54
|
8,9
|
10,24
|
10,89
|
12,14
|
14,79
|
19,02
|
4000 ppm
|
8,4
|
9,8
|
10,60
|
12,01
|
16,22
|
19,36
|
21,70
|
B. Jumlah Daun
1. Tanaman Padi
Perlakuan
|
Jumlah Daun hari
pengamatan ke- (helai)
|
||||||
1
|
2
|
3
|
4
|
5
|
6
|
7
|
|
0 ppm
|
1,5
|
2,0
|
2,2
|
2,4
|
2,8
|
3,0
|
3,2
|
2000 ppm
|
1,5
|
2
|
2
|
2
|
2,8
|
3
|
3,2
|
4000 ppm
|
1,7
|
2
|
2
|
2,3
|
3
|
3
|
3,3
|
2.
Tanaman Kacang Panjang
Perlakuan
|
Jumlah Daun hari
pengamatan ke- (helai)
|
||||||
1
|
2
|
3
|
4
|
5
|
6
|
7
|
|
0 ppm
|
1,8
|
3,2
|
3,5
|
3,91
|
4,6
|
5,08
|
5,41
|
2000 ppm
|
1,8
|
3,2
|
3,83
|
3,91
|
5,08
|
6,08
|
6,25
|
4000 ppm
|
1,8
|
3,0
|
3,25
|
4,0
|
4,83
|
5,41
|
6,0
|
3.
Tanaman Mentimun
Perlakuan
|
Jumlah Daun hari
pengamatan ke- (helai)
|
||||||
1
|
2
|
3
|
4
|
5
|
6
|
7
|
|
0 ppm
|
1,6
|
2,08
|
2,5
|
2,75
|
3,3
|
3,75
|
5,08
|
2000 ppm
|
1,25
|
2,0
|
2,41
|
2,75
|
3,0
|
3,83
|
4,3
|
4000 ppm
|
1,2
|
2,0
|
2,58
|
2,7
|
3,33
|
4,33
|
4,33
|
C. Panjang Akar
1. Tanaman Padi
Perlakuan
|
Panjang akar (cm)
|
0 ppm
|
5,42
|
2000 ppm
|
5,84
|
4000 ppm
|
6,5
|
2.
Tanaman Kacang Panjang
Perlakuan
|
Panjang akar (cm)
|
0 ppm
|
15,05
|
2000 ppm
|
11,8
|
4000 ppm
|
15,19
|
3.
Tanaman Mentimun
Perlakuan
|
Panjang akar (cm)
|
0 ppm
|
20,42
|
2000 ppm
|
24,32
|
4000 ppm
|
18,39
|
D. Data Berat Segar dan Berat Kering
1. Tanaman Padi
Perlakuan
|
Berat Segar
|
Berat Kering
|
|
0 ppm
|
0,22
|
0,03
|
|
2000 ppm
|
0,3
|
0,05
|
|
4000 ppm
|
0,33
|
0,06
|
2.
Tanaman Kacang Panjang
Perlakuan
|
Berat Segar
|
Berat Kering
|
|
0 ppm
|
10,55
|
1,59
|
|
2000 ppm
|
11,17
|
1,67
|
|
4000 ppm
|
10,52
|
1,87
|
3. Tanaman Mentimun
Perlakuan
|
Berat Segar
|
Berat Kering
|
|
0 ppm
|
8,96
|
0,76
|
|
2000 ppm
|
9,04
|
0,76
|
|
4000 ppm
|
11,16
|
1,03
|
V.
PEMBAHASAN
Praktikum
acara 1 dengan judul Salinitas Sebagai Faktor Pembatas Abiotik bertujuan untuk
mengetahui pengaruh tingkat kadar garam yang berbeda terhadap pertumbuhan tanaman budidaya. Garam merupakan suatu
zat yang dibutuhkan bagi pertumbuhan tanaman yaitu merupakan unsur essensial mikro, dengan kata lain garam
(NaCl) dibutuhkan dalam jumlah yang rendah. Cl pada kondisi optimum akan
mendorong terbentuknya klorofil daun, sehingga transpirasi dapat ditekan. NaCl merupakan unsur mikro, sehingga apabila keberadaannya melebihi kapasitas, maka akan berdampak
negatif pada pertumbuhan tanaman. NaCl berlebih dapat menghambat perkecambahan,
bahkan bila terlalu tinggi akan menyebabkan kematian karena sel-sel tanaman
akan kehilangan air selnya.
