LAPORAN RESMI
PRAKTIKUM DASAR-DASAR ILMU TANAH
KELOMPOK V / GOLONGAN A-1
TANAH GRUMOSOL / VERTISOL
ACARA I
KADAR LENGAS TANAH
ABSTRAKSI
Percobaan ini dilaksanakan pada hari Sabtu, tanggal 18 September 2004 di Laboratorium Tanah Umum, Jurusan Tanah, Fakultas Pertanian, Universitas Gadjah Mada. Metode yang digunakan dalam percobaan ini adalah metode gravimetri dengan mengacu pada penimbangan dan analisis tanah Vertisol.Hasil analisis gravimetri pada tanah Vertisol menunjukkan bahwa kadar lengans tanah Vertisol pada pemanasan dengan suhu 1050- 1100 C didapatkan untuk tanah kering udara gumpalan sebesar 10,635 % , tanah kering 2 mm (tanah halus) sebesar 13,2 % , dan untuk tanah kering 0,5 mm sebesar 13,55 %. Dengan demikian kadar lengas terbesar yaitu pada tanah kering 0,5 mm, hal ini disebabkan ukuran 0,5 mm dengan spesiifikasi lempung yang lebih besar lebih tahan terhadap penghanyutan atau erosi.Tanah Vertisol adalah salah satu tanah yang terbelah lebar pada musim kering. Dan mempunyai status basa tinggi. Spesifikasi lengas total untuk debu 18%, lempung 78 %, dan pasir 4 %. Pengerjaan tanah sukar dengan alat pengerjaan tanah yang primitif.
I. PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Tanah merupakan kumpulan dari benda- benda alam dipermukaan bumi yang tersusun dalam horison- horison, terdiri dari campuran mineral, bahan organik, air, udara, dan merupakan media tumbuh tanaman (Hardjowigeno, 1995).
Komponen penting dari tanah adalah mineral, yaitu kombinasi unsur- unsur aorganik yang berupa kristal dan amorf, merupakan salah satu faktor yang menentukan sifat tanah. Jenis mineral didalam tanah berkaitan erat dengan tingkat dekomposisinya dan dapat digunakan sebagai alat pendekatan dalam menentukan tingkat kesuburan tanah. Jenis dan sifat- sifat mineral yang terdapat dalam tanah juga erat kaitannya dengan pertumbuhan tanaman.
Vertisol merupakan tanah- tanah mineral yang (Fort, 1998):
(1). Mempunyai ketebalan lebih dari 50 sentimeter
(2). Semua horison mempunyai liat sebesar 30 % atau lebih
(3). Mempunyai pecahan selebar paling sedikit 1 cm untuk kedalaman sampai 50 cm (tidak diirigasi) kadang- kadang pada beberapa tahun.
Kondisi yang menimbulkan berkembangnya vertisol adalah (1) bahaninduik tinggio atau bahwa cuaca untuk membentuk liat montmorionit dalam jumlah besar dan (2) satu iklim dengan satu musim hujan dan musim kering. Tipe vegetasi pada area alami adalah rumpu atau tanaman- tanaman herba semusim, meskipun beberapa vertisol mendukung tanaman- tanaman berkayu yang toleran terhadap kekeringan (Fort, 1998).
2. Tujuan
Tujuan dari percobaan ini adalah untuk mengetahui kadar lengas tanah Vertisol dengan metode gravimetri.
II. TINJAUAN PUSTAKA
Tanah- tanah sawah di Indonesia sebagian besar merupakan tanah- tanah Aluvial, Regosol, Grumosol dan Latosol, sebagian lagi merupakan tanah- tanah Andosol dan Mediteran. Sebagian besar tanah- tanah tersebut diatas pada ketinggian kurang dari 500 meter di atas permukan laut (Hakim, 1986).
