Bahan Organik Sebagai
Kunci Kesuburan Tanah
Kandungan BO merupakan indikator
paling penting dan menjadi kunci kesuburan tanah. Bahan organik mempunyai peran
yang multifungsi, yaitu mampu merubah sifat fisik, sifat kimia dan sifat
biologi tanah. Selain itu bahan organik juga mampu berperan mengaktifkan
persenyawaan yang ditimbulkan dari dinamikanya sebagai ZPT (zat pengatur
tumbuh), sumber Enzim (katalisator reaksi-reaksi persenyawaan dalam metabolisme
kehidupan) dan Biocide (obat pembasmi penyakit dan hama dari bahan organik).
Bahan organik dikatakan mampu
merubah sifat fisik tanah, karena kondisi fisik tanah yang keras/lempung
(pejal) akan dapat berubah menjadi tanah yang gembur oleh adanya bahan organik.
Akibatnya porositas dan permeabilitas tanah semakin baik sehingga aerasi udara
meningkat, ini bermanfaat untuk menghindari kejenuhan air yang menyebabkan
kebusukan akar.
Demikian pula bila kondisi
sebaliknya, yaitu kondisi tanah yang lepas (sangat berpasir)
, maka fisik tanah
dapat dibuat menjadi kompak, karena agregasi meningkat oleh adanya bahan
organik. Ruang pori tanah juga meningkat, akibatnya kemampuan tanah dalam
menyimpan air dan menyediakan ruang udara akan semakin proporsional (baik). Hal
ni bermanfaat untuk menghindarkan tekanan kekeringan pada perakaran.
Bahan organik juga dapat merubah
sifat kimia tanah, yaitu melalui proses dekomposisi yang dilakukan oleh mikroba
yang memang selalu menempel pada bahan organik. Proses dekomposisi akan
melepaskan zat-zat hara ke dalam larutan di dalam tanah dan juga menjadikan
bahan organik menjadi bentuk yang lebih sederhana dan bersifat kolloid. Kondisi
ini akan meningkatkan kemampuan absorbsi tanah yang berkaitan juga dengan Kapasitas
Pertukaran Kation (KPK) tanah karena meningkatnya luas permukaan partikel
tanah. Hal ini menjadikan tanah mempunyai kemampuan menyimpan unsur-unsur hara
yang semakin baik, mengurangi penguapan Nitrogen, maupun pencucian hara-hara
kation lain. Pada saatnya berarti pula meningkatkan kapasitas tanah untuk
melepas hara kation bagi kebutuhan tanaman, baik melalui proses pertukaran
secara langsung maupun pasif oleh proses difusi.
Bahan organik juga mampu
mengeliminir bahan-bahan racun, terutama yang dakibatkan oleh kation-kation
mikro seperti Co (Cobalt), Cu (Cuprum/ tembaga), B (Boron), dan lain-lain;
dengan membentuk ikatan khellat. Ikatan khellat ini bersifat preventif (dari
efek meracuni) dan konservatif, karena sewaktu-waktu katio-kation logam yang
terjerap dalam ikatan khelat juga masih bisa dimanfaatkan oleh tanaman. Bahkan
ada yang mengatakan bahwa terjadinya ikatan khelat ini justru meningkatkan
mobilitas banyak kation, karena ikatan ni memang bisa larut sehingga memudahkan
tanaman untuk memanfaatkannya.
Bahan organik bisa merubah sifat
biologi tanah dengan meningkatkan populasi mikroba di dalam tanah. Populasi
mikroba yang meningkat (baik jenis dan jumlahnya) menyebabkan dinamika tanah
akan semakin baik dan menjadi sehat alami. Peningkatan mikroba (khususnya fungi
bermiselia seperti mikoriza, dll) akan meningkatkan kemantapan agregasi
partikel-partikel penyusun tanah. Mikroba dan miselianya, yang berupa
benang-benang, akan berfungsi sebagai perajut/ perekat/glue antar partikel
tanah. Dengan demikian menyebabkan struktur tanah menjadi lebih baik karena
ketahanannya menghadapi tekanan erodibilitas (perusakan) tanah. Kemampuan
merubah sifat biologi tanah ke arah positif sehingga meningkatkan populasi
mikroba yang menguntungkan tanaman sehingga tanaman tumbuh sehat tanpa perlu
campur tangan pupuk buatan dan pestisida.
Bahan organik juga berperan
sebagai ZPT, karena proses dekomposisi akan menghasilkan proses akhir menjadi
humus. Humus disebut juga sebagai asam humat (humic acid) yang merupakan bahan
kolloidal terpolidispersi yang bersifat amorf, berwarna kuning hingga
coklat-hitam dan mempunyai berat molekul relatif tinggi dan bervariatif. Asam
humat banyak dikaitkan dengan perkecambahan bji di dalam tanah, pertumbuhan
bagian atas tanaman, pemanjangan semaian muda atau pemanjangan akar dari akar
terpotong secara in vitro, karena asam humat menunjukkan pengaruh hormonal
dalam pertumbuhan. Asam humat juga berperan dalam perbaikan tanah secara fisik,
melalui mekanisme perbaikan agregasi, aerasi, permeabilitas serta kapasitas memegang
air, sehingga tanaman akan tumbuh secara normal dan sehat.
Bahan organik merupakan salah
satu bagian penyusun tanah dengan sifat-sifat kolloid, dan hanya satu-satunya
yang mempunyai kemampuan mendinamisasi untuk mempengaruhi sifat fisik, kimia
maupun biologi tanah. Tanah-tanah marjinal (baik tanah mineral maupun yang
dominan lempungnya) akan dapat diperbaiki sifat pejal maupun porositasnya pada
tingkat yang optimal. Demikian juga permeabilitas, aerasi, perkolasi maupun
agregasi, dengan peran dinamisasi dari BO, keadaan tanah menjadi gembur dan
subur. Hal ini berkaitan dengan menegemen air dan udara dalam tanah, bermanfaat
bagi kelangsungan perkembangan perakaran tanaman dan hara tanaman di dalam
tanah. Dengan berkembangnya perakaran tanaman akan mempengaruhi bagian atas
tanaman di atas permukaan tanah.
Sumber :
Elliott, E.T. 1998. Rationale for developing bioindicators
of soil health. Di dalam Pankhurst, C., Doube, B.M. & Gupta, V.V.S.R.
(eds). Biological Indicators of Soil Health . Wallingford: CABI Publishing.
Simarmata, T., Sumarni, Y. &
Arief, D.H. 2003. Teknologi bioremediasi untuk mempertahankan keberlanjutan
kesehatan tanah dan produktivitas tanaman pada ekosistem lahan kering dalam era
pertanian ramah lingkungan di Indonesia. Makalah dipresentasikan pada Seminar
Kajian Keilmuan Pertanian Program Pascasarjana Universitas Padjadjaran Bandung
14 Juli 2003.
http://alulagro.blogspot.com/
No comments:
Post a Comment