ACARA I
SALINITAS SEBAGAI FAKTOR PEMBATAS ABIOTIK
1. Mengetahui dampak salinitas terhadap
pertumbuhan tanaman.
2. Mengetahui tanggapan beberapa macam
tanaman terhadap tingkat salinitas yang berbeda.
Kata ekologi pada awalnya diciptakan
oleh ahli zoologi Ernst Haekel Jerman pada 1860-an. Hal ini berasal dari bahasa
Yunani untuk "oikos" yang diterjemahkan sebagai "rumah".
Jadi, secara harfiah, ekologi adalah studi ilmiah dari rumah kami. Dalam
prakteknya, ekologi didefinisikan sebagai studi ilmiah dari interaksi antara
organisme dengan satu sama lain dan dengan lingkungan abiotik dan biotik mereka
(Markus, 2007).
Salinitas pada
umumnya dinyatakan sebagai berat jenis (specific gravity), yaitu rasio
antara berat larutan terhadap berat air murni dalam volume yang
sama. Rasio ini dihitung berdasarkan konidisi suhu 15°C. Pengukuran
salinitas dalam kehidupan sehari-hari biasanya menggunakan hydrometer, yang
telah dikalibrasikan untuk digunakan pada suhu kamar (Irianto dan Machbub,
2004).
Salinitas menjadi masalah bila garam menumpuk di akar yang mempengaruhi pertumbuhan tanaman. Kelebihan garam pada akar
menghambat akar tanaman dari penyerapan air di sekitarnya. Bila dibandingkan, pertumbuhan tanaman di dua tanah identik
dengan kelembaban yang sama, satu menerima air tanah asin dan yang lainnya
bebas garam, tanaman yang dapat menggunakan lebih banyak air dari tanah
menerima garam bebas air dapat menurunkan ketersediaan air tanaman dan
menyebabkan tanaman stress
(Bauder, 2003).
Di
dalam hukum lingkungan Shelford, dinyatakan bahwa faktor pembatas adalah konsep
pengaruh yang membatasi dari keadaan maksimum serta pula minimum. Fungsi faktor
pembatas pada tingkat organisme yaitu mengontrol proses fisiologi dan pada
tingkat populasi mengontrol kepadatan
populasi ( Mc. Naughton & Wolf, 1998 ).
Unsur gizi tanaman
mineral dipengaruhi oleh salinitas. Salinitas berubah penyerapan selektif ion
oleh akar dan translokasi ion ini menurun. kondisi Salinitas menyebabkan
ketidakseimbangan gizi pada elemen yang tersedia dan penyerapan kompetitif dan
translokasi unsur atau distribusi. Hal ini dapat
menghentikan aktivitas fisiologis atau meningkatkan kebutuhan tanaman internal
elemen (Khorshidi, 2009).
Tanah yang
mengandung tingkat salinitas tinggi di daerah perakaran atau padi yang
digenangi terus-menerus hanya menimbulkan masalah didaerah tertentu, hal ini
disebabkan oleh beberapa factor (Tinning, 2007):
1.Macam tanah.
2.Hujan terus-menerus sejak tsunami terjadi.
3.Lamanya waktu suatu tanah digenangi oleh
air laut.
4.Pengenangan yang disebabkan oleh pasang
naik dan pasang surut.
Di dalam tanah terdapat banyak simpanan garam dalam area semidesert. Pada daerah kering yang
sensitif digunakan irigasi dalam jumlah yang besar, tetapi air yang menapis
salinitas tanah menjadi lebih atau berkurang maka harus ditambah garam. Ketika air ini digunakan untuk irigasi,
maka produksinya akan terkonsentrasi oleh garam karena evaporasi dan
transpirasi yang dilakukan oleh tanaman (Leclerc, 2003).
III.METODOLOGI
Praktikum Dasar-Dasar
Ekologi Acara I yang berjudul Salinitas sebagai Faktor Pembatas
Abiotik, ini dilaksanakan pada hari Selasa tanggal 17 Maret 2011 di Laboratorium Ekologi Tanaman Jurusan
Budidaya Tanaman Universitas Gadjah Mada. Alat yang digunakan dalam praktikum
ini yaitu timbangan analitik, gelas ukur, erlenmeyer, pengaduk, peralatan
tanam, dan penggaris. Sedangkan bahan yang digunakan yaitu benih padi (Oryza
sativa), kacang panjang (Vigna sinensis), mentimun (Cucumis sativus),
polybag, NaCl teknis, pupuk kandang dan kertas label.