Profil tanah Grumosol berkembang dngan berbagai variasi antar daerah- daerah beriklim agak basah dan daerah- daerah kering. Perbedan ini dalam hal warna, kedalaman retakan, shickkensides dan konkresi kapur. Bagaimanapun juga semua profil mempunyai gley phenomenon pada lapisan bajak dengan perkembanagan profil yang kurang atau tidak jelas. Status kesuburan tanah amat tergantung dengan bahan induk dan iklim. Suatu kecenderungan memperlihatkan bahwa di daerah yang beriklim basah P dan K relatif rendah dan pH lebih rendah dari 6,5. Daerah– daerah yang dengan curah hujan rendah didapati kandungan P dan K lebih tinggi dan netral. Nilai KTK dan kejenuhan basa biasanya diatas 50 m/ 100 g tanah dan 90 %. Permeabilitas lambat, kereetakan mencapai 50 cm pada musim panas. Kandungan Na dan Mg umumnya tinggi (Hakim, 1986).
Pengolahan tanah pada kandungan air yang tepat dapat meningkatkan volume pori total air tanah atau dapat mendorong proses strukturisasi tanah yang lebih baik . untuk itu sangatlah pentingbagikita untuk mengetahui arti penting dari tanah, yang mana arti penting itu sendiri dapat dilihat dari dua gatra (Hardjowiyono, 1993) :
1. Gatra ekologi: air diperlukan untuk pertumbuhan tanaman dan mengangkut unsur hara dalam bentuk larutan.
2. Gatra pedologi: faktor penting semua proses ganesa tanah, pelapukan, pegajaan humus, mobilitas unsur, pelindian, translokasi, perpindahan dan lain- lain.
Air dapat meresap atau ditahan oleh tanah karena adanya gaya- gaya adhesi, kohesi dan gravitasi. Karena adanya gaya- gaya tersebut, maka air tanah dapat dibedakan menjadi (Hardjowigeno, 1989) :
• Air kapiler : air yang diserap tanah sangat kuat sehingga tidak dapat digunakan tanamn (adhesi antara tanah dengan air).
• Air kapiler : air dalam tanah dimana daya kohesi (tarik menarik antara butiran- butiran air) dan daya adhesi (antara tanah dan air) lebih kuat dari gravitasi. Air ini dapat bergerak kesamping atau keatas karena gaya- gaya kapiler. Sebagian besar dari airkapiler merupakan air yangtersedia (dapat doiserap) oleh tanaman.
• Air gravitasi: air yang terikat oleh tanah, bergerak turun dengan bebas akibat pengaruh daya berat atau merupakan air yag teratur bebas oleh daya berat.
Keadaan kelembaban tanah yang tanahnya tidakmemungkinkan lagi tanaman menyerap air darinya, sehingga tanaman mengalami kekeringan dan mulailayu (mencapai titik layu) dan mungkin akan mati kalau tigdak mendapat tamabahan air (Sutanto, 1995).
Kadar lengas tanah sering disebut sebagai kandungan uap air yang terdapat dalam pori tanah. Satuan untuk menyatakan kadar lengas dapat berupa persen berat atau persen volume. Lengas higrokopis merupakan lengas yang tidak dapat dimanfaatkan oleh tanaman, atau bisa juga disebut air kristal. Volume air higroskopis sangat tergantung pada sifat kolorda tanah (mineral lempung, montmorilonit/ illit/ kaoloit: 10/5/1), jenis ion terjerap koloida tanah (Ca> Na), dan kelembaban udara relatif (Hardjowigeno, 1993).
Lengas tejerap dibedakan menjadi (Masganti et al, 2002):
1. Lengas terabsorbsi
2. lengas yang tertahan secara osmosis.
Lengas terabsorsi merupakan lengas yang terjerap pada bidang antar muka zat padat (air oleh gugus polar berbobot molekul tinggi). Lengas yang bertanggung jawab terhadap pembekakan koloid- koloid hidrofolik yang mempunyai struktural adalah lengas yang bertahan secara osmosis (Masganti et al, 2002).
