DAUR SULFUR (S)
A. Sulfur (S)
Belerang atau sulfur adalah unsur
kimia dalam tabel
periodik yang memiliki lambang S dan nomor
atom 16. Bentuknya adalah non-metal yang tak berasa. Belerang,
dalam bentuk aslinya, adalah sebuah zat padat kristalin kuning. Di alam,
belerang dapat ditemukan sebagai unsur murni atau sebagai mineral- mineral sulfida dan sulfat. Ia adalah unsur penting untuk kehidupan dan ditemukan dalam
dua asam
amino. Penggunaan komersilnya terutama
dalam fertilizer namun juga dalam bubuk
mesiu, korek
api, insektisida dan fungisida
(Anonim, 2013).
B. Sumber Sulfur (S)
Sulfur salah satu dari 10 unsur kimia yang diperlukan organisme
dalam konsentrasi cukup tinggi (> 10-4 M). Unsur S diperlukan
untuk sintesis asam amin, cystein, cystin, methionin serta penyusun penting
vitamin, hormon, dan berbagai koenzim. Menurut Braddy (1984), masukan S pada
ekosistem berasal dari 3 sumber utama, yaitu:
Pelapukan mineral : mineral tanah seperti besi, nikel,
dan tembaga sulfida dan gipsum (CaSO4) melapuk dan melepaskan sulfat
dan sulfida ke dalam tanah.
Endapan atmosfer : sulfur dioksida dari atmosfer (SO2)
diserap tanah dan vegetasi, dan sulfat (SO2-4) aerosol
diendapkan melalui pengendapan kering dan basah (Christophersen dan Wright ,
1980). Aktifitas manusia mencapai sekitar 50% masukan S ke atmosfer , seperti
emisi pembakaran batubara merupakan sumber utama S teroksidasi di atmosfer, yang
ssebagai besar dilepaskan dalam bentuk SO2 (Kennedy, 1986).
Dekomposisi bahan organik: bahan vegetasi
didekomposisi oleh mikroorganisme, merubah organik S menjadi bentuk
anorganik atau organik lainnya, tetapi S
yang dilepaskan selama dekomposisi bahan organik tidak dapat dikatakan sebagai
sumber utama S dalam hal neraca S total karena terkait dengan pemenuhan
kebutuhan untuk tanaman (Reuss dan Johnson, 1986)
C. Bentuk Sulfur
Sulfur dapat dikelompokan
menjadi 2 kelompok besar, yaitu: Sulfur Organik dan Sulfur Anorganik.
C.1. Sulfur organik
Seperti halnya unsur N, s di
dalam tanah sebagian besar berupa S organik, terutama pada bagian lapisan tanah
permukaan, bahkan dapat mencapai 90 % total S (Tisadale et al., 1990; Prasad
dan Power ,1997) pada tanah kapus. Di dalam tanah, S organik dibedakan menjadi
3 kelompok penting, yaitu (1) S diikat sebagai ester, (2) S terikat langsung
dengan atom C, dan (3) s residual.
C.2. Sulfur Anorganik
Pada tanah-tanah berdrainase
baik, hampir semua S berada dalam bentuk sulfat dengan kation-kation seperti Ca2+,
Mg2+, K+, Na+, atau NH4+ di dalam larutan tanah, S sebagai endapan
garam sulfat di daerah kering, sulfat terjerap pada mineral lempung tipe 1:1
dan oksida hidrus dari Fe dan Al, dan sulfat yang tereduksi sulfida. S
Anorganik dibedakan menjadi 6 kelompok penting, yaitu (1) sulfat larut, (2) sulfat terjerap, (3)
sulfat mengendap, (4) sulfat tereduksi, (5) sulfida, dan (6) sulfur elementer
(Munawar, 2011).
D. Peran Sulfur (S)
Tanaman memerlukan S
sebanyak unsur P, yakni sekitar 0,1 % sampai 0,5 % yang terdistribusi ke
seluruh bagian tanaman (Havlin et al, 2005). Sulfur merupakan penyusun penting
semua protein, beberapa hormon tanaman, vitamin (tiamin dan biotin), dan
enzim-enzim (proteolitik), glikosida minyak – mustard dan glutasi, dan esensial
untuk pembentukan klorofil. Kandungan S pada protein tanaman (sebagai asam
amino sistin, metionin, dan sistein) tidak lebih dari 2 %. Salah satu fungsi
utama S di dalam pembentukan protein adalah pembentukan ikatan formaldehida
(--S-S-S--) antara rantai polipeptida di dalam protein. Iktan tersebut penting
di dalam menentukan konfigurasi dan sifat-sifat katalitik atau struktur protein
(Havlin et al, 2005). Hormon tanaman yang mengandung S tiamin dan biotin
bertindak sebagai zat pengatur tumbuh tanaman juga penting dalam nutrisi hewan.
Kekahatan unsur S pada tanaman akan menyebabkan daun menguning (klorosis) pada
daun yang muda dan beberapa gejala lain yang menyerupai kekahatan unsur N.