Cara kerja yang dilakuakan antara laian, pertama-tama polybag disiapkan dan diisi tanah yang telah
dibersihkan dari kerikil, sisa akar tanaman, ataupun kotoran, sebanyak 3
kilogram. Kemudian benih dipilih yang sehat dari jenis tanaman yang akan
diperlakukan, selanjutnya ditanam lima benih ke masing-masing polybag dan
disiram setiap hari. Setelah berumur satu minggu, kemudian bibit dijarangkan
menjadi dua tanaman tiap polybag. Bibit yang dipilih adalah bibit yang sehat
dan terbaik diantara lainnya. Lalu dibuat larutan NaCl dengan konsentrasi 2000
ppm dan 4000 ppm. Air aquades digunakan sebagai pembanding. Masing-masing
konsentrasi larutan garam dituangkan pada polybag sesuai perlakuan, sampai
kapasitas lapang. Volume untuk tiap polybag harus sama. Tiap polybag diberi
label sesuai perlakuan dan ulangannya. Label harus jelas untuk menghindari
tertukar dengan perlakuan yang lain saat dilakukan pengamatan. Larutan garam
diberikan tiap dua hari sekali sampai tanaman berumur 21 hari, kemudian
dilakukan pemanenan. Jadi dalam percobaan ini terdapat 9 macam perlakuan dan
masing-masing perlakuan terdapat dua tanaman. Pengamatan yang dilakukan
meliputi tinggi tanaman (cm) yang diukur setiap 2 hari sekali., berat segar
serta berat kering tanaman pada akhir pengamatan (gram), panjang akar utama
pada akhir pengamatan (cm), serta abnormalitas tanaman (klorosis pada daun dan
sebagainya). Setelah pengamatan selesai dilakukan dan data telah terkumpul,
selanjutnya dihitung rerata tiga ulangan pada tiap perlakuan dan dibuat grafik
tinggi tanaman pada masing-masng konsentrasi garam versus hari pengamatan dan
grafik panjang akar pada masing-masing konsentrasi larutan garam versus hari
pengamatan serta histrogram berat segar versus berat kering.
IV.
HASIL PENGAMATAN
- TINGGI TANAMAN
1.
Padi
(Oryza sativa)
Perlakuan
|
Tinggi Tanaman
(cm) hari ke
|
|||||||
1
|
2
|
3
|
4
|
5
|
6
|
7
|
8
|
|
0 ppm
|
4,85
|
8,61
|
14,82
|
18,77
|
20,48
|
22,28
|
24,78
|
27,18
|
2000 ppm
|
4,48
|
8,16
|
12,18
|
15,36
|
16,88
|
18,43
|
20,19
|
21,82
|
4000 ppm
|
3,83
|
7,27
|
13,51
|
17,87
|
18,93
|
20,63
|
22,76
|
22,75
|
2.
Kacang
Panjang (Vigna sinensis)
Perlakuan
|
Tinggi Tanaman
Hari Ke-
|
|||||||
1
|
2
|
3
|
4
|
5
|
6
|
7
|
8
|
|
0 ppm
|
14,99
|
20,53
|
26,73
|
31,91
|
40,98
|
49,79
|
57,07
|
60,79
|
2000 ppm
|
14,43
|
17,60
|
24,44
|
33,89
|
39,57
|
45,06
|
53,11
|
60,75
|
4000 ppm
|
16,73
|
21,67
|
28,83
|
33,98
|
40,73
|
48,16
|
59,32
|
62,45
|
3.
Mentimun
(Cucumis sativus)
Perlakuan
|
Tinggi Tanaman
Hari Ke-
|
|||||||
1
|
2
|
3
|
4
|
5
|
6
|
7
|
8
|
|
0 ppm
|
6,09
|
7,32
|
8,01
|
8,55
|
9,38
|
10,21
|
12,19
|
14,04
|
2000 ppm
|
6,06
|
6,90
|
7,58
|
7,97
|
9,30
|
11,08
|
11,73
|
13,73
|
4000 ppm
|
6,58
|
7,29
|
7,73
|
7,88
|
8,42
|
9,48
|
11,79
|
13,40
|
- JUMLAH DAUN
1.