III. METODOLOGI
Praktikan melaksanakan Praktikum Kadar Lengas Tanah ini pada hari Sabtu tanggal 18 September 2004 di Laboratorium Tanah Umum, Jurusan Tanah, Fakultas Pertanian, Universitas Gadjah Mada. Adapun praktikan menggunakan bahan dan alat serta prosedur sebagai berikut :
1. Bahan dan Alat
Bahan yang diguanakan dalam praktikum ini adalah tanah Vertisol dengan spesifikasi tanah 2 mm (tanah halus), tanah 0,5 mm, dan tanah gumpalan. Adapun alat yang digunakan adalah 6 buah botol timbang dan timbangan.
2. Cara Kerja
Mula- mula ditimbang 6 botol timbang kosong tertutup (misal a gram), kemudian diisi sepertiga volumenya dengan 3 jenis tanah yaitu tanah vertisol 2 mm, 0,5 mm, dan gumpalan (masing –masing dua ulangan). Setelah itu ditimbang botol yang telah berisi tanah tersebut lengkap dengan tutupnya (misal b gram).
Keenam botol tersebut masing- masing diberi label dan kemudian dimasukkan kedalam oven dengan tutup botol sedikit terbuka dengan suhu 1050- 1100 C selam minimum 4 jam. Setelah itu botol dikeluarkan dari oven. Botol ditutup serapat mungkin dan dibiarkan dingin di dalam desikator (15 menit).
Kemudian masing- masin otol ditimbang dlam keadaan tertutup rapat (misal c gram). Data tersebut digunakan dalam perhitungan dan hasilnya dapat digunaklan untuk menentukan kadar lengas tanah.
IV. DATA HASIL PERHITUNGAN
NO Jenis Tanah Kadar Lengas Tanah
0,5 mm 2 mm Gumpalan
1 Entisol 8,61 % 8,21 % 8,44 %
2 Latosol 13,9 % 9 % 14,15 %
3 Rendzina 1,69 % 10,37 % 1,67 %
4 Mediteran 7,75 % 7,45 % 7,8 %
5 Vertisol 13,55 % 13,2 % 10,63 %
6 Entisol 1,37 % 16,8 % 23,29 %
V. PEMBAHASAN
Pada praktikum kadar lengas ini bertujuan agar kita mampu menentukan kadar lengas suatu tanah. Kadar lengas adalah kandungan uap air yang terdapat dalampori tanmah. Tanahyang kita pakai jenisnya Vertisol dimana mengandung debu 18 % , lempung 78 %, dan pasir 4 %. Dalam praktikum ini menggunakan 3 ukuran tanah Vertisol yaitu 2 mm, 0,5 mm, dan gumpalan. Penggunaan tanah yang berbeda- beda ini bertujuan untuk membandingkan kemampuan tanah menyimpan dan menghantarkan air.
Vertisol merupakan tanah lempung berat > 30 % berwarna hitam. Mempunyai sifat mengembang dalam keadaan basah dan mengerut dalam keadaan kering sehingga terjadi retakan.
Dari hasil percobaan didapatkan bahwa kadar lengas tertinggi pada tanah Vertisol kering udara 0,5 mm sebesar 13,55 % dan terendah pada tanah gumpalan. Ini berarti untuk tanah 0,5 pasirnya lebih besar (ukuran) dari tanah gumpalan. Pori- pori juga lebih besar kapasitas infiltrasinya juga tinggi sehingga apabila terjadi erosi maka kadar lengas akan lebih banyak meresap dalam tanah.
Sebelum dikeringkan berat tanah akan lebih besar daripada setelah dikeringkan (dioven). Ini berarti suhu berpengaruh pada jumalh kelengasan tanah. Sebelum dikeringjkan air atau udara mengisi pori- pori tanah, setelah dioven air mengisi pori- pori mikro sedang udar mengisi pori- pori tanah yang tidak berisi air. Sehingga kapasitas air juga berkurang. Selain itu perubahan bobot akibat pemanasan disebabkan karena hilangnya gugus hidroksi, sedangkan perubahan energi berupa penyerapan panas (endotermik).