Garam-garam
yang larut dalam tanah merupakan unsur-unsur yang esensial bagi pertumbuhan
tanaman, tapi kehadiran larutan garam yang berlebih di dalam tanah akan
meracuni tanaman. Kadar garam yang tinggi akan menghambat perkecambahan benih, kualitas
hasil, produksi dan merusak jaringan tanaman. Kadar garam (salinitas) akan
mempengaruhi proses fisiologi dan morfologi dalam hubungannya dengan
keseimbangan air dalam tubuh tanaman. Dalam kaitannya dalam lingkungan salin, tanaman
tingkat tinggi ada yang toleran (kelompok halofit) dan rentan (kelompok
glikofit) terhadap kadar garam tinggi.
Kadar
garam yang tinggi dapat menurunkan laju fotosintesis pada tanaman akibat terhambatnya
pengambilan CO2, hal ini mengganggu pertumbuhan tanaman.Karena sebagian
besar energi hasil respirasi akan diubah untuk mengatasi cekaman garam, akibatnya
kemampuan tanaman untuk tumbuh dan berproduksi menjadi berkurang. Sehingga
dapat diketahui bahwa salinitas berpengaruh pada pertumbuhan termasuk pada
tinggi tanaman, jumlah daun serta berat segar dan kering tanaman. Berikut ini
disajikan grafik tinggi tanaman dan jumlah daun serta histogram berat segar dan
berat kering masing-masing tanaman yang diberi perlakuan berdasarkan data hasil
pengamatan.
A. Tinggi Tanaman
Pertumbuhan tanaman diartikan sebagai pertambahan
massa, bobot atau volume yang bersifat tidak dapat balik (irreversible).
Pertumbuhan dapat diukur dengan beberapa parameter seperti pertambahan panjang
atau tinggi tanaman. Jadi pertumbuhan yang optimal akan ditunjukkan dengan
pertambahan panjang atau tinggi tanaman yang optimal juga. Tanah salin dapat
berpengaruh terhadap pertumbuahn tanaman yang pada akhirnya juga mempengaruhi
tinggi tanaman dan tergantung pada tingkat toleran tanaman terhadap tanah
salin.
1.
Tanaman Padi (Oryza sativa)
Dari grafik terlihat bahwa pada hari pengamatan
pertama, tanaman padi pada ketiga perlakuan memiliki tinggi yang hampir sama, hanya
saja tanaman padi dengan perlakuan 4000 ppm lebih tinggi sedikit dari perlakuan
0 ppm dan 2000 ppm. Hal ini disebabkan karena cadangan makanan yang tersedia
masih cukup dan efek dari pemberian larutan garam belum begitu berarti. Setelah
hari pertama, terlihat perbedaan pertumbuhan tanaman padi pada ketiga
perlakuan. Urutan pertumbuhan tanaman padi dari tinggi ke rendah yaitu pada
perlakuan pemberian larutan garam konsentrasi 2000 ppm, 4000 ppm dan 0 ppm. Pada
hari terakhir pengamatan tinggi tanaman
padi pada konsentrasi 2000 ppm paling tinggi diantara ketiga perlakuan, selanjutnya
pada perlakuan dengan kadar garam 4000 ppm dan tinggi tanaman paling rendah
terjadi pada perlakuan kadar garam konsentrasi 0 ppm.