Padi
(Oryza sativa)
Perlakuan
|
Jumlah Daun Hari
Ke-
|
|||||||
1
|
2
|
3
|
4
|
5
|
6
|
7
|
8
|
|
0 ppm
|
0,83
|
1,42
|
2,25
|
2,58
|
2,92
|
3,00
|
3,25
|
3,50
|
2000 ppm
|
0,83
|
1,42
|
2,17
|
2,50
|
2,67
|
2,83
|
3,00
|
3,08
|
4000 ppm
|
0,83
|
1,50
|
2,33
|
2,83
|
3,00
|
3,00
|
3,08
|
3,00
|
2. Kacang Panjang (Vigna sinensis)
Perlakuan
|
Jumlah Daun Hari
Ke-
|
|||||||
1
|
2
|
3
|
4
|
5
|
6
|
7
|
8
|
|
0 ppm
|
1,67
|
2,92
|
4,17
|
5,08
|
6,00
|
7,50
|
7,50
|
7,83
|
2000 ppm
|
1,67
|
3,00
|
3,83
|
4,92
|
5,58
|
7,00
|
7,33
|
7,42
|
4000 ppm
|
1,67
|
3,17
|
4,08
|
5,25
|
6,00
|
8,00
|
8,08
|
8,83
|
3. Mentimun (Cucumis sativus)
Perlakuan
|
Jumlah Daun Hari
Ke-
|
|||||||
1
|
2
|
3
|
4
|
5
|
6
|
7
|
8
|
|
0 ppm
|
1,83
|
2,50
|
3,17
|
3,33
|
3,67
|
3,92
|
4,33
|
4,58
|
2000 ppm
|
1,83
|
2,42
|
3,17
|
3,42
|
3,67
|
3,75
|
4,00
|
4,33
|
4000 ppm
|
1,83
|
2,83
|
3,17
|
3,50
|
3,83
|
3,92
|
4,00
|
4,33
|
- BERAT BASAH, BERAT KERING DAN PANJANG AKAR
1. Padi (Oryza
sativa)
Perlakuan
|
Berat Basah
|
Berat Kering
|
Panjang Akar
|
0 ppm
|
0,23
|
0,06
|
6,81
|
2000 ppm
|
0,17
|
0,04
|
5,88
|
4000 ppm
|
0,29
|
0,04
|
5,15
|
2. Kacang Panjang (Vigna sinensis)
Perlakuan
|
Berat Basah
|
Berat Kering
|
Panjang Akar
|
0 ppm
|
5,81
|
1,12
|
12,64
|
2000 ppm
|
6,41
|
1,16
|
11,69
|
4000 ppm
|
6,80
|
1,27
|
10,38
|
3. Mentimun (Cucumis sativus)
Perlakuan
|
Berat Basah
|
Berat Kering
|
Panjang Akar
|
0 ppm
|
7,91
|
1,12
|
12,88
|
2000 ppm
|
7,35
|
1,09
|
15
|
4000 ppm
|
6,18
|
0,9
|
13,12
|
V.
PEMBAHASAN
Faktor biotik dan faktor
abiotik merupakan faktor pembentuk suatu ekosistem. Faktor biotik terdiri dari
makhluk hidup yang ada di suatu tempat sedangkan faktor abiotik terdiri ats
faktor yang mempengaruhi faktor biotik seperti suhu, pH, ketersediaan oksigen,
kelembaban dan juga salinitas. Salinitas adalah tingkat keasinan atau kadar garam terlarut
dalam air.