Tanah dipanaskan pada suhu 1100C sehinnga bobot sebelum dan sesudah dipanaskan akan berubah. Hal ini disebabkan pada suhu 1100C terjadi reaksi endotermik yang nenyebabkan hilangnay molekul air yang disebut sebagi dehidrasi dan juga terjadi kehilangan gugus hidroksil yang disebut dehidroksilasi. Sehingga kehilangan molekul air dan gugus hidroksil menyebabkan kehilangan bobot mineral.
VI. KESIMPULAN
1. Penentuan kadar lengas tanah dilakukan dengan metode gravimetri.
2. Ukuran tanah yang diameternya lebih besar, lebih tahan terhadap kapilaritas air dibandingkan dengan tanah yang diameternya lebih kecil.
3. Suhu berpengaruh terhadap jumlah kelengasan tanah. Dimana apabila suhu panas mak jumlah kadar lengas akan berkurang.
4. kadar lengas Tanah Vertisol:
• 2 mm : 13,2 %
• 0,5 mm : 13,55 %
• Gumpalan : 10, 63 %
DAFTAR PUSTAKA
Fort, D H. 1998. Dasar- Dasar Ilmu Tanah. Gadjah Mada University Pres. Yogyakarta. 763p
Hakim, N. 1986. Dasar- Dasar Ilmu Tanah. Universitas Lampung. Lampung. 490p
Hardjowigeno, S. 1993. Klasifikasi Tanah dan Pedogenesis. Akademika Ressindo. Jakarta. 250p
Hardjowigeno, S. 1989. Ilmu Tanah. Mediyatama Sarana Perkasa. Yogyakarta. 233p
Masganti, et al. 2002. Metode penguran kadar air tanah gambut. Jurnal Tanah dan Air. I: 42- 48
Sutanto, R. 1997. Fisika Kimia Tanah Pertanian. Pustaka Buana. Bandung. 220p
LAMPIRAN
PERHITUNGAN
KADAR LENGAS TANAH VERTISOL
b – c: berat lengas tanah
c – a: berat tanah kering mutlak
Gumpalan
Ulangan 1
Kadar Lengas = [ (35,51 – 34,70) / (34,70 – 28,68) ] x 100%
= [ 0,81/6,02] x 100%
= 13,455%
Ulangan 2
Kadar Lengas = [ (31,19 – 30,32) / (30,32 – 23,58) ] x 100%
= [ 0,87/6,74] x 100%
= 12,91%
Rata-rata
Kadar Lengas = [ (13,455% + 12,91%) / 2 ]
= 13,18%
Ø 2 mm
Ulangan 1
Kadar Lengas = [ (40,67 – 39,89) / (39,89 – 33,81) ] x 100%
= [ 0,78/6,08] x 100%
= 12,83%
Ulangan 2
Kadar Lengas = [ (42,72 – 42,07) / (42,07 – 37,28) ] x 100%
= [ 0,65/4,79] x 100%
= 13,57%
Rata-rata
Kadar Lengas = [ (12,83% + 13,57%) / 2 ]
= 13,2%
Ø 0,5 mm
Ulangan 1
Kadar Lengas = [ (42,35 – 41,55) / (41,55 – 35,6) ] x 100%
= [ 0,8/5,95] x 100%
= 13,445%
Ulangan 2
Kadar Lengas = [ (30,19 – 29,65) / (29,65 – 25,7) ] x 100%
= [ 0,54/3,95] x 100%
= 13,67%
Rata-rata
Kadar Lengas = [ (13,445% + 13,67%) / 2 ]
= 13,56%
No comments:
Post a Comment