Dari grafik dapat disimpulkan bahwa tanaman padi baik
ditanam pada lingkungan yang tingkat salinitasnya sedang. Akan tetapi, tanaman padi juga tidak begitu buruk jika
ditanam pada lingkungan yang tingkat salinitasnya sangat tinggi. Pada
kondisi normal tanaman padi tumbuh tidak optimal, ini dapat disebabkan oleh berbagai faktor baik dari faktor dalam
(genetik) biji padi tersebut maupun dari lingkungannya. Faktor genetik yaitu
adanya perbedaan kualitas biji padi yang diberi perlakuan. Sedangkan faktor
lingkungan yaitu dapat disebabkan oleh cahaya yang sampai pada tanaman untuk
ketiga perlakuan berbeda.
2. Tanaman Kacang Panjang (Vigna sinensis)
Dari grafik terlihat bahwa
pada hari pengamatan pertama sampai ketiga, tanaman kacang panjang pada ketiga
perlakuan memiliki tinggi yang hampir sama. Secara teori kacang panjang digolongkan dalam tanaman glikofit yaitu tanaman yang rentan terhadap
tanah salin atau dapat dikatakan bahwa tanaman kacang panjang ini tidak cocok pada media tanam bersalinitas
tinggi. Urutan tinggi tanaman kacang panjang dari tinggi ke rendah yaitu pada perlakuan pemberian larutan garam
konsentrasi 2000 ppm, 4000 ppm dan 0 ppm. Seharusnya semakin
tinggi kadar salinitas, pertumbuahan tanaman kacang panjang semakin menurun. Tetapi pada percobaan
ini tanaman dengan perlakuan pemberian larutan garam 2000 ppm lebih tinggi dari pada perlakuan pemberian
larutan garam 0 ppm atau normal. Hal ini dapat disebabkan oleh berbagai faktor
baik dari faktor dalam (genetik) biji kacang panjang tersebut maupun dari
lingkungannya. Faktor genetik yaitu adanya perbedaan kualitas biji kacang
panjang yang diberi perlakuan. Sedangkan faktor lingkungan yaitu dapat
disebabkan oleh cahaya yang sampai pada tanaman untuk ketiga perlakuan berbeda.
3.
Tanaman Mentimun (Cucumis
sativus)
Dari grafik terlihat bahwa secara keseluruhan tanaman
mentimun pada perlakuan 4000 ppm
merupakan tanaman yang paling tinggi. Urutan
pertumbuhan tanaman mentimun dari tinggi ke rendah sampai hari keenam yaitu
pada perlakuan pemberian larutan garam konsentrasi 4000 ppm, 0 ppm dan 2000
ppm. Pada hari terakhir pengamatan
tinggi tanaman padi pada konsentrasi 4000 ppm paling tinggi diantara
ketiga perlakuan, selanjutnya pada perlakuan dengan kadar garam 2000 ppm dan
tinggi tanaman paling rendah terjadi pada perlakuan kadar garam konsentrasi 0
ppm.
Dari grafik di atas, maka dapat disimpulkan bahwa
tanaman mentimun toleran terhadap lingkungan salin karena tinggi tanaman mentimun
pada konsentrasi 4000 ppm paling tinggi diantara ketiga perlakuan,dimana konsentrasi
4000 ppm merupakan konsentrasi yang tertinggi.
B. Jumlah Daun
Hubungan
antara jumlah daun dengan faktor salinitas adalah luas daun tanaman akan
dipengaruhi oleh jumlah daun. Pengurangan luas daun merupakan salah satu bentuk
mekanisme toleransi tanaman terhadap tanah salin yaitu secara morfologi.
Pengurangan jumlah dan luas daun bertujuan untuk memperkecil kehilangan air
akibat cekaman garam karena transpirasi tidak diimbangi oleh penyerapan air
dari tanah. Perubahan yang tejadi pada
pengurangan jumlah daun tanaman dalam tanah salin juga tergantung pada tingkat
toleran tanaman terhadap tanah salin.