Salinitas juga dapat mengacu pada kandungan garam dalam tanah. Garam-garam yang
terlarut dalam tanah merupakan unsur yang essensial bagi pertumbuhan tanaman. Kehadiran
larutan garam dalam tanah dapat membantu pertumbuhan tanaman karena tumbuhan
dapat memperoleh zat-zat yang penting untuk membantu pertumbuhan tanaman
melalui garam-garam dalam tanah tersebut. Namun apabila kadar garam yang tinggi dapat menurunkan laju
fotosintesis pada tanaman akibat terhambatanya pengambilan CO2, hal
ini mengganggu pertumbuhan tanaman. Karena sebagian besar energi hasil
respirasi akan diubah untuk mengatasi cekaman garam, akibatnya kemampuan
tanaman untuk tumbuh dan berproduksi menjadi berkurang. Kadar garam yang terlalu tinggi di dalam tanah
dapat meracuni tanaman dan juga dapat menghambat perkecambahan benih, kualitas
hasil, produksi dan merusak jaringan tanaman. Antara tanaman yang satu dengan
yang lain memiliki tingkatan toleran yang berbeda-beda terhadap salinitas.
Berdasarkan tingkat toleran tanaman terhadap salinitas, tanaman dibagi menjadi
tiga kelompok yaitu tanaman halofit, glikofit dan euhalofit. Tanaman yang tahan
terhadap salinitas adalah tanaman halofit. Tanaman glikofit adalah tanaman yang
tidak tahan terhadap salinitas. Tanaman euhalofit adalah tanaman yang toleran
terhadap salinitas.
Dalam praktikum ini dilakukan
pengamatan tentang pengaruh salinitas terhadap pertumbuhan dan tanggapan
tanaman terhadap tingkat salinitas yang berbeda. Tanaman yang diamati adalah
tanaman padi (Oryza
sativa), kacang panjang (Vigna sinensis), dan mentimun (Cucumis sativus).
Di bawah ini akan diuraikan tentang pengaruh salinitas terhadap pertumbuhan dan
tanggapan tanaman terhadap tingkat salinitas yang berbeda yang diperlihatkan dalam beberapa grafik hasil
pengamatan tinggi tanaman, jumlah daun, panjang akar utama, serta berat basah
dan berat kering tanaman pada tiga jenis tanaman tersebut.
Berdasarkan
grafik tinggi tanaman padi diatas dapat dilihat bahwa tinggi tanaman padi yang
paling tinggi merupakan tanaman padi 0 ppm diikuti tanaman padi 4000 ppm yang
laju nya fluktuatif dan tanaman padi
2000 ppm. Pada awal penanaman ketiga tanaman mengalami penambahan tinggi yang
relatif sama. Hal ini dikarenakan cadangan makanan pada biji masih cukup dan
kadar salinitas belum begitu mempengaruhi pertumbuhan. Mulai hari tigai terjadi
perbedaan pertambahan tinggi. Tanaman padi 0 ppm mengalami pertambahan tinggi
terbesar dan pada tanaman padi 2000 ppm pertambahan tinggi tanaman merupakan
yang paling kecil. Dari hasil pengamatan dapat diketahui bahwa tanaman padi
tumbuh baik dan optimal pada kondisi netral. Akan tetapi pada kondisi salin
tanaman padi juga mengalami pertumbuhan meskipun tidak sebaik pada kondisi
netral. Hal ini membuktikan bahwa tanaman padi merupakan jenis tanaman yang toleran
terhadap kadar garam (halofit). Hasil ini telah sesuai dengan teori yang ada
meskipun pada kondisi salin 4000 ppm tanaman padi lebih tinggi dibanding 2000
ppm mungkin dikarenakan pada saat enyiraman banyaknya air tidak seimbang.
Selain itu kondisi bibit yang berbeda dapat menyebabkan hal ini terjadi.
Menurut
grafik tinggi tanaman kacang panjang di atas tampak
bahwa secara umum tanaman mengalami pertumbuhan yang seragam dari awal
pengamatan.
Pertambahan tinggi tanaman antar tanaman 0 ppm, 2000 ppm dan 4000 ppm relatif
sama. Tanaman kacang panjang 4000 ppm pada akhir pengamatan merupakan tanaman
yang tertinggi, dikuti 0 ppm dan 2000 ppm. Dari percobaan dapat dilihat bahwa
tanaman kacang panjang merupakan tanaman yang tahan terhadap kondisi salinitas
tinggi.