E. Mikrobia yang mempunyai hubungan dengan unsur Sulfur
Mikroorganisme
tanah di dalam siklus S berperan dalam
proses oksidasi dan reduksi unsur S. Oksidasi dan reduksi merupakan proses
kunci dalam transformasi S karena adanya SO4-2 tergantung
pada oksidasi. Senyawa S yang termineralisasi dapat ditransformasi menjadi SO4-2
atau H2S oleh mikrobia.
Produk umum mineralisasi S adalah hidrogen sulifida. Tahap SO4-2
menjadi H2S dilakukan
oleh spesies bakteri Desulfibrio, Desulfotomaculum, dan
Desulfomas pada kondisi anaerob (biasanya jenuh). Reduksi juga terjadi pada
“mikroniches” yang anaerob (misalnyasulfida dalam partikel tanah) yang berada
dalam sistem aerob yang lebih besar (Jorgenson, 1977). Hidrogen sulfida dapat
hilang melalui voltasi, bergabung dengan ion-ion logam untuk membentuk sulfida
tidak larut, atau dioksidasi menjadi unsur S. Mikroorganisme pengoksidasi S
banyak dijumpai dalam tanah, maka jumlahnya jarang sekali membatasi oksidasi
(Janzen dan Bettany, 1987). Organisme pengoksidasi yang bersifat heterotrof
seperti Arthrobacter dan Pseudomonas yang mellakukan sebagian
besar oksidasi S, memerlukan C organik untuk memenuhi kebutuhan energi dan C
nya. Pada kondisi tidak cukup C, mikrobia autotrof termasuk genus Thiobacillus, menjadi lebih pentng.
Organisme ini memperoleh energinya dari S anorganik dan memperoleh C dari CO2.
F. Oksidasi
Sulfur
Oksidasi
sulfur dilakukan oleh beberapa kelompok bakteri, yang terkenal adalah (a)
bakteri sulfur tidak berwarna (Thiobacillus), dan (b) Bakteri sulfur hijau dan
ungu.
Thiobacillus
Ada
lima spesies Thiobacillus yang penting dalam proses oksidasi sulfur, yaitu: Thiobacillus thioporus, Thiobacillus
dentitrificans, Thiobacillus thioxidans, Thiobacillus intermedius, dan
Thiobacillus ferroxidans.
Thiobacillus intermedius adalah
khemolitotrof fakulatif yang tumbuh pada kisaran pH 3-7. Pertumbuhannya
dirangsang oleh S2O32-, yang berperan sebagai
donor elektron, dan stimulasi oleh adanya bahan organik.
Thiobacillus ferroxidans
adalah organisme aerob dan mempunyai kisaran pH tumbuh antara 1,5 – 5. Bakteri
ini juga dapat mengoksidasi Fe2+.
Bakteri
sulfur hijau dan ungu
Bakteri
sulfur hijau dijumpai pada kondisi anaerob seperti lumpur dan air tidak ada
oksigen. Bakteri ini sebagian besar dijumpai dibawah lapisan bakteri sulfur
ungu. Bakteri ini bersifat fotolitotrof maupun anaerob, dan mampu menggunakan
sulfida atau unsur S sebagai donor elektron. Unsur S yang muncul dari oksidasi
H2S dan diendapkan di luar sel sebelum oksidasi sulfat. Dikenal 4
genera bakteri sulfur hijau, yaitu : Chlorobium,
Prostechlorosis, Pelodictyon, dan Clathochloris.
Chromatiacaea umumnya disebut sebagai bakteri sulfur ungu.
Hasil oksidasi hidrogen silfida adalah unsur s yang disimpan dalam sel. Unsur s
dioksidasi menjadi asam yang dapat mengendapkan S diluar sel. Bakteri ini mampu
menggunakan thiosulfat, dan beberapa dapat menggunakan senyawa organik ,
seperti asam lemak, sebagai donor hidrogen.
G. Oksidasi
Sulfida
Hidrogen
sulfida bersifat racun bagi tanaman dan hewan, kecuali hewan ruminansia.
Sulfida dapat dioksidasi menjadi unsur S oleh spesies Thiothrix dan Beggiotoa. Di dalam tanah, mikrobia
dominan yang terlibat dalam oksidasi sulfida dan kelompok genus Thiobacillus. Untuk dua reaksi umum di
bawah ini, reaksi pertama adalah oksidasi sulfida menjadi sulfur, dan yang
kedua adalah oksidasi sulfida menjadi sulfat.
continue in next part 2
5 comments:
Terimakasih informasinya, sangat membantu saya dalam mempertajam bahasan tulisan ilmiah.
Terimakasih informasinya, membantu saya dalam mempertajam bahasan tulisan ilmiah saya.
Sama2 Syafrizal IZZUDDIN A
Alhamdulillah bisa membantu sesama
sangat-sangat membantu tugas saya. terimakasih
sangat membantu tugas saya. terimakasih..
Post a Comment