1.Tanaman
Padi (Oryza
sativa)
Dari
grafik terlihat bahwa pada hari pengamatan pertama sampai kedua, tanaman padi
pada perlakuan 2000 ppm dan 0 ppm memiliki jumlah daun yang sama. Urutan jumlah daun tanaman padi dari
yang paling banyak yaitu pada perlakuan pemberian larutan garam konsentrasi 0
ppm, 4000 ppm dan 2000 ppm. Terdapat kekonstanan jumlah daun pada percobaan ini
yaitu hari pengamatan kedua sampai keempat pada tanaman padi dengan perlakuan
konsentrasi larutan garam 2000 ppm dan pengamatan kedua sampai ketiga pada
perlakuan konsentrasi 4000 ppm. Pada hari keenam jumlah daun tanaman padi pada
ketiga perlakuan sama.
Dapat
disimpulkan bahwa tanaman padi baik ditanam pada lingkungan yang normal. Ini sesuai
dengan teori yang menyatakan bahwa tanaman padi bagus ditanam pada kondisi
normal atau tidak salin. Akan tetapi tanaman padi juga tidak buruk jika ditanam
pada kondisi salin, ini terlihat dari grafik bahwa tinggi tanaman pada ketiga
perlakuan menunjukkan perbedaan yang tidak begitu signifikan.
2.
Tanaman Kacang Panjang (Vigna sinensis)
Dari grafik terlihat bahwa pada hari pengamatan
pertama sampai kedua, tanaman kacang panjang pada perlakuan 2000 ppm, 4000 ppm
dan 0 ppm memiliki jumlah daun yang sama.
Lalu dapat dilihat juga bahwa jumlah daun tanaman kacang panjang pada perlakuan
2000 ppm, 4000 ppm dan 0 ppm memiliki jumlah daun yang sama pada hari keempat. Dan
juga dari grafik terlihat bahwa tanaman kacang panjang pada perlakuan 2000 ppm
memiliki jumlah daun yang paling banyak, lalu selanjutnya pada perlakuan
pemberian larutan garam konsentrasi 4000 ppm dan 0 ppm. Terdapat perbedaan yang
cukup signifikan antara jumlah daun pada perlakuan pemberian larutan garam
dengan konsentrai 2000 ppm dengan perlakuan pemberian larutan garam konsentrasi
4000 ppm dan 0. Hal ini menunjukkan bahwa tanaman kacang panjang agak toleran
terhadap tanah salin.
3.
T anaman Mentimun (Cucumis
sativus)
Dari grafik terlihat bahwa pada hari pengamatan
pertama, tanaman mentimun pada perlakuan pemberian larutan garam konsentrasi 0
ppm merupakan yang terbanyak, lalu pada hari kedua sampai empat tanaman
mentimun pada ketiga perlakuan memiliki jumlah daun yang sama. Urutan jumlah
daun tanaman mentimun dari yang paling banyak yaitu pada perlakuan pemberian larutan
garam konsentrasi 0 ppm, 4000 ppm dan 2000 ppm. Pada perlakuan pemberian larutan
garam 0 ppm terjadi pertumbuhan jumlah daun yang paling optimal. Sedangkan pada
perlakuan pemberian larutan garam 2000 dan 4000 ppm terjadi pertumbuahan jumlah
daun yang hampir sama.
Dari grafik di atas,maka dapat
disimpulkan bahwa tanaman mentimun agak toleran terhadap lingkungan salin. Sehingga dapat dikatakan bahwa mentimun termasuk tanaman halofit.
Hal ini sesuai dengan teori yang menyatakan bahwa tanaman
mentimun termasuk golongan tanaman halofit.
C. Berat Segar dan Berat Kering
Hubungan berat segar dan berat kering tanaman dengan pertumbuahan yaitu jumlah
kadar air yang dapat diserap oleh tanaman.
Jika tanaman dapat menyerap secara optimal kadar air yang
ada di dalam tanah tanah maka berat segar dan berat keringnya akan tinggi
dibandingkan dengan tanaman yang menyerap air secara tidak optimal.
Kadar garam berlebih dalam tanah berbahaya bagi tanaman
dalam pertumbuhannya. Hal ini disebabkan
tanaman kehilangan air akibat proses evaporasi.