Dari grafik tinggi tanaman mentimun di
atas terlihat bahwa tanaman mentimun yang paling tinggi pada tanaman mentimun 0
ppm lalu yang tertinggi kedua adalah tanaman padi 2000 ppm dan yang paling
rendah adalah tanaman mentimun 4000 ppm. Tanaman mentimun dapat dikatakan bersifat rentan terhadap
salinitas (glikofit)
sehingga dapat tumbuh optimal pada kondisi non-salin.
Berdasarkan grafik jumlah daun tanaman
padi di atas tampak bahwa tanaman padi 0 ppm memiliki jumlah daun yang paling
banyak kemudian tanaman padi 2000 ppm dan yang
paling sedikit memiliki daun adalah tanaman padi 4000 ppm. Pada tanaman padi 4000 ppm pada hari keempat mempunyai jumlah daun
terbanyak akan tetapi setelah itu mengalami petambahan yang relatif sedikit.
Karena jenis tanaman ini merupakan jenis halofit sehingga kondisi salin tidak
terlalu signifikan mempengaruhi pertumbuhan dalam hal ini pertambahan jumlah
daun .
Dilihat dari grafik jumlah daun tanaman kacang panjang di atas
terlihat bahwa
tanaman dengan kadar salinitas 4000 ppm menpunyai jumlah daun lebih banyak
diikuti 0 ppm dan 2000 ppm. Kondisi ini dikeranakan tanaman kacang panjang ini
merupakan jenis euhalofit sehingga pada kondisi salinitas tinggi pertumbuhan
akan maksimal.
Berdasarkan grafik jumlah daun tanaman mentimun di atas tampak bahwa
tanaman 0 ppm mempunyai jumlah daun
yang terbanyak dibanding tanaman dengan
salinitas 2000 ppm dan 4000 ppm yang mempunyai jumlah daun relatif sama. Karena
tanaman mentimun merupakan jenis glikofit yaitu
renta terhadap salinitas makan akan memperoleh pertumbuhan yang maksimal
pada kondisi 0 ppm.
Dari histogram panjang akar padi di atas
dapat dilihat bahwa tanaman yang memiliki akar paling panjang adalah tanaman
padi 0 ppm kemudian tanaman padi 2000 ppm dan yang terakhir tanaman padi 4000 ppm. Hal tersebut menunjukkan bahwa tanaman padi adalah tanaman yang
tahan terhadap salinitas karena walaupun dalam kondisi salin tanaman tetap
dapat menyerap unsur hara melalui akar tanaman.
Berdasarkan histogram panjang akar kacang panjang di atas tampak bahwa tanaman yang
memiliki akar terpanjang adalah tanaman kacang panjang 0 ppm
diikuti dengan tanaman kacang panjang 2000 ppm dan yang memiliki akar paling pendek adalah
tanaman kacang panjang 4000 ppm. Hal ini berlawanan denga
teori maupun hasil yang mengamatan dengan variabel yang lain mungkin
dikarenakan pada saat pencabutan tanaman akar utama mengikat tanah dengan kuat
hingga terputus.
Dari
histogram panjang akar mentimun di atas terlihat jika tanaman yang memiliki
akar paling panjang adalah tanaman mentimun 0 ppm. Tanaman yang memiliki akar
terpanjang kedua adalah tanaman mentimun 2000 ppm dan yang memiliki akar paling pendek adalah tanaman
mentimun4000 ppm. Tanaman timun yang
tergolong glikofit jika ditempatkan pada kondisi salinitas tinggi akan
mengalami perlambatan pertumbuhan karena
akar sulit menyerap unsur hara dalam tanah dan akan maksimal pada kondisi
netral.
Histogram berat basah dan berat kering
tanaman padi di atas menunjukkan bahwa tanaman padi yang memiliki berat basah
terbesar yaitu tanaman padi 4000 ppm kemudian tanaman padi 0 ppm dan yang terakhir adalah tanaman padi 2000 ppm. Dan untuk berat kering yang paling besar pada tanaman padi 0 ppm kemudian tanaman padi 4000 ppm dan yang terkecil adalah
tanaman padi 2000
ppm. Dari hasil tersebut terlihat bahwa tanaman yang paling banyak menyerap air
adalah tanaman padi 4000 ppm yang berarti tanaman padi adalah tanaman yang
tahan terhadap salinitas karena walaupun dalam kondisi salin tanaman tetap
dapat menyerap air yang berguna bagi pertumbuhan tanaman dengan maksimal.sedangkan pada kondisi
berat kering karena kandungan hara yang baik pada kondisi 0 ppm maka berat daun
pun menjadi semakin besar karena kondisi sel yang berkembang maksimal.