Kandungan garam yang tinggi pada tanah akan mengganggu
proses penyerapan air sehingga akan terjadi pengurangan berat segar dan berat
kering tanaman tergantung pada toleransi tanaman terhadap tanah salin.
1.
Tanaman Padi (Oryza sativa)
Dari histogram berat segar dan berat kering
dapat dilihat bahwa pertumbuhan tanaman yang paling optimal adalah pada
perlakuan 4000 ppm. Dan pertumbuhan yang paling lambat adalah pada perlakuan 0
ppm. Urutan berat segar dan berat kering tanaman padi dari yang paling tinggi
yaitu pada perlakuan pemberian larutan garam 4000 ppm, 2000 ppm, dan 0 ppm. Tanaman
padi adalah tanaman yang toleran terhadap kondisi dengan tanah salin. Hal ini
terlihat dari grafik yang menunjukan berat segar antara ketiga perlakuan tidak
menunjukan perbedaan yang signifikan. Hal ini sesuai dengan teori yang
menyatakan bahwa padi termasuk golongan tanaman halofit.
2. Tanaman Kacang
Panjang (Vigna
sinensis)
Dari histogram berat basah dan berat
kering dapat dilihat bahwa pertumbuhan tanaman yang paling optimal adalah pada
perlakuan 2000 ppm. Dan untuk perlakuan 0 ppm dan 4000 ppm hampir sama. Urutan
berat segar tanaman mentimun dari yang paling tinggi yaitu pada perlakuan
pemberian larutan garam 2000 ppm, 0 ppm, dan 4000 ppm. Sedangkan urutan berat
kering tanaman mentimun dari yang paling tinggi yaitu pada perlakuan pemberian
larutan garam 4000 ppm, 2000 ppm, dan 0 ppm.
Tanaman
kacang panjang adalah tanaman yang cukup toleran terhadap kondisi dengan tanah
salin. Hal ini terlihat dari histogram yang menunjukan berat segar antara
ketiga perlakuan menunjukkan nilai yang hampir sama. Hal ini sesuai dengan
teori yang menyatakan bahwa kacang panjang termasuk golongan tanaman glikofit. Jika ditinjau dari urutan
keseluruhan berat segar tanaman kacang panjang terdapat kesesuaian dengan
teori, dimana semakin tinggi
kadar salinitas, berat segar tanaman kacang panjang semakin rendah, tetapi tidak demikian pada berat keringnyai. Hal ini dapat disebabkan oleh faktor lingkungan yaitu
ketersediaan air dalam tanah dan jumlah kadar air diserap tanaman berbeda
antara ketiga perlakuan tersebut. Dan
juga faktor lama atau tidaknya waktu pengovenan.
3.Tanaman mentimun (Cucumis
sativus)
Dari
histogram berat basah dan berat kering dapat dilihat urutan berat segar tanaman
mentimun dari yang paling tinggi yaitu pada perlakuan pemberian larutan garam
4000 ppm, 2000 ppm,dan 0 ppm. Sedangkan urutan berat kering tanaman mentimun
dari yang paling tinggi yaitu pada perlakuan pemberian larutan garam 4000 ppm, 2000
ppm, dan 0 ppm. Artinya berat segar dan berat keringnya konstan yaitu 4000 ppm,
2000 ppm, dan 0 ppm. Tanaman mentimun adalah tanaman yang toleran terhadap
kondisi dengan tanah salin. Hal ini
terlihat dari histogram yang menunjukan berat segar dan berat keringnya antara
ketiga perlakuan tidak menunjukan perbedaan yang signifikan. Hal ini sesuai
dengan teori yang menyatakan bahwa mentimun termasuk golongan tanaman halofit.
D. Panjang
Akar
1. Tanaman Padi (Oryza sativa)
Dari histogram panjang akar padi di atas dapat dilihat bahwa
tanaman padi yang memiliki akar paling panjang adalah tanaman padi 4000 ppm
kemudian tanaman padi 2000 ppm dan yang terakhir tanaman padi 0 ppm. Hal
tersebut menunjukkan bahwa tanaman padi adalah tanaman yang tahan terhadap
salinitas karena walaupun dalam kondisi salin tanaman tetap dapat menyerap
unsur hara melalui akar tanaman. Ini dapat dilihat pada tanaman padi pada
perlakuan 4000 ppm yang memiliki akar paling panjang.