Dari
histogram berat basah dan berat kering tanaman kacang panjang di atas terlihat bahwa
berat basah tanaman kacang panjang terbesar terdapat
pada tanaman kacang panjang 4000 ppm kemudian 2000 ppm dan yang paling kecil
adalah tanaman kacang panjang 0 ppm. Dan berat kering
tanaman kacang panjang terbesar terdapat pada
tanaman kacang panjang 4000 ppm kemudian 2000 ppm dan yang
paling kecil adalah 0 ppm. Dapat
dilihat bahwa hasil berat kering maupun basah kacang panjang dari tiap
salinitas menunjukan selisih yang relatif sedikit. Hal ini karena kacang
panjang merupakan tanaman yang tahan terhadap salinitas dan tanaman dapat menyerap air
dengan maksimal pada lingkungan salin.
Dari histogram berat basah dan
berat kering tanaman mentimun di atas dapat disimpulkan bahwa berat basah
tanaman yang paling besar terdapat pada tanaman mentimun 0 ppm kemudian 2000
ppm dan yang paling kecil adalah tanaman mentimun 4000 ppm. Berat kering
terbesar juga terlihat pada tanaman mentimun 0 ppm, 2000 ppm dan yang paling
kecil adalah tanaman mentimun 4000 ppm. Dari hasil tersebut tanaman mentimun
merupakan tanaman yang bersifat rentan terhadap salinitas karena tanaman dapat
tumbuh maksimal pada kondisi salin yang rendah.
VI.
KESIMPULAN
1.
Salinitas
merupakan kandungan garam yang ada di dalam tanah.
2.
Salinitas
memiliki pengaruh terhadap tinggi tanaman, jumlah daun, panjang akar, berat
basah dan berat kering tanaman. Salinitas juga dapat menghambat perkecambahan
benih, kualitas hasil, produksi dan dapat merusak jaringan tanaman.
3.
Berdasarkan
tingkat ketahanannya terhadap salinitas tanaman dibedakan menjadi :
§ Tanaman Euhalofit adalah tanaman yang
tahan terhadap salinitas.
§ Tanaman Glikofit adalah tanaman yang tidak
tahan terhadap salinitas.
§ Tanaman Halofit adalah tanaman yang
toleran terhadap salinitas.
4.
Berdasarkan
hasil pengamatan tanaman yang tahan terhadap salinitas adalah tanaman kacang panjang, tanaman yang rentan terhadap
salinitas adalah tanaman mentimun dan tanaman yang toleran terhadap salinitas
adalah tanaman padi.
DAFTAR PUSTAKA
Bauder,
James W. 2003. The Basic Of Salinity And Sodicity Effects Of Soil Physical
Properties. Montana State University, Montana.
Irianto,
Eko W. dan B. Machbub. 2004. Pengaruh multiparameter kualitas air terhadap
parameter indikator oksigen terlarut dan daya hantar listrik. Jurnal Lingkungan
Perairan 54 : 18-24.
Khorshidi, M.B. 2009.Salinity
effect on nutrients accumulation in alfalfa shoots in hydroponic condition. Journal of Food, Agriculture &
Environment 7 : 787-790.
Leclerc,
Jean Clude. 2003. Plant Ecophysiology. Science Publishers Inc., New York.
Markus, Christie. 2007. What is ecology ?. <http://salamandercandy. wordpress.com/2007/02/09/what-is-ecology/>
Diakses pada tanggal 20 maret 2011.
Mc.Naughton,
J.E., Larry L Wolf. 1998. General Ecology 2nd Edition ( Dasar-Dasar
Ekologi Edisi Kedua , alih bahasa : Pringgoseputro dan Srigandono, 1998 ). Gadjah
Mada University Press, Yogyakarta.
Tinning, G
. 2007. Agriculture Tsunami. NSW Department Of Primary Industri, Australia.
LAMPIRAN
2 comments:
thank u atas maklumat ini :)
sippp...
perlu masukkan yg membangun dari teman2
Post a Comment