2.Tanaman Kacang Panjang (Vigna
sinensis)
Berdasarkan
histogram panjang akar kacang panjang di atas tampak bahwa tanaman yang
memiliki akar terpanjang adalah tanaman kacang panjang 4000 ppm diikuti dengan
tanaman kacang panjang 0 ppm dan yang memiliki akar paling pendek adalah
tanaman kacang panjang 2000 ppm. Dari hasil tersebut tanaman kacang panjang merupakan tanaman yang toleran terhadap salinitas sehingga akar tanaman
tetap dapat menyerap unsur hara walaupun dalam kondisi salin.Ini dapat dilihat pada tanaman kacang panjang pada perlakuan
4000 ppm yang memiliki akar paling panjang.
3.Tanaman
Mentimun (Cucumis sativus)
Dari histogram panjang akar mentimun di
atas terlihat jika tanaman yang memiliki akar paling panjang adalah tanaman
mentimun 2000 ppm. Tanaman yang memiliki akar terpanjang kedua adalah tanaman
mentimun 0 ppm dan yang memiliki akar paling pendek adalah tanaman mentimun 4000 ppm. Dari hasil tersebut dapat dikatakan bahwa tanaman mentimun
merupakan tanaman yang toleran terhadap salinitas karena walaupun berada pada
lingkungan yang salin tanaman tetap dapat tumbuh dengan maksimal dan akar
tanaman dapat menyerap unsur hara pada kondisi kadar garam yang cukup tinggi
VI. KESIMPULAN
1. Salinitas berdampak pada pertumbuhan
tanaman secara morfologi akan mempengaruhi tinggi tanaman, jumlah daun, panjang
akar, berat segar dan berat kering tanaman. Perubahan itu tergantung pada kadar
salinitas yang diberikan kepada tanaman dan tingkat toleransi tanaman terhadap
salinitas. Salinitas juga berdampak menghambat perkecambahan, mempengaruhi
kualitas benih dan produksi serta dapat merusak jaringan tanaman.
2. Salinitas merupakan kandungan garam yang ada di dalam tanah.
3.
Berdasarkan tingkat toleransi tanaman terhadap salinitas, tanaman dibedakan
menjadi :
a. Halofit yaitu tanaman yang toleran
terhadap tanah salin.
b.Glikofit yaitu tanaman yang tidak
toleran/rentan terhadap tanah salin.
4.
Dari ketiga tanaman yang diuji, tingkat toleransi terhadap salinitas
dari yang paling toleran yaitu tanaman padi (Oryza sativa), mentimun (Cucumis
sativus), dan yang agak toleran/rentan yaitu tanaman kacang panjang (Vigna
Sinensis).
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2008. Ecology. .Diakses
pada tanggal 21 April
2011.
Kurniasih, B. , D. Indradewa dan Melasari. 2004. Hasil dan sifat perakaran varietas
padi gogo pada beberapa tingkat salinitas. Jurnal
Ilmu Pertanian 9 : 1-10.
Santoso,
B. 2004. Tanah Salin, Tanah Sodik, dan Cara Meraklamasinya. Yayasan Pembina
Fakultas Universitas Brawijaya
Malang. Malang.
Shamin, A. H and T. Akae. 2009. Desanization of saline soils aimed at environmentally sustainable
agriculture: A new thought. Journal
of American
Sciene 5: 197-198.
Sismiati, R. , G.
Soepandi dan L. I. Nasution. 2005. Peningkatan produktivitas lahan sawah
berkadar garam tinggi. Penelitian
Pertanian VI 3: 34-35.
Staples, R. C and G.
H. Toeniesen . 2005. Salinity Tolerance in Plants Stategnes For Crop
Improvmen. A wiley – Interscience Publication . John Wiley and Sons . New York.
No comments:
Post a